Bab 6
"Apa semuanya sudah beres?" tanya Sebastian pada Eric, orang kepercayaannya.
"Tentu saja beres. Sahamnya sudah ku dapatkan tapi kamu tidak takut kalau si tua itu marah."
"Memangnya dia bisa apa. Berjalan saja dia perlu tongkat." Kemungkinan Sebastian akan memperburuk keadaan ayahnya. "Bagaimana soal tanah itu, para pengacara sudah menyelesaikannya?"
"Tanah itu kembali pada pemiliknya. Para pengacara bekerja sangat keras. Adiyaksa orang yang pantang menyerah."
"Baguslah."
"Aku khawatir denganmu. Adiyaksa orang yang sangat berbahaya. Dia manipulatif." Sebastian mengenal baik siapa musuhnya. Adiyaksa mengincar kerja sama dengan Prasodjo.
"Aku sudah menyiapkan jurus yang ampuh untuk mengatasinya. Kamu tenang saja."
"Kamu menyelidiki Adiyaksa?"
"Sedikit," jawab Sebastian bijak karena ia belum mau membagi informasi ini pada siapa pun. "Kamu bisa kembali bekerja."
Eric undur diri. Sebastian sosok yang misterius. Pria itu dianggap sebagai pria jahat tapi sebenarnya Sebastian tidak begitu.
**
Marcel berlari setelah memarkirkan mobilnya dengan asal-asalan. Baru saja ia mendengar kabar kalau Alena terserempet kendaraan saat mengantarkan pesanan. Ia sangat khawatir, takut terjadi apa-apa pada Alena.
"Yang sakit di sebelah mana?"
Kebetulan Alena sedang dirawat oleh dokter di sebuah klinik.
"Aku baik-baik saja. Kakiku kesleo dan lecet."
"Syukurlah tidak ada yang parah. Apa kendaraan yang menabrakmu mau bertanggung jawab?"
Alena menggeleng. "Kendaraan itu kabur. Kendaraan itu sepertinya sengaja menabrakku. Kendaraan itu menungguku berhenti dulu baru menabrakku. Aku takut sekali Marcel kalau kecelakaanku memang disengaja. Apa ibumu tahu kamu kembali padaku?"
Memang yang biasanya melakukan hal di luar batas adalah Ibu Marcel.
"Ibuku tidak tahu kalau kita kembali menjalin hubungan."
"Bagaimana dengan Nitara?"
"Nitara tahu tapi kamu tahu kan Nitara sangat pengertian."
Alena meneguk ludah. Di mata Marcel Nitara sudah seperti saudara perempuan yang bisa dipercaya.
"Mungkin Nitara melapor pada Ibumu."
"Aku tidak yakin."
"Setiap hubungan kita diketahui Nitara, tidak lama Ibumu melakukan sesuatu padaku. Aku takut Marcel. Aku tahu kalau posisi kita salah, Kamu mengkhianati Nitara. Marcel, Tolong perjelas hubungan kita ini atau aku akan pergi saja dari kehidupanmu."
Marcel jadi lemah kalau sudah diancam begitu. "Aku akan bicara pada Nitara pelan-pelan setelah itu aku akan memutuskan pertunangan kami secara resmi. Orang tuaku sudah menaruh harapan yang tinggi kepada kami."
"Marcel, kita bisa pergi bersama meninggalkan semuanya. Kita bisa memulai kehidupan baru, hanya kita berdua." Itu permintaan Alena dari dulu yang tidak berani Marcel wujudkan.
"Aku akan mempertimbangkannya Alena. Lebih baik sekarang kamu istirahat."
Alena dikecewakan lagi. Ia mencintai Marcel, tidak kuasa meninggalkan lelaki itu padahal Alena tahu Marcel tidak mungkin bisa hidup bersamanya.
**
"Sudah kamu kirim uangnya?"
"Sudah. Kali ini kamu sudah gila Tara. Kamu menyewa orang untuk menabrak Alena."
"Moodku sedang baik, aku hanya menyewa orang untuk memberi peringatan padanya. Awalnya aku mau menyewa pembunuh bayaran."
Hani yang semula santai sampai berdiri karena kaget. "Pengorbananmu untuk masuk penjara tidak sesuai dengan cinta Marcel."
"Aku tidak akan di penjara. Ayahku bisa mengeluarkanku. Kalau Alena tidak ada, Marcel akan jadi milikku."
"Sebaiknya kamu jaga uangmu itu untuk kebutuhan lain. Banyak pria yang lebih tampan bahkan baik dari pada Marcel." Pikiran kurang ajarnya mengarah ke Sebastian. "Aku punya banyak kenalan petinggi perusahaan dan anak-anak lelaki mereka. Kalau mau, aku bisa memberimu foto mereka padamu."
"Hani, kamu mengajariku untuk selingkuh. Aku setia kepada Marcel. Aku akan tetap setia menunggunya. Aku yakin penantianku akan berbuah manis."
"Buah manis kalau tumbuhnya baik tapi buahmu dari awal sudah kecil dan aku yakin perasaanmu itu bukan cinta." Hani bisa berkata seperti itu setelah menikah dengan lelaki pilihannya. "Kamu mengejar Marcel seperti seekor kucing mengejar ikan." Nitara mengibaskan tangan, mengabaikan perkataan Hani.
