01. Gara-gara Ramen!

Nama gadis pertama itu JANG YEEUN.

Lucas bilang, dia sebaiknya tidak terlalu banyak berharap. Lucas bilang, seperti rata-rata percobaan pertama lainnya, jarang ada yang berakhir dengan keberhasilan一kecuali entah bagaimana ia berhasil menemukan rumah dewi Fortuna dan menyogoknya dengan sekeranjang salak.

Tapi menengok tampang Nona Jang ini, rasanya tidak ada salahnya berharap lebih. Dia cantik sekali, tidak dalam artian seperti Barbie, tapi jenis kecantikan yang akan mudah diingat. Hendery paling suka lekuk bibirnya, bentuknya yang mungil namun menggoda. Dan menurut profilnya, tinggi badannya juga lumayan.

Nah, ini dia yang akan Hendery sebut paket lengkap.

Hari ini, mereka berjanji akan bertemu di sebuah coffee shop di dekat kampus Yeeun, sambil sarapan, dan dengan main-main dalam pesannya, Hendery menambahkan, sekalian merencanakan masa depan bersama. Tsssah!

Sebagai bentuk dukungan, Lucas juga bangun pagi meski tidak punya jadwal tertentu dalam kalendernya. Dia memasak 4 bungkus ramen instan sekaligus dalam sebuah panci besar yang konon katanya bisa dipakai untuk pengganti perisai captain America. Lucas itu punya perut ajaib yang diincar para wanita; selalu makan banyak tapi tidak pernah bertambah bobotnya. Bagi Lucas, bila tidak dicampur nasi, namanya bukan "makanan", tapi sekedar "camilan".

"Nyemil dulu, Dery."

"Kalau aku telat gimana?"

"Nggak bakal, nanti aku panggilin awan kinton buat nganter kamu."

Ada ramen dan segelas limun segar di sana. Gratis tanpa dipungut biaya. Apalagi yang bisa Hendery lakukan selain menikmatinya? Ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan, mengingat Lucas normalnya memasak saat terjadi peristiwa fenomenal saja, misalnya, dosen yang membatalkan kelas, atau ia bertemu cewek langka yang ketika ditanya, "Mau makan di mana?", tidak menjawab, "Terserah deh." Hendery yang akhirnya berkencan pastilah Lucas anggap setara dengan penemuan planet baru yang berbentuk jajar genjang.

Maka, Hendery duduk dengan patuh, mengambil piringnya. "Kok ... Pedes banget, ya?"

Mulut Lucas yang mengerucut sesaat berhenti meniup mie-nya. "Merk yang biasa abis soalnya, yang penting enak."

"Oh." Hendery yang sebetulnya tidak terlalu suka makanan pedas hanya ragu-ragu sejenak. Lucas benar. Makanan ini enak, dan perutnya bergemuruh menuntut lebih banyak. Pokoknya terobos saja!

Hendery tiba 10 menit lebih awal sebelum waktu yang dijanjikan (naik motor, bukan awan kinton), tapi ternyata Nona Jang sudah tiba mendahuluinya. Itu dia, di sana, meja 9! Hendery bisa langsung mengenalinya sebab sosok asli dan fotonya di aplikasi tidak jauh berbeda. Bahkan, dia jauh lebih mempesona saat dipandang melalui tatap muka, dengan rambut pendek berhias pita yang menyembul dari puncak kepalanya.

Terima kasih banyak, Sinder!

"Jang Yeeun?"

Gadis itu berdiri. "Hendery?"

Karena tidak tahu harus berbuat apa, Hendery mengulurkan tangannya untuk dijabat, "Maaf terlambat. Anu, eh ... Salam kenal."

"Kenapa kita jadi kayak orang yang mau transaksi bisnis, ya?"

Mengambil kesempatan itu, Hendery meralat, "Ah nggak, cuma transaksi perasaan."

