Aliran Kedua belas'
Hujan masih setia turun dari dini hari sampai siang ini, aku sedikit kesal tentunya karena tak bisa bermain di luar.
Angan-anganku melayang begitu saja saat tahu hujan masih turun di siang hari ini. Dengan tak bersemangat aku duduk di atas kasurku seraya memandangi tetesan air yang jatuh dari atap rumah dari jendela kamar.
Aku tak sebegitu faham kenapa jalur takdirku selalu sama pada akhirnya.
Aku berteman lalu kami menjadi dekat satu sama lain namun tiba-tiba mereka meninggalkanku.
Beberapa orang berkata jika itu adalah hal biasa yang terjadi dalam pertemanan. Jika di gambarkan mungkin seperti seekor bayi penyu yang baru lahir.
Kau keluar dari cangkang bersama penyu lain lalu disana sejenak semalam dan esoknya satu persatu dari mereka akan pergi ke laut untuk bertahan hidup.
Jika kau tak bergerak kau akan menjadi santapan burung camar yang terbang dan jika kau bergerak kau akan menyusul yang lain dan berenang ke laut bersama.
Seperti itu lah gambarannya sebuah pertemanan.
Namun ada juga yang meninggalkan kita saat di tengah ombak besar atau di buru hiu.
Kita bersusah payah mengejar mereka, memahami mereka dan berharap mereka juga mengerti kita namun ternyata dugaan kita salah.
Aku tertawa dalam diam, masih dengan posisi menghadap ke jendela.
Tanpa kusadari air mataku turun begitu saja.
Ah kini aku tahu alasan kenapa banyak gadis suka menangis di kala hujan turun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top