Bab 5

Nitara tidak mau menggubris ucapan Sebastian namun tangannya sudah ditarik oleh pria itu.

Sebastian tadinya berdansa dengan Marina untuk menghormati perkenalan mereka. Ia bukan pria bodoh, Sebastian menyadari kalau ia memang sengaja didekatkan dengan wanita itu.

"Aku sudah lelah. Aku tidak mau berdansa lagi." Nitara menolaknya tapi Sebastian sudah merangkul pinggangnya dengan erat.

"Malam ini kamu sangat cantik, Nitara." Mendengar ucapan itu untuk sekejab Nitara terkejut. Sepanjang mempersiapkan acara tidak ada yang mengatakan kalau ia cantik.

"Terima kasih atas pujiannya tapi bisakah kamu sekarang melepaskanku?" pegangan Sebastian tidak mau mengendur, pria itu membawanya berputar.

"Tidak bisakah kamu tenang, Nitara. Kita hanya berdansa." Namun dansa ini membawakan sengatan lain. Ketika tubuh mereka saling menempel, hasrat Nitara terbangkitkan. Malam yang hawanya dingin berubah jadi panas. Nitara perlahan ingat bagaimana rasa tangan Sebastian saat menyentuhnya.

"Pernahkah kamu memandang lelaki lain selain Marcel, Nitara?"

Pikiran Nitara ditarik ke kenyataan. Saat berdansa tadi, Nitara sempat memikirkan lelaki lain selain Marcel.

"Aku perempuan setia. Kejadian seminggu lalu hanya kesalahan saat aku mabuk."

"Setia?" ucap lelaki itu sambil tersenyum. "Aku bisa melihatnya. Sejak dulu kamu mengejar Marcel seperti anak anjing mengikuti tuannya. Kamu terlihat seperti gadis bodoh."

"Aku tidak bodoh. Aku yakin kalau Marcel memang jodohku."

"Keyakinan sesat yang diberi ibumu dan Hesti," jawab Sebastian muram. Ia memutar Nitara dua kali agar mereka menjauh dari lingkaran dansa. "Keyakinan yang kamu kira cinta."

"Orang kejam sepertimu tidak pantas mengatakan cinta. Kamu tidak pernah merasakannya."

"Lalu kamu pikir, kamu pernah merasakannya?" Sebastian dengan lancang menyentuh rahang Nitara. Pria itu tidak akan mencoba menciumnya di tempat umum kan? Nitara menjadi takut, bulu kuduknya meremang.

"Ku dengar Marina sengaja diundang untuk dijodohkan denganmu. Mungkin kamu bisa mencoba jatuh cinta padanya?" Ia berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Tidak akan mudah melakukannya padaku. Mereka tidak bisa mengikat dan mengendalikanku." Itulah karakter dasar Sebastian. Pria tidak pernah menurut.

"Keluargamu peduli dan sayang padamu bukan mau mengendalikanmu."

"Kamu naif Nitara. Tidak ada kasih sayang di antara keluarga Wijaya."

Entah kenapa perkataan Sebastian membuat bulu kuduk Nitara berdiri. Nitara tidak buta, ia melihat bagaimana baiknya Hesti dan bagaimana perhatiannya Harland sebagai ayah. Mungkin Sebastian menjadi pahit dan kejam karena kakek Marcel memang sudah cukup tua hingga tidak punya tenaga untuk memberi perhatian ke Sebastian. Mengisi masa kecil pria ini dengan kenangan manis.

Begitu musik dansa berhenti, Sebastian langsung melepasnya. Nitara tampak kebingungan karena tidak melihat Marcel di mana pun.

"Di mana Marcel?" tanyanya pada Marina.

"Dia pergi mengantar kakeknya ke klinik. Sepertinya Tuan Wijaya tidak enak badan."

Nitara kaget karena Marcel pergi tanpa berpamitan padanya. Ia sengaja membiarkan mobilnya dibawa oleh Hani karena mau menumpang dengan Marcel. Nitara butuh bicara berdua saja dengan tunangannya.

"Ada apa Tara?" tanya Hesti yang melihat raut muka calon menantunya yang mulai panik.

"Marcel pulang tidak bilang padaku padahal aku berencana ikut mobilnya. Mobilku dibawa pulang oleh Hani."

"Kalau Cuma itu, kamu bisa memesan kamar untuk tidur. Menginap saja di sini."

