[01. Secret Gift] Time to Rescue! - Kise Ryouta

Secret Gift Project

Time To Rescue!

Secret Gift for eskrimlalala
Kise Ryouta x Reader
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

Written by himuluci
.

.

.

Katanya kalau ada seorang raja iblis yang tinggal di puncak gunung, seorang putri akan diculik dan seorang pahlawan akan datang menyelamatkannya.

Konon katanya, setiap ending dari cerita yang seperti ini sih biasanya sang pahlawan akan menikahi sang putri dan seluruh rakyat dari penjuru kerajaan akan bersuka cita akan menikahnya pasangan itu.

"Dan aku adalah orang yang akan menjadi pahlawan dari dalam dongeng tersebut!" Pemuda bersurai kuning itu tersenyum dengan bangga sambil membusungkan dadanya sementara dua insan yang duduk di seberang meja hanya menatapnya datar.

"Kise-kun, kau sadar bahwa hal itu mustahil 'kan?" Sambil menyesap milkshake yang tersaji dalam gelas kertas sekali pakai, pemuda bernetra biru muda itu menatap Kise dengan heran.

"Tidak mustahil kok-ssu!" Kise berucap dengan bersemangat, "buktinya sekarang beneran ada raja iblis yang sedang menculik seorang putri!"

"Oh, yang pengumumannya dipasang di pamflet guild itu ya." Kali ini pemuda berkulit tan yang menimpali ucapan Kise.

"Nah, itu Aominecchi tau-ssu!" Kise berteriak kegirangan dan membuat seisi restoran menoleh ke arahnya. Sadar akan pandangan yang ditujukan padanya, ia sedikit membungkuk untuk meminta maaf sebelum kemudian Kuroko membuka mulutnya,

"Tapi kalau tidak salah, putri yang diculik itu [last name]-san bukan? Kise-kun suka membicarakannya saat ditanya soal masa kecilnya."

"Nah, justru karena itu-ssu!" Sang manik emas berdiri diikuti dengan aura api yang berkobar sebagai latar belakangnya, "aku justru harus menyelamatkannya!"

Kedua pemuda yang daritadi meladeni celotehan semangat dari sang surai kuning hanya bisa menatapnya dengan pandangan ragu.

'Dia serius?'

.

.

Meski kedua anggota tim hanya terseret oleh ambisi dari Kise, mereka pada akhirnya juga oke-oke saja dengan keputusan tersebut. Apalagi bayaran yang diberikan oleh kerajaan juga sangat besar, sayang sekali kalau kesempatan seperti ini dilewatkan.

Tapi sekarang rasanya kurang afdal rasanya kalau belum memperkenalkan anggota tim yang akan berangkat menaklukkan raja iblis ini, jadi kita mulai saja.

Yang pertama tentu saja, Kise Ryota, seorang pahlawan yang merupakan anak dari seorang bekas bangsawan kerajaan dan teman masa kecil [name] yang diculik oleh raja iblis. Katanya sih dia jatuh cinta waktu kecil dengan [name] sampai-sampai setiap hari dulu, dia selalu menerobos masuk ke dalam taman istana untuk menemui [name].

Yang kedua adalah Aomine Daiki, mantan bandit kerajaan yang tobat setelah terkena musibah yang besar. Dari ceritanya sih dia kena azab oleh Raja Iblis, dan saking ketakutannya dia jadi berubah total–yah, walau beberapa sifat jeleknya masih tersisa sih.

Yang terakhir namanya Kuroko Tetsuya, dia adala penyihir yang cukup... unik? Sebenarnya sihirnya tidak cukup besar sampai bisa dipuji oleh seluruh benua, tapi entah kenapa hawa keberadaannya tipis sekali. Sampai-sampai setiap orang yang bertemu dengannya–dan meski itu bukan pertemuan mereka yang pertama kali, selalu berjengit kaget seperti melihat hantu.

Mereka bertiga bisa dibilang dipertemukan oleh takdir saat akan mengerjakan suatu komisi–yang ternyata harus dikerjakan secara berkelompok. Yah, hasilnya bisa dilihat sekarang, mereka kalau ada misi bersama-sama selalu pergi bertiga.

