[01. Secret Gift] Penantian - Tsunashi Ryunosuke

Secret Gift Project

Penantian

Secret Gift for Rashi-cchi
Tsunashi Ryunosuke x Reader 

Story written by NathaliaAdelle

.

.

.

"

Permisi."

Suara teguran manis menghampiri indra pendengarmu, perlahan kau mulai mengalihkan fokus dari buku yang sedang dibaca ke seorang gadis remaja di depanmu dengan raut wajah kebingungan. Seulas senyum cerah kau persembahkan untuknya sembari memperbaiki posisi duduk dan meletakkan buku yang tengah dibaca.

"Ada yang bisa saya bantu?" tawarmu begitu ramah.

Gadis di depanmu mengangguk pelan bersamaan tangannya memperbaiki tas selempang yang berada di bahunya. "Aku ingin meminjam buku sastra namun tidak tahu tempatnya di mana, apa kau bisa membantuku?" tuturnya kebingungan.

Kau semakin tersenyum cerah, dengan sigap kau bangkit dari duduk dan berjalan menghampirinya. "Tentu saja! Saya akan membantumu, mari ikut saya!" ujarmu seraya mengulurkan kedua tangan lalu menggerakkannya ke samping seolah mempersilakan ia mengikutimu.

Kau berjalan beriringan dengan gadis cantik itu, bercakap-cakap ringan sembari tertawa keciil seakan ada hal lucu di perbincangan kalian. Dari kejauhan, kalian tampak begitu dekat seolah sudah saling mengenal begitu lama. Kaki kalian tetap melangkah, melewati puluhan lemari besar, meja dan kursi agar sampai di tempat tujuan, lemari kumpulan buku sastra.

"Silakan, nona. Di bagian sini merupakan bagian sastra, sesuai yang Anda cari."

Kau berujar demikian, nada bicara tetap terdengar ceria begitupun dengan senyumanmu.

"Arigatou gozaimasu telah sudi mengantarkanku." Sang gadis mengucapkan rasa terima kasih padamu disertai senyuman manis di paras cantiknya. Kau mengangguk pelan sebagai balasan atas ucapannya itu sembari berkata, "Bukan masalah, jaa ... selamat berjelajah di antara lemari tinggi berisi ilmu pengetahuan!"

Kau melangkah menjauh dari pengunjung itu, membiarkan ia mencari buku yang ingin dicarinya. Sesekali kau menyapa setiap pengunjung dengan senyuman ceria dan dibalas yang sama cerianya. Suasana hatimu sedang berseri hari ini seolah mendapatkan sebuah hadiah indah dari seseorang.

"Yo, [Name]-chan!"

Sapaan hangat nan bersemangat membuatmu menoleh, menatap ketiga orang remaja laki-laki yang tak jauh darimu. Salah seorang dari mereka bertubuh jangkung dan berambut biru muda sedang melambai ke arahmu bersamaan senyuman gembira darinya. Kau tentu mengenalinya, remaja itu ialah salah satu idol terkenal di Jepang yang memiliki bakat sebagai seorang dancer ulung.

"Halo kalian!"

Kau pun menyapa mereka, melambai sembari menghampiri dengan lari-lari kecil. Setiap lari kecilmu membuat beberapa helai rambut [h/c] beterbangan, mengikuti arah mata angin.

"Kalian ingin meminjam buku?" tanyamu setelah tiba di depan mereka.

"Hanya Izumi yang meminjam, kami tidak."

Jawaban itu membuat kau menatap seorang remaja laki-laki berambut hijau mint dengan mulut tidak berhenti mengunyah permen. "Kenapa?" Kau bertanya padanya sebentar, lalu melanjutkan sebuah

kalimat teguranmu. "Di perpustakaan dilarang makan, Isumi-kun."

Isumi Haruka, nama remaja itu mengacuhkan teguranmu. Ia mengambil permen lagi dari kantong celana lalu memakannya, menatapmu dengan tatapan tanpa ada rasa bersalah. Kau menghela napas melihatnya, merasa lelah karena teguranmu sudah diabaikan olehnya berulangkali setiap datang di perpustakaan Jigayama, tempatmu bekerja.

"Mereka hanya menemaniku setelah bermain tadi, [Surname]-san." Remaja laki-laki berambut raven angkat bicara setelah berdiam diri membuatmu menoleh ke arahnya. "Hanya aku yang ingin meminjam buku di sini," lanjutnya diikuti anggukan paham darimu.