"Aku lebih tahu apa itu cinta karena aku yang merasakannya."
"Kalau Marcel menjadi milikmu, bagaimana selanjutnya? Apa kamu akan bahagia, Tara. Apa kamu bisa menjalani hidup bersamanya? Kamu akan sering melihatnya, tidur dengannya. Apa puas dengan hal itu?"
"Itu ...." Nitara terdiam. Ia tidak akan pernah mencium kebahagiaan kalau hati Marcel masih dimiliki Alena.
"Cinta itu berasal dari dua sisi Tara. Memang kamu mau selalu mengerti dan berjuang sendiri?"
"Marcel pasti akan berubah."
"Sejak kalian kecil hingga dewasa, hati Marcel tidak berubah. Cintanya bukan untukmu. Ada atau tidaknya Alena. Marcel hanya akan menganggapmu sebagai saudaranya."
Nitara sadar, ia tidak bodoh tapi hatinya menjadi sangat nyeri ketika membayangkan tidak akan bersama Marcel ketika mereka tua nanti.
"Aku tahu yang ku lakukan hani. Jangan khawatir!"
Ponsel Nitara yang berbunyi menghentikan obrolan mereka. Hesti menelpon mengajak Nitara ke tempat pameran kerajinan tangan. Nitara mengiyakan dan ia seolah lupa apa yang dibahasnya tadi bersama Hani.
**
"Tante!" panggilnya ceria.
"Tara, kamu sudah datang?"
"Marina juga ikut?" ketika sampai Nitara melihat Marina berdiri di samping Hesti.
"Kebetulan Marina sangat suka sekali menghadiri tempat pameran. Karya seni yang terjual, keuntungannya akan disalurkan ke badan amal. Ayo kita masuk untuk melihat-lihat."
Nitara tidak begitu menyukai karya seni tapi tas dari bahan anyaman akar teratai cukup menarik perhatiannya. Ia juga penasaran dengan lukisan yang menggambarkan sekumpulan anak yang kelaparan di bawah naungan gedung tinggi. Nitara berhenti lama sekali di depan lukisan yang memiliki warna dasar merah darah itu.
"Lukisan yang menarik kan?"
"Sedang apa kamu di sini?"
"Kamu sendiri sedang apa?"
Nitara langsung cemberut dan berpindah tempat namun pria itu malah mengikutinya.
"Sebastian!" panggil Hesti yang datang bersama Marina. "Ku kira kamu tidak datang."
"Mana mungkin Sebastian tidak datang. Perusahaannya yang mendanai terselenggaranya pameran ini." Ucapan Marina sulit dipercaya. Sejak kapan Sebastian menjadi sangat dermawan.
"Kami baru saja masuk dan belum menjelajah secara menyeluruh. Apakah kamu bersedia mengantar kami berkeliling?"
"Aku hanya penyelenggara bukan pemandu."
"Kalau begitu kita bisa sama-sama menjelajah."
Hesti tidak kehilangan akal untuk mendekatkan Marina dan Sebastian. Nitara hanya mengikuti skenario dan tidak akan ikut campur kalau Sebastian sampai mencacah mereka dengan tatapannya.
Hesti menggandeng Nitara sedang Sebastian berjalan di depan bersama Marina. Ibu Marcel memelankan langkah untuk memperlebar jarak. Ia benar-benar sudah bulat dengan niatnya yang berbaya.
"Menurutmu Marina dan Sebastian akan cocok?"
"Kalau dilihat sekilas mereka cocok."
"Marina perempuan baik-baik walau dia pernah gagal membina rumah tangga. Karakternya akan cocok dengan Sebastian yang keras kepala. Semoga kelembutannya bisa membuat Sebastian luluh."
Nitara tidak yakin. Harusnya Sebastian dijodohkan saja dengan anak mafia. Sifat keras kepalanya akan mendapat tandingannya.
"Ayah mertua sangat khawatir dengan Sebastian. Dia takut kalau meninggal, tidak ada yang akan menjaga Sebastian." Nitara hampir tertawa. Jelas sekali Sebastian tidak perlu dijaga malah para anggota keluarga harusnya waspada pada Sebastian. Sebastian itu lebih mirip serigala pemangsa. "Makanya dia menyuruhku memilihkan istri untuk Sebastian."
"Kelihatannya dia tidak menyukai ide ini. Mungkin Sebastian sudah memiliki pilihan sendiri."
"Selama ini Sebastian tidak pernah menjalani hubungan dengan serius. Terakhir ia jalan dengan wanita bernama Paula. Hubungan itu hanya berlangsung sebulan. Waktu Sebastian lebih banyak dihabiskan untuk mengurusi pekerjaanya."
Nitara kaget karena tiba-tiba Sebastian berbalik dan menatap ke arahnya. Seolah pria itu tahu kalau sedang dibicarakan.
"Hesti, aku pamit pergi dulu karena masih ada urusan lain. Kalian bisa berkeliling sepuasnya."
Tampaknya rencana Hesti gagal total. Marina tidak berhasil menarik perhatian Sebastian. Entah kenapa sudut hati Nitara merasa senang tapi kesenangan sesaat itu berubah jadi kekagetan ketika mereka mendengar suara tembakan pistol dari arah luar.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top