Nah, sudah cukup perkenalannya, sekarang kembali lagi ke dalam jalan cerita.

Kise dan timnya kini sudah berdiri di kaki gunung tempat berdiamnya raja iblis. Konon katanya, tempat ini dipenuhi oleh makhluk-makhluk sihir nan ajaib namun juga brutal.

"Baiklah, ayo kita berangkat-ssu!" Kise berteriak kegirangan dan langsung berlari masuk menuju hutan sementara yang lainnya mengekor di belakangnya.

Belum lama menjelajah rimbun pepohonan di kaki gunung, kini mereka telah sampai di sebuah tanah yang bisa dibilang cukup lapang.

Dari ujungnya, menyembul pucuk berwarna ungu. Disertai dengan koakan gagak dan efek dramatis yang entah darimana munculnya, datanglah seorang (atau seekor?) Raksasa yang tinggi menjulang.

"Ahh... Kalian pasti petualang yang ingin pergi ke kastil raja iblis? Gimana kalau kalian balik kanan dan pulang saja? Merepotkan kalau harus melawan kalian disini." Sang Raksasa menguap bosan sambil melirik singkat pendatang yang baru saja menginjakkan kakinya ke sarang miliknya.

"Mana bisa begitu! Kami harus pergi ke kastil raja iblis-ssu!" Si surai pirang mengeratkan genggamannya pada pedang yang dia simpan–bersiap untuk menyerang.

"Kalau begitu mau bagaimana lagi..." Kedua makhluk itu memasang ancang-ancang dan bersiap untuk menyerang satu sama lain.

"Anu..."

Suara Kuroko yang tiba-tiba saja muncul di tengah pertandingan membuat sang Raksasa dan Kise terperanjat kaget, membuat keduanya sontak menoleh ke arah sumber suara.

"Ini, aku punya makanan yang kubawa dari kota." Kuroko mengeluarkan sebuah bungkusan berwarna ungu dari saku jubahnya.

"Kurokocchi, ini bukan waktunya untuk makan-makan-ssu!" Setengah kesal, Kise membentak Kuroko sementara yang dibentak hanya menatap datar sambil menunjuk raksasa yang kini berdiri di belakang Kise.

"Maiubo!" Kedua netra ungu itu bersinar cemerlang dikala melihat bungkusan yang dikeluarkan oleh Kuroko.

"Ini boleh buatku 'kan?" Kuroko mengangguk, mengiyakan ucapan sang Raksasa yang kini sudah membuka bungkus Maiubo dengan hati yang berbunga-bunga.

"Kalau masih mau, aku masih punya banyak kok."

–dan dengan begitulah, raksasa ungu, Murasakibara Atsushi bergabung dengan tim petualangan Kise.

Kelihatannya kali ini Kise harus bersyukur, karena dengan adanya Murasakibara di timnya, dia tidak perlu melawan mob-mob tidak jelas yang suka muncul di tengah quest. Plus, seisi penghuni hutan sepertinya sedang berpikir dua kali kalau-kalau ingin menyerang mereka.

"Eh tapi Kurokocchi," Sang rambut biru muda menoleh ke arah Kise dengan wajah datar semulus tembok miliknya, "kau tahu darimana kalau Murasakibaracchi itu bisa dikalahkan dengan Maiubo...?"

"Itu tertulis di panduan '1001 cara menaklukkan Raja Iblis dan antek-anteknya' edisi ke-100, kebetulan waktu di kota tadi aku membelinya." Sebuah buku dikeluarkan dari balik jubah milik Kuroko, menampilkan ilustrasi sederhana dengan dua buah gunung dan matahari di tengahnya.

"Hee... Buku seperti itu ternyata ada juga ya-ssu," Kise manggut-manggut sok paham, padahal mah aslinya tidak. "Kalau cara menaklukkan Raja Iblisnya ada di halaman berapa?"

Kuroko membolak-balikkan halaman buku sambil mencari-cari kata kunci Raja Iblis di dalamnya, namun tepat di saat ia akan membuka mulutnya, Aomine tiba-tiba saja menyela.

"Hei kalian, udah sampai nih."