"Souka ... ja, apa yang ingin kaupinjam, Izumi-kun?" tanyamu.

"Buku sejarah," jawabnya begitu singkat. Sekali lagi kau mengangguk mengerti lalu menawarkan bantuan untuk remaja di depannya, Izumi Iori. "Perlu kuantar?"

Iori menggeleng pelan dengan senyum tipis tersemat di wajahnya, "Iie, aku akan mencarinya sendiri. Terima kasih tawarannya, [Surname]-san."

"Sama-sama, jika kau tidak tahu di mana langsung saja bertanya padaku, aku akan dengan senang hati mengantarkanmu."

Iori mengangguk pelan kemudian mengucapkan 'permisi' diikuti dua orang teman seperjuangannya. Kau menatap mereka yang sudah menjauh dan kemudian ditelan ratusan lemari besar, senyuman tipis masih terpasang di paras cantikmu kala melihat mereka.

Ting!

Dentingan notifikasi membuatmu mengalihkan perhatian, segera tanganmu merogoh saku rok dan mengambil ponsel. Mata (e/c) milikmu menangkap adanya sebuah pesan dari kekasihmu, Tsunashi Ryunosuke. Kau menekan pesan itu dan membacanya secara saksama.

Ryu-kun

Konnichiwa, [Name]-chan!

Gomennasai telah mengganggu waktu kerjamu. Malam nanti apa kau ada waktu luang? Aku ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat malam ini.

Dua buah pesan darinya membuatmu hampir memekik bahagia setelah menerima pesan itu, pesan yang sangat kau nantikan sejak lama. Tak ingin berlama-lama, jemarimu dengan lihai mengetik balasan pesannya.

Ryu-kun

Konnichiwa, Ryu-kun~! Iie, daijoubu desu, kau sama sekali tidak menggangguku!

Tentu, malam ini aku ada waktu luang, kok!

K

au membalasnya dengan perasaan bahagia. Perasaan tersebut bisa digambarkan seperti hamparan taman yang dipenuhi mekarnya bunga-bunga indah nan harum aromanya. Kau menatap layar ponsel dengan senyuman senang lalu membawanya di dalam dekapanmu, kau terus melakukannya berulang kali sampai dentingan notifikasi menghentikan kegiatan berulang itu.

Ting!

Mendengar dentingan notifikasi, kau segera membuka kembali layar kunci, melihat balasan begitu menggembirakan darinya.

Yokatta! Aku merasa lega membacanya.

Ryu-kun

K

alau begitu aku akan menjemputmu pukul 07.30 malam nanti, bersiap-siaplah, [Name]-chan ....

/sticker

'Kyaa~! Aku diajak pergi sama Ryu-kun~!' batinmu memekik kegirangan setelah melihat balasan darinya.

Kau pun tersenyum lebar, mata cantikmu masih menatap pesan Ryu yang kauterima beberapa menit lalu. Hatimu penuh dengan bunga bermekaran dengan mahkotanya yang indah. Kupu-kupu bersayap cantik sebagai penglengkap keindahan taman di hatimu.

Kau masih terdiam di tempatmu dan tersenyum senang hingga sebuah suara menggelegar menyentakmu sampai hampir melepaskan ponsel yang digenggam.

"[Name]-chan! Iorin mau pinjam buku!"

"Yotsuba-san! Jangan berisik di perpustakaan!"

"Suruh orang jangan berisik, tapi kau juga sama berisiknya! Dasar Izumi bodoh!" "Aku tidak bodoh!"

"Kau bodoh!"

"Tidak!"

"Iya!"

Kau meringis mendengar teriakan sumbang dari tiga siswa sekaligus idol termuda, teriakan mereka membuat pengunjung perpustakaan merasa terganggu. Sudah berulang kali terdengar teguran dari beberapa pengunjung tetapi tak digubris oleh mereka, segera saja kau berbalik lalu menghampiri ketiga remaja SMA dengan perasaan kesal. Di saat sudah sampai di depan mereka yang masih berbuat kericuhan, dengan pantas kau menjewer telinga Haruka dan Tamaki serta menginjak kaki Iori sangat kuat sampai mereka mengaduh kesakitan.

"Ittai!"

"Whaa~! Sakit, [Name]-chan~!"