Aha, 1 poin untuknya! Itu tembakan yang bagus. Saking seringnya mendengar Lucas melontarkan rayuan gombal yang beresiko mengakibatkannya mual, muntah, sampai ingin menarikan lagu black mamba, lama-lama membuat dia hafal trik-trik sang pakar cinta. Cewek suka kalimat manis, camkan itu! Walaupun Lucas juga berpesan, jangan sampai ia memijak ranah berbahaya dengan mengatakan sesuatu seperti, "Wah, kamu makan lahap ya, mirip kuda nil di kebun binatang."

Itu sih namanya dia minta ditampar!

Malu-malu tapi mau, Hendery duduk di hadapan kandidat pertama calon pacarnya. Mereka memesan masing-masing secangkir kopi dan sepiring roti croissant mini, lalu setelah mengobservasi penampilan satu sama lain dan puas pada hasilnya, saling pandang dengan sorot yang tak salah lagi, menyatakan ketertarikan!

"Jadi?" Yeeun dengan berani memulai. "Ceritain sesuatu tentang kamu."

Hendery berdeham. "Kamu tahu namaku. Umurku 22 tahun, mahasiswa seni di SNU. Aku bisa buat patung, dari kayu atau batu, dan mungkin bikin kamu jatuh cinta."

Ketika Yeeun tergelak, rasanya hati Hendery dipenuhi kupu-kupu yang menggelitik. "Dari mana asal cowok yang terlalu percaya diri ini? Kamu pasti bukan orang Korea asli."

"Apa itu tebakan?"

"Ketahuan dari aksenmu."

Hendery terkesan, tak banyak yang bisa mengetahui hal itu karena aksennya telah memudar setelah lama tinggal di negeri orang. "Pengamatan yang bagus, Watson. Aku dari Mac一"

Oh. Oh. Sepertinya ada yang salah. Hendery yang saat itu hendak menyeruput kopinya membatalkan niat, dan beralih menyentuh perutnya. Seolah-olah ada tali tambang yang berputar di sana, membelit organ dalamnya. Perih sekali sensasinya, bukan main.

"Hendery?" Yeeun melambaikan tangannya. "Kamu nggak apa-apa? Tadi kamu cerita tentang tempat asalmu. Ma ... Macedonia, ya?"

"Bukan, tapi Macau一"

Tali itu mengikatnya semakin kencang.

Demi seluruh bintang-bintang di jagat raya, penempatan waktunya tidak bisa lebih pas dari sekarang! Hendery tersenyum penuh sesal. "Bisa tunggu 5 menit aja, Eun?"

Tanpa menanti jawabannya, Hendery yang sudah tidak tahan buru-buru ke toilet pria seakan dikejar penagih hutang. Hampir menabrak seorang ibu dan anak balitanya, dia benar-benar kembali 5 menit kemudian, sesuai dengan ucapannya. "Aku harusnya nggak makan ramen pedas pagi ini," katanya sungkan. "Nyampek di mana kita tadi? Macau, ya? Ah ya. Aku pindah 4 tahun lalu."

Senyum Yeeun belum luntur. "Apa yang bawa kamu ke Korea?"

"Sejujurnya? Pengen ngelamar jadi pelawak. Aku serius," imbuhnya, saat kepala Yeeun menengadah ke belakang dan ia tertawa. "Kalian punya banyak komedian keren di sini. Cita-citaku emang nggak biasa. Gimana soal kamu?"

"Aku 23 tahun," ujar Yeeun kalem. "Kuliah di Dongguk, nggak jauh dari sini, dan..."

Untuk kedua kalinya wajah Hendery memucat. Perutnya berulah lagi, enggan membiarkannya tenang walau hanya sejenak. Dia berupaya menahannya tapi gagal. Ini adalah jenis panggilan yang tidak dapat ia abaikan.

"Ma-maaf." Hendery terbata-bata. "Bisa ditunda ceritanya?"

Kali ini dia butuh waktu lebih lama dari sekedar 5 menit.

"Maaf, Eun." Rasa-rasanya Yeeun pantas menerima kata itu lebih sering. "Boleh kita lanjutin lagi?"

Yeeun mengangguk, namun raut wajahnya agak kaku. "Aku kuliah di Dongguk, semester akhir."

"Jurusan apa?"

Gadis itu tersenyum penuh teka-teki. "Coba tebak."

Hendery memutuskan mengikuti permainannya. "Hm, oke, dilihat dari penampilan kamu yang cantik, manis, dan kata-katamu yang sopan, kamu pasti一"

Oh, tidaaaak! Perutnya meraung-raung untuk kali ketiga ingin ke kamar mandi. Rentetan bencana ini belum usai! Entah ia harus menyalahkan Lucas atau sistem pencernaannya yang payah, Hendery bersumpah ia takkan makan ramen lagi selama setidaknya sebulan. Dia membungkuk, meremas sisi kiri perutnya.

Paras Yeeun berubah cemas. "Hendery? Kamu mau dianter ke dokter?"

Hendery menggeleng.

Lantas melakukan sesuatu yang amat sangat mengerikan dari sekedar minta izin一lagi!一ke toilet. Tanpa sengaja, di luar kendalinya, Hendery berbuat hal yang tak dianjurkan, tak disarankan, dan berada di urutan teratas dalam daftar Tindakan Yang Tidak Boleh Dipraktekkan Di Kencan Pertama;

Sederhana saja, dia kentut.

Dia kentut.

Atau mari diulangi, DIA KENTUT.

Dan yang lebih memalukan, saat itu coffee shop tengah dalam suasana yang tenang, jauh dari kegaduhan, sehingga suaranya terdengar seperti ledakan bom yang terlalu kencang dan kontan membuat pengunjung lain menoleh dengan raut menghina yang tak disembunyikan.

Terjadi keheningan yang panjang.

Yeeun diam, pipinya merona merah.

Hendery juga diam. Alih-alih ingin ke dokter, dia lebih ingin disambar kilat dan menghilang saat itu juga.

Mereka terdiam untuk waktu yang terasa bagai selamanya bagi Hendery yang bersalah. Di antara himpitan rasa malu serta bisikan orang-orang yang riuh di sekitar, tidak banyak yang bisa dibicarakan. Mereka menunduk, menyesap kopi dan mengunyah roti tanpa suara. Sekeras apapun berusaha, Hendery kesulitan menemukan cara untuk memperbaiki keadaan.

Lagipula ada ya, cara yang tepat sekaligus bermartabat untuk berkata, "Hehe, maaf aku kentut, mules banget habisnya."

Melompat ke jurang mendadak terdengar seperti pilihan yang rasional.

Semenit berselang, ponsel Yeeun tiba-tiba menyala dan bergetar. Dia mengangkatnya. "Halo, Yujin? Kenapa? Nggak, nggak. Aku nggak sibuk. Oke, aku ke sana. Nggak masalah sama sekali. Kamu nggak ganggu."

Klik. Dia menutup panggilan itu dengan wajah yang terang-terangan menunjukkan kelegaan. "Maaf, Hendery. Aku harus pamit duluan. Ada urusan kuliah."

"Apa kamu mau aku anter? Aku bawa motor一"

"Dah, Hendery."

Selanjutnya dia berjalan cepat ke kasir, nyaris bisa disebut berlari, sungguh.

Dihantam gelombang kekalahan, Hendery terduduk lesu di kursinya. Itu, dan kemarahan yang makin menggelegak tiap detiknya. Dari sekian banyak hari, kenapa pula dia mesti sakit perut sekarang? Kenapa harus saat ia sedang berkencan? KENAPA? Dengan lesu, Hendery menenggak sisa kopinya, merasa ingin menelan cangkirnya sekalian.

Kencan pertama dengan Jang Yeeun? GAGAL!

Xixixixi sesuai tagnya, partnya bakal pendek2 ntar. Lucu kagak lucu ketawa aja biar gua seneng 🤧

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top