Sebuah kastil megah dengan dinding bata berwarna kelabu dan atap berwarna merah. Diikuti dengan aura kegelapan dan petir yang menyambar-nyambar di belakangnya, tidak diragukan lagi ini adalah kastil sang Raja Iblis.

"Hmph, akhirnya kalian datang juga nanodayo." Dengan tanduk yang menjulang di atas kepalanya dan rambut berwarna hijau yang cukup mencolok, Kise dapat melihat sosok itu dengan jelas.

"Hah, jadi kau Raja Iblis! Aku sudah menunggu momen ini untuk waktu yang cukup lama, sekarang saatnya aku–"

"Tunggu dulu Kise-kun," Kuroko memotong ucapan Kise–sekali lagi. "Di dalam panduan, Raja Iblis dibilang kalau dia memiliki warna rambut merah dan tidak berkacamata, kemungkinan yang ada di depannya ini adalah ajudannya."

"Oo-ohhh?? Kalau begitu cepat menyingkir dan jangan halangi jalan kami-ssu!" Sang pemuda mengeratkan genggamannya pada pedang miliknya, bersiap untuk menyerang.

"Tidak secepat itu nanodayo."

BLAR! BLAR!

Sebuah serangan berupa petir hijau menyambar tepat di samping kanan dan kiri Kise, untung saja dirinya sempat menghindar sehingga ia tidak terkena serangannya.

"Selain itu, Aomine, bukankah sudah cukup bagimu untuk berhenti berpura-pura berada di tim lawan nanodayo?"

Kise menoleh ke arah Aomine yang kini sedang menghembuskan nafasnya dengan tatapan tidak percaya. Pantas saja dari tadi selama perjalanan ia tidak mengucapkan sepatah kata apapun, ternyata dia takut salah bicara dan membocorkan identitasnya yang sebenarnya.

"Yah, kalau sudah begini mau bagaimana lagi." Sambil menarik pedang dari sarung yang ada di pinggangnya Aomine berucap. Kuroko mendecih singkat dan mengangkat tongkat sihirnya, bersiap untuk menyerang.

2 vs 2.

Kedua belah pihak terlihat serius untuk menghancurkan satu sama lain. Murasakibara? Oh, dia dari tadi berdiri di pojokan kastil dan menikmati Maiubonya dengan khidmat.

BLAR! BLAR! BLAR!

Kilat menyambar-nyambar sementara Kise berlarian kesana kemari mencoba menghindarinya, di belakangnya, Kuroko siap merapalkan mantra dan mengirimkan sihir miliknya ke arah sang Ajudan Raja Iblis.

Tim lawan pun tak kalah gesit, Aomine yang kini menghunuskan pedangnya segera melompat untuk menghujam Kise sementara si surai kuning kembali melompat ke belakang guna menghindari hujaman pedang.

JDAR!

Cahaya kilat berwarna biru muda menyambar di dekat tiang Ajudan, nyaris mengenai sang pemuda bertanduk namun ia dengan cepat merapalkan mantra pelindung.

"Sebaiknya kalian menyerah dan pulang saja." Aomine menyeringai sembari mengayunkan pedangnya dengan handal.

"Tidak terima kasih!" Sang Pahlawan berteriak dengan kencang sembari mengayunkan pedangnya melawan Aomine, "Aku masih harus menyelamatkan sang putri!"

Aomine terkekeh geli dan membalas ayunan pedang Kise dengan wajah mengerikan, "kalian itu tidak tahu apa-apa."

BLAR! BLAR!

Kilat menyambar-nyambar di arena pertempuran. Kedua ahli sihir itu mulai kembali mengadu kemampuan satu sama lain–susul-menyusul mengirimkan kilat dan pukulan mantra yang kemudian dipatahkan oleh satu sama lain.

JDAR!

Sebuah kilat berwarna biru menyambar pedang besi yang dipegang Aomine yang sontak membuatnya jatuh terduduk di tanah.

"Sekarang Kise-kun!" Kuroko berteriak kencang sambil mengayunkan tongkat sihirnya–tetap meladeni setiap serangan yang dikirimkan oleh sang Ajudan, "Cepat masuk dan selamatkan sang putri!"

"Kurokocchi..." Dengan air mata yang menggenang di matanya, Kise menyarungkan pedangnya dan mulai berlari sekuat tenaga menuju pintu kastil–yang entah kenapa terbuka lebar.

"Hei, tunggu kau! Sialan!" Aomine meninju tanah tempatnya terduduk. Karena sambaran petir yang mengenainya tadi, ia tidak dapat berdiri untuk saat ini dan hanya dapat melihat sang pahlawan yang perlahan-lahan menghilang di balik pintu kastil.

.

.

Tembok bata kelabu itu dihiasi dengan lilin yang memendarkan cahaya redup–hampir membuat seisi ruangan terasa gelap gulita. Kise memberanikan dirinya untuk maju selangkah sebelum kemudian ia mendengar sebuah jeritan yang sangat familier di telinganya.

Benar, itu adalah jeritan milik [name]!

Dengan terburu-buru, Kise berlari menuju ke arah ruangan yang menjadi sumber suara tersebut dan yang ia temukan adalah–

"AAAAAHHHHH!!!" [name] berteriak frustasi di hadapan papan catur yang kini berposisi skakmat. Di depannya, terdapat sosok yang Kise percayai adalah Raja Iblis.

"Aku kalah lagi! Akashi-kun, rematch!" [name] menggembungkan pipinya kesal sementara tangannya mulai mengatur ulang posisi bidak catur miliknya.

"A-anu..."

[name] langsung menoleh ke arah Kise dan berteriak kegirangan, "Ryo-chan! Kapan kau sampai disini? Kok tidak bilang-bilang kalau mau datang?"

"Eh? Bukannya [name]cchi diculik oleh Raja Iblis ya?" Yang ditanya langsung menaikkan alisnya keheranan, "diculik bagaimana? Aku datang cuma buat main kok! Lagipula pengawalku seharusnya sudah kembali untuk mengabarkan."

"Ahh, kalau soal itu mungkin karena ada Murasakibara di kaki gunung [last name]." Sang Raja Iblis yang melipat kedua tangannya di atas meja berucap.

"Eh, waduh, gawat juga tuh. Nanti malam aku bakal pulang dulu deh, kasihan pengawalku..." [name] menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Kalau begitu semua ini cuma kesalah pahaman biasa-ssu?" Tanda tanya imajiner muncul di atas kepala Kise, sementara [name] menimpali,

"Kalau dibilang biasa tidak bisa sih, ini kan sekelas Raja Iblis."

"B-benar juga sih..." Kise mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

BRAK!

Pintu ruangan didobrak keras, dan kini terlihat figur sang ajudan iblis yang tengah menggotong dua figur berambut biru tua dan muda.

"Mereka sangat merepotkan nanodayo. Lain kali kalau mau masuk tolong gunakan cara yang lebih ramah."

'Bukannya situ yang ngajak berantem duluan?!'

Kise hanya bisa menelan ludah melihat rekan dan mantan rekannya terkapar di atas ubin lantai kastil Raja Iblis.

"Hmm... Karena orangnya banyak begini bagaimana kalau main permainan yang lain saja? Kau tidak keberatan 'kan Akashi-kun?" Sang Raja Iblis menggeleng, tanda ia menyetujui permohonan [name].

Dengan riang, [name] mengeluarkan sebuah kotak kartu berwarna merah dengan tulisan 'DUO' yang besar di tengah-tengahnya.

"Kalau begitu, hari ini kita main 'DUO' saja! Permainan dan peraturannya gampang dan mudah dipahami kok." [Name] tersenyum sambil mengacak kartu yang kini berada di tangannya.

Kise hanya bisa tersenyum simpul melihat wajah kegirangan [name]. Setidaknya dengan mengetahui fakta bahwa [name] sedang tidak berada dalam bahaya saja sudah cukup membuatnya senang.

Walau memang harus Kise akui, ia masih bingung bagaimana [name] bisa berteman dengan Raja Iblis dan antek-anteknya, tapi toh pertanyaan itu bisa ia simpan untuk ditanyakan lain waktu.

Untuk Kurokocchi, semoga fakta yang tidak tertulis di buku panduan '1001 cara menaklukkan Raja Iblis dan antek-anteknya' ini tidak membuatmu kaget.

.

.

.

- fin

.

.

.

A/N: AWOKWOWKW maap

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top