"Tidak bisa. Besok pagi, aku ada meeting penting. Aku memesan taksi online saja."

"Tidak bisa. Ini sudah terlalu malam. Aku punya ide bagus." Hesti tersenyum misterius. Gara-gara ucapan Sebastian, ia jadi takut dengan senyum ibu Marcel. "Kau bawa saja mobil Marina. Marina bisa satu mobil dengan Sebastian."

"Itu merepotkan," jawab Sebastian ketus. "Nitara bisa naik mobil bersamaku dan Marina bisa naik mobilnya sendiri. Kalau kamu khawatir dengan keamanan Marina. Aku bisa mengikutinya dari belakang."

Kalau Sebastian sudah bicara, mana ada yang berani membantahnya. Nitara mengambil tas dan dompetnya. Ia tidak berkata apa pun lagi. Kalau saja besok tidak ada rapat penting, ia tidak akan mau semobil dengan Sebastian.

"Pakai jas-ku di dalam mobil, AC-nya cukup dingin." Nitara menurut. Semoga saja perjalanannya berlangsung singkat tapi Sebastian tidak menuruti permintaan Hesti. Ia memutar setir, mengambil jalan lain memutuskan untuk tidak mengikuti mobil Marina.

"Kenapa kita mengambil jalan lain? Kasihan Marina, Ini sudah malam."

"Marina sudah cukup tua untuk diculik. Aku mengambil jalan singkat untuk cepat pulang. Memangnya kamu mau kita sampainya lama. Mobil Marina sangat lambat."

"Kamu tidak punya niat lain padaku kan?" tanya Marina curiga. Sebastian selalu berhasil membuatnya waspada.

"Niatku tergantung pada sikapmu. Sebaiknya kamu pakai jas itu terus. Punggung telanjangmu mengganggu konsentrasiku."

Nitara langsung mengancing kancing jas Sebastian.

"Menutupinya dariku pun percuma. Aku sudah pernah melihat semuanya."

"Kamu bajingan Sebastian!"

Setelah itu perjalanan mereka hanya ditutup keheningan. Di kemudian hari Nitara harus menjaga jarak kalau bertemu dengan Sebastian lagi.

**

"Semalam kamu diantar Sebastian?"

"Iya ayah. Marcel mengantar kakeknya ke Klinik. Kebetulan mobilku dibawa pulang dan tinggal Sebastian yang berada di sana." Nitara tahu pelayannya pasti sudah melapor pada sang ayah. "Ayah tidak suka?"

"Harusnya Sebastian mengantar ayahnya, Marcel yang mengantarmu."

"Ayah, keadaannya darurat. Marcel pergi saja tidak pamit padaku."

"Tara, ayah hanya khawatir."

"Ayah berlebihan. Sebastian memperlakukanku dnegan baik, dia tidak menggigit," ucap Nitara dengan maksud bercanda tapi kenyataannya ia sudah tergigit. "Kenapa ayah tidak suka padanya?"

"Dia orang sangat berbahaya. Bisnisnya berhubungan dengan sesuatu yang tidak baik. Kalau pun ayah ceritakan kamu tidak akan mengerti tapi ayah paham kenapa dia jadi seperti itu. Sebastian terlahir dari seorang pelayan. Pelayan itu berhubungan dengan Harland dan Wijaya. Sebastian bisa jadi anak Harland makanya Wijaya tidak begitu menyukainya, Harland tidak mungkin mengakuinya sebagai anak. Alan pasti akan sangat marah. Alan saja susah sekali menerima kehadiran Marcel."

"Wah aku baru tahu kalau posisi Sebastian sangat fleksibel."

"Tara ... ayah tidak bercanda. Dengarkan nasehat ayah, jauhi Sebastian. Ayah lebih suka kamu menunda meting dari pada semobil dengannya."

"Aku menuruti nasehat ayah tapi Sebastian itu paman Marcel. Aku tidak bisa pura-pura tidak kenal dengannya kalau bertemu di luar tapi aku akan berusaha menjauhinya."

Entah kenapa Nitara malah kasihan setelah mendengar perkataan ayahnya. Bagaimana perasaan Sebastian yang dikira sebagai anak Harland. Sebastian pasti sangat terluka kalau dipandang rendah karena asal usulnya. Terlepas dari itu semua, Sebastian tetaplah pria brengsek di matanya.

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top