"Lebih baik diinjak dan dijewer atau mendengar teriakan sumbang kalian?" Kau bertanya demikian sembari tersenyum manis, suasana di sekitarmu pun perlahan berubah menjadi mencekam.

"Chotto! Teriakan kami tidak sumbang!"

Kau semakin tersenyum manis, jika diilustrasikan seperti ada perempatan imajiner di dahimu. Kau semakin menambah volume hukuman untuk mereka sehingga membuat mereka kembali berteriak kesakitan.

"Huwaaa! Sakit, [Name]!"

"Diam atau aku tulis nama kalian di buku blacklist pengunjung dan mengadu ke masing-masing member grup kalian."

"Hai'! Hai'!"

"Anak pintar."

"Hm ... hm.... "

Senandung kecil keluar dari bibir peach mungilmu, kau bersenandung riang sembari bersolek agar tampil sempurna. Jika dilihat, kau sangat menantikannya, mendambakan pertemuan ini. Sudah lama kau tidak pergi berdua dengan kekasihmu, Ryu yang sangat sibuk dengan jadwal idolnya. Terakhir kali kalian pergi ke taman hiburan di Okinawa, lelaki itu mengajakmu untuk ikut bersamanya ke tempat asalnya saat ia memiliki banyak waktu untuk bercuti. Memori indah yang kausimpan kembali terputar, senyum ceria mengembang di wajah cantikmu dan terpantul di cermin.

Ting!

Dentingan notifikasi muncul di pukul 07.00 malam, bersamaan saat kau telah selesai mengoleskan lip balm, matamu melirik ke arah ponsel dan melihat nama 'Ryu' terpampang jelas di layar.

'Pasti dia sudah sampai!' pikirmu begitu yakin.

Kau mengambil shoulder bag [f/c] yang tergeletak di atas meja rias, mengenakannya lalu mengambil ponsel dan berjalan keluar dari kamar.

Cklek!

Kau menutup pintu kamar, tangan kananmu menggenggam ponsel sembari membuka pesan dari laki-laki dengan julukan 'Ero-Ero Beast'.

Konbanwa, [Name]-chan.

Ryu-kun

Konbanwa, Ryu-kun.

Apa kau sudah sampai di depan rumahku?

Kau baru saja mengirimkan sebuah pertanyaan penuh percaya diri padanya, pertanyaan simple

namun penuh dengan harapan akan sesuatu.

Ryu-kun

....

Gomenna, [Name]-chan. Aku membatalkan janji temu kita.

Deg!

Sebuah panah imajiner menusukmu secara tiba-tiba, kau sangat terkejut kala membaca pesan darinya. "Membatalkannya?" gumammu tak percaya. Dengan cepat kau mengetik sebuah pesan berisi keterkejutan dirimu, terkejut akan keputusan sepihak secara tiba-tiba.

Ryu-kun

.

.. gomennasai.

Apa maksudmu? Kenapa kau membatalkannya? Apa kau punya alasan bagus untuk hal ini?

R

encana kita bertemu kubatalkan secara sepihak, [Name]-chan.

Aku mendapatkan kerja secara mendadak dari manajer dan itu tidak boleh ditolak sama sekali. Aku tidak bermaksud membohongimu, terlebih lagi menghancurkan kepercayaanmu...

Gomennasai, [Name]-chan ....

Balasan darinya membuat keceriaanmu luntur, perasaanmu tergantikan oleh kemurungan, sedih dan marah. Perasaan itu tercampur menjadi satu di dalam lubuk hatimu. Kau sangat kecewa atas keputusan yang dibuat olehnya, keputusan yang sudah menghancurkan bayangan indah milikmu.

Dengan gontai, kau kembali masuk ke dalam kamar, mengunci dan mengurung diri di dalam kamar. Netra [e/c] mu menatap layar ponsel berisi pesan penjelasan dari Ryu tanpa ada balasan darimu dengan sangat kecewa. Bunga-bunga yang bermekaran di dalam hatimu seketika mulai menggugurkan dirinya, kupu-kupu cantik mulai meninggalkan taman yang perlahan mulai mati.

"Kenapa kau membatalkannya? Kenapa?" tanyamu seorang diri. "Kenapa kau lebih mementingkan pekerjaanmu, Ryu-kun?"

Kau terus mengucapkan kalimat pertanyaan yang hanya bisa kau dengar dan ketahui.

"... keputusanmu membuatku kecewa ...." Kau jatuh terduduk di atas lantai pualam, bersandar di pintu sembari memeluk kaki dengan perasaan kecewa menyesaki lubuk hatimu. "Pesanmu yang mengajakku untuk bertemu membuatku senang bukan kepalang, membuatku memikirkan skenario indah selama kita berdua. Tetapi ... skenario indah itu dihancurkan olehmu, dihancurkan olehmu karena tuntutan pekerjaan," lanjutmu begitu sedih.

"Kau tahu ... aku sangat merindukan waktu kita berdua.... "

"Merindukan kebersamaan kita tanpa gangguan apapun.... "

Kau terus mengucapkan kalimat yang sama, kalimat sendu yang menggambarkan perasaanmu hari ini. Perasaan kecewa begitu mendalam pada Ryu, kekasihmu. Kau ingin memarahinya, memakinya karena telah mengecewakan dirimu sendiri, akan tetapi............................................ kau kembali mengingat alasan kenapa ia melakukan hal itu.

'Aku akan bekerja keras agar bisa membiayai kehidupan kita kelak.'

'Aku akan menikahimu, bisakah kau menungguku saat hari itu tiba?'

Ya.... alasannya sangat sederhana dan mampu membuat siapa saja mendengarnya menjadi senang bukan kepalang, termasuk dirimu, si gadis sederhana. Ia mengatakan hal ini padamu dengan bersungguh-sungguh, tanpa ada unsur main-main di nada bicaranya. Reaksimu pun terkejut dan terharu sampai ingin menitikkan air mata kala mendengarnya. Meskipun itu adalah memori lama, ucapan lama, ucapan Ryu selalu membekas di pikiran dan hatimu, tidak pernah menghilang ditelan waktu.

Drrttt! Drrtt!

Deringan telpon mengejutkan dirimu, segera kau melihat layar ponsel untuk mengetahui siapa yang menelponmu di saat sedang bersedih.

"Ryu-kun?" gumammu tak percaya. Ada apa dengannya sampai menelponmu? Karena sangat penasaran, kau menggerakkan jarimu menggeser ikon telpon terangkat, membawa ponselmu di salah satu telingamu, mendengarkan sang penelpon untuk berbicara.

"Gomennasai, [Name]-chan. Kau pasti sangat kecewa akan keputusanku ..."

"Daijoubu desu, aku mengerti alasanmu."

"Benarkah? Aku benar-benar merasa bersalah, sangat bersalah karena telah mengecewakanmu, [Name]-chan."

"Hum, aku mengatakan hal sejujurnya. Tak perlu merasabegitu bersalah, Ryu-kun."

"... gomennasai."

Kau terkekeh pelan saat mendengar ia meminta maaf berulang kali dengan nada terdengar lucu,sungguh ini seperti hiburan untuknya sekaligus penghapus rasa rindu terhadap Ryu.

"Sudah, sudah. Tak perlu meminta maaf begitu, aku sudah memaafkanmu." Kau tersenyum kecil saat mengatakannya. "Jadi berhenti meminta maaf, oke?"

"Baiklah ... aku akan berhenti melakukannya."

"Sebagai permintaan maafku padamu, apa kau ingin sesuatu, [Name]-chan? Aku akan berusaha untuk menepati keinginanmu."

Sebuah tawaran darinya membuatmu terdiam seribu bahasa, kau mulai mengingat banyak hal yang kau inginkan dan itu belum tercapai semua, terlebih lagi bertemu dengan kekasihmu yang super sibuk. Sejenak kau menimang apakah harus mengatakan keinginan itu atau tidak?

Setelah begitu lama berpikir, kau sudah memutuskan untuk mengatakannya secara jujur pada Ryu. Sejenak kau mengambil napas lalu mengeluarkannya secara perlahan, kau melakukannya berulang kali.

"Sebenarnya ada yang kuinginkan."

"Apa itu?"

"... aku inginbertemu denganmu, Ryu-kun." Kau mulai mengatakannya, mengeluarkan keinginan terpendammu selama ini. "Aku ingin bertemu denganmu, hanya berdua. Apakah ... kita bisa melakukannya dan ...."

Kau menggantungkan kalimatmu, telingamu menangkap sebuah keheningan dari tempat Ryu berada.Kau yakin kekasihmu sedang terdiam, menanti sebuah kelanjutan kalimatmu dengan sabar.

"Kapan kau ada waktu sangat senggang untuk bertemu denganku, Ryu-kun?"

Tamat!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top