02. Kurang Konsentrasi

Nama gadis kedua itu adalah YEH SHUHUA, dan dia berasal dari Taiwan.

Jadi dari awal saja gadis ini sudah istimewa, terlepas dari fakta bahwa dia setahun lebih muda dan punya pancaran keluguan di sepasang manik matanya.

Hal ini jelas merupakan suatu keuntungan, karena setelah sekitar 4 tahun tinggal bersama Lucas, kemampuan bahasa Mandarin Hendery sudah terasah setajam cangkul. Yang artinya, komunikasi mereka bisa lebih lancar. Yang artinya lagi, aduhai, mungkin kali ini ia tidak akan sial!

Ngomong-ngomong soal bahasa, Hendery jadi ingat saat pertama kali ia pindah ke Korea. Berbekal pengetahuan seadanya dari drama dan kamus yang sesekali ia baca kala iseng melanda, Hendery dengan berani keluar dari zona nyamannya.

Sebelumnya, perlu dicatat, Hendery tidak sebatas "si wajah pangeran", tapi ia juga punya kesopanan yang setara. Sewaktu kecil ia kenyang makan pendidikan moral dari orang tuanya sesering ia makan coco crunch, jadi di kemudian hari, saat mendapati seorang nenek berdiri di trotoar dengan raut kebingungan, Hendery di usia 18 tahun (tampan, menawan, dengan rambut se"badai" jengger ayam) berinsiatif membantunya.

"Nenek, mari Saya bantu menyebrang," tawarnya hangat.

Nenek itu mengatakan sesuatu dalam bahasa Korea yang tidak dimengerti Hendery.

Oh, dia pasti memujinya! Mungkin kata-katanya adalah sesuatu yang berkaitan tentang anak muda yang rajin, begitu pikir Hendery percaya diri. Dia sekedar pasang senyuman, tebar pesona. Dengan lembut dituntunnya nenek itu meski si nenek agak memberontak, barangkali karena tak ingin merepotkan.

"Nggak apa-apa. Nggak apa-apa, Saya ikhlas."

"#*$*#"¥¥√¢×¢¶!"

"Ya ya ya," sahut Hendery sok paham. "Saya emang berhati mulia."

Hingga tiba di seberang jalan, Hendery melepaskannya. Nenek itu kembali mengatakan sesuatu dan Hendery mengangguk. "Sama-sama, Nek!"

Dengan lagak bak ksatria yang habis menang bertempur melawan siluman ular berkepala lumba-lumba, Hendery yang merasa keren berderap pergi dari situ, berniat melanjutkan perburuannya mencari tempat bernaung. Namun baru beberapa langkah, seruan kaget bercampur jengkel milik seorang remaja perempuan membuat dia berhenti lantas menoleh kikuk.

"Nenek, kok bisa ada di sana?"

Nenek itu menunjuk-nunjuk Hendery. Mulutnya berkomat-kamit seiring dengan kalimat-kalimat negatif yang terlontar darinya semakin deras.

Remaja yang membawa bungkusan plastik besar itu menggeleng-geleng. "Gimana sih, orang nggak mau nyebrang malah disebrangin!"

Tak heran sejak saat itu Hendery giat sekali belajar bahasa.

"Pokoknya aku nggak mau makan!" Hendery mengultimatum dirinya sendiri, begitu bertekad seperti gadis-gadis yang berkata akan diet tapi berakhir makan 2 ember. "Kencan yang ke-2 harus berhasil!"

Duo L di rumahnya, Lucas dan Louis, memandanginya dengan tatapan prihatin. Andai saja bisa berbahasa manusia, Louis mungkin akan menggerutu menggunakan nada kasihan, "Ew, punya majikan ngenesnya kok melampaui batas!"

Maklum, di lingkungan mereka, Louis terkenal sebagai pejantan tangguh.

Sementara Lucas, yang kemarin mendengar laporannya dan tertawa keras sampai para tetangga keluar dari rumah dan menjerit, "KEBAKARAN! KEBAKARAN! ALARM SIAPA ITU YANG NYALA?", hanya mengangkat sebelah alisnya. "Yakin? Ntar nggak konsen gara-gara lapar gimana?"

"Nggak usah. Lagian aku ngajak Shuhua ke toko roti."

"Oke." Lucas mengangguk, kemudian menyalami Hendery seakan menyalurkan keteguhan. "Berangkatlah, temanku. Pantang pulang sebelum dapet pacar!"

Bertingkah tak kalah dramatis, Hendery mengiyakan dengan mata menyala-nyala dihiasi kobaran tekad. "Baik, temanku. Aku pergi dulu."

Lucas mengepalkan tangannya. "Itadakimasu, Dery一eh, maksudnya ganbatte!"

Diiringi ucapan semangat ajaib bin ngawur itu, Hendery memakai jubah merahnya dan terbang menembus awan biru. Namun, restu dari teman sekamar nyatanya tidak berbanding lurus dengan perjalanannya. Beberapa meter dari rumah, ada pekerjaan konstruksi yang menghambat dan menimbulkan kemacetan.

Ruas jalan berkurang. Lalu lintas pun merayap lambat. Setelah sekitar sejam berada di udara terbuka, Hendery sudah mandi keringat dan kepanikan. Pikirannya berkelana; bagaimana bila Shuhua marah? Bagaimana kalau ia pingsan karena lapar? Bagaimana jika ia benar-benar jomblo seperempat abad dan terpaksa menghadiri wisuda menggandeng Loius bersamanya?

Sejujurnya, itu mengerikan.

Tidak sabar, Hendery mengetuk-ngetukkan tangan ke tuas gas. Saat akan mengabari Shuhua, dia baru sadar ponselnya tertinggal di rumah. Lucas rupanya benar一tidak makan juga menyebabkan dia tidak seteliti biasanya. Sebenarnya Hendery bisa saja menerobos antrian kendaraan yang berbaris sepanjang riwayat kejombloannya ini. Paling-paling nanti dia sampai di tempat kencan dengan tampilan ala mumi yang kurang makan.

Duh, lapar...

Demi mengisi waktu, Hendery bengong. Tatapan matanya menerawang, mulutnya terbuka. Untungnya dia tidak punya hobi mengupil seperti Lucas sehingga masih sedap dipandang. Jalanan ini semrawut, jadi dia membayangkan dirinya berada di tempat lain. Misalnya, bertemu Shuhua dan duduk semeja...

Sambil memainkan rambutnya (pose andalan cowok-cowok) Hendery bakal mengedip dengan gaya yang ia harap takkan membuatnya tampak seperti keledai yang terkena serangan ayan, lantas berujar, "Shuhua, kamu tahu nggak bedanya kamu sama kumis lele?"

Karena adegan ini berlangsung di benaknya, Shuhua akan tersipu-sipu menahan malu. "Nggak tahu. Apaan tuh?"

"Kalau kumis lele ada 2, kalau kamu ada 1 di hatiku."

Aciiia!

Setelah itu Hendery akan bersalto. Pengunjung lain toko bertepuk tangan. Dan Shuhua kemungkinan muntah atau sesak napas.

Tin tin!

Ah, akhirnya. Hendery yang gembira segera tancap gas dari sana. Ban-ban motornya bergulir di aspal dalam kecepatan tinggi. Ada seorang gadis yang menunggunya, dan Hendery tidak ingin gadis itu menuggu terlalu lama.

Tiba di toko roti, Hendery buru-buru memarkir motor, dan bergegas ke pintu masuk. Lalu di sinilah kejadian naas terjadi. Bukan, bukan! Hendery tidak ditabrak becak atau diculik alien dan diseret ke planet Mars. Sederhana saja, walaupun agak menggelikan, dia membuka pintu di saat yang sama seorang gadis yang menenteng kue tart hendak melangkah keluar.

Akibatnya, tabrakan tidak terhindarkan. Kue milik pengunjung itu terjatuh, selanjutnya disusul wajah Hendery yang tidak mampu mengendalikan keseimbangan tubuh. Kertas karton yang membungkusnya penyok, rusak parah tertimpa beban tambahan. Ketika Hendery mendongak, dia terlihat seperti badut yang melumuri wajahnya dengan tepung.

"Waduh!" Si pembawa kue, gadis bergaun kuning secerah mentari, menutup mulutnya entah menahan shock atau tawa. "Maaf, aku nggak sengaja! Kamu nggak apa-apa kan? Kamu oke?"

Sepotong ceri merah gemuk meluncur jatuh dari rambut Hendery. Dari dahi ke dagu, dia dipenuhi krim vanilla tebal menyerupai masker kedaluwarsa. "Nggak apa-apa," sahut Hendery setengah hati. "Cuma pengen nyari muka baru aja."

Pengunjung lain toko itu bukannya bertepuk tangan mengikuti skenario dalam kepalanya, justru meledak tertawa seperti sekawanan hyena. Mereka tidak menahannya, mereka tidak menyia-nyiakan hiburan gratis di depan mata. Semuanya tergelak. Semua, kecuali gadis manis yang menghentakkan kakinya dengan sebal. Ciri-ciri di wajah si gadis familiar, dan Hendery mengawasinya saat omelan berbahasa Mandarin mulai terlontar dari bibir mungilnya. "Dasar cowok Sinder berengsek!"

Dalam keadaan bersimpuh di lantai, mirip seekor mermaid yang terdampar, Hendery menganga. "Lho, kamu...?"

Gadis itu terus saja melewatinya, tidak menghiraukan pemuda dengan make up luar biasa tersebut dan cepat-cepat masuk ke sebuah Cadillac putih mengkilap yang senada dengan sepatunya. "Capek aku nunggunya. Kalau batal dateng, mestinya bilang dong!"

Lalu sebelum Hendery sempat bersuara lagi, Shuhua menyelipkan tubuh rampingnya masuk dan menghidupkan mesin. Kurang dari setengah menit, dia sudah minggat menjauh melindas gambaran kencan romantis Hendery yang masih berwujud angan-angan belaka.

Tinggallah Hendery yang tampak seakan ingin menangis, sebab kalah padahal berperang saja tidak.

Kencan kedua dengan Yeh Shuhua? GAGAL!

Part ini terinspirasi dari gua sendiri yang kalo belom makan hati jadi resah gelisah dan kerja otak tydak maksimal 🤧

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top