Piece Of Puzzle | Part 3 - Matchmaking [2]

** Happy Reading **

Perceval melajukan Bugattinya dengan kecepatan 120km/jam.

Bahkan dengan Alexa berada di sampingnya, sama sekali tak bisa mempengaruhi gaya mengemudi pemuda itu.

"Percy, bisakah pelan sedikit?! Kau bisa membuatku jantungan!"

Perceval tersenyum sebelum melirik Alexa yang sejak tadi memegang seatbelt. Wajah gadis itu sedikit pucat dan berkeringat, membuat Perceval tak tega untuk mengerjainya lebih jauh.

"Baiklah, Sayang. Maafkan aku," Perceval membelai kepala Alexa sebelum ia memperlambat laju mobilnya, "aku hanya tak mau kau terlambat."

Alexa mendengus. "Kau hanya ingin mengerjaiku!" Alexa menepis kasar tangan Perceval sesaat kemudian mengalihkan pandangan ke arah jendela.

Perceval hanya bisa menelan saliva. Kadang berpacaran dengan wanita ini harus extra hati-hati, salah sedikit mood swing-nya bisa merubah hari-hari Perceval.

Perceval semakin memperlambat laju mobil sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Alexa mengerutkan kening, kemudian ia menoleh untuk memastikan keadaan Perceval. Namun, ia segera merutuki dirinya karena mendapati laki-laki itu sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Akhirnya, kau melihatku juga,"

Alexa mengalihkan pandangan kembali.

Perceval yang sudah lebih dulu melepaskan seatbelt, menarik tubuhnya pelan dan mendekapnya erat. "Jangan marah, aku hanya bercanda." Perceval mencium pucuk kepala Alexa kemudian membelai rambutnya lembut, membuat kekesalan wanita itu menguap dengan perlakuan-perlakuan kecil dan manis dari kekasihnya.

Alexa selalu merasa tak berdaya, jika Perceval sudah memperlakukannya bak seorang putri. Meski terkadang ia diperlakukan seperti porselen--yang khawatir akan pecah--tak bisa ia pungkiri, ia selalu merasa terbang saat Perceval memperlakukannya seperti itu.

"Sudah lebih baik?" Perceval tersenyum menggoda sesaat setelah ia melepaskan pelukannya.

Alexa mendengus dengan wajah yang memerah kemudian mengalihkan pandangan kembali.

Diam tak ada jawaban. Perceval tahu, kemarahan kekasihnya telah menguap, terbukti dengan gadis itu yang menoleh padanya sesaat kemudian tersenyum tipis.

Ah, Perceval suka senyuman itu. Senyuman yang menurutnya sangat menggoda, dan hanya ditujukan untuknya.

"Jalan lagi, sana! Aku hampir terlambat."

"Baik, Tuan puteri."

Perceval memasang seatbelt kembali, lalu menjalankan sang Bugatti menuju salah satu tempat pemotretan yang letaknya tak jauh dari mansion ayahnya.

"Merci [5]...." Alexa tersenyum sebelum ia mengecup pipi Perceval. Dengan gentle-nya laki-laki itu kembali membukakan pintu mobil untuk Alexa. Siapa wanita yang tak akan iri padanya? Mempunyai kekasih bak pangeran yang memiliki segalanya. Memperlakukannya seperti seorang puteri, yang rela melakukan apapun agar kekasihnya bahagia.

"Nanti telepon saja jika sudah selesai, akan aku usahakan untuk menjemputmu."

See. Bahkan seorang Perceval yang notabene merupakan pewaris dari salah satu restoran terkenal dan terbesar di Paris, mau meluangkan waktu hanya untuk menjemputnya.

Alexa mengangguk. Ia masuk ke gedung Conciergerie, bangunan bekas istana yang membuat siapapun  melihatnya pasti akan takjub karena keindahan gedung itu.

Namun, tidak bagi Perceval. Pandangan matanya saat ini malah terfokus pada sosok gadis yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia menggertakan giginya marah, saat gadis itu memberikan sebuah kantung makanan untuk seorang kakek yang tersenyum padanya.

"Cherlyn!"

Gadis itu terhenyak kaget ketika seseorang meneriakan namanya dengan lantang. Ia menoleh perlahan. Gadis itu mendapati kakaknya yang sedang menyilangkan tangan di depan dada, dan berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Cherlyn merengut saat ia menyadari tatapan marah Perceval padanya.

"Nikmati makan siangmu, Tuan." Cherlyn tersenyum kemudian melangkah mendekati Perceval.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Perceval marah.

"Menurutmu?" Cherlyn tersenyum kemudian dengan manja, ia bergelayut ke tangan kiri Perceval.

Perceval masih terus menatapnya dengan tatapan marah dan kesal, membuat Cherlyn hanya bisa menelan ludah.

"Menjijikan!!" cibir Perceval, tetapi masih dibalas dengan senyuman Cherlyn.

"Cepat masuk, kita pulang!"

Cherlyn mengangguk kemudian mengikuti Perceval masuk ke dalam mobil. Cherlyn dan Perceval memang memiliki sifat yang sangat berbeda, membuat keduanya bagaikan bumi dan langit. Cherlyn yang humble dan baik hati, sedangkan Perceval laki-laki arogan dan sering merendahkan orang lain. Namun, keduanya tetap di kagumi banyak orang, dengan kelebihan dan kekurangan mereka.

Sepanjang perjalanan menuju mansion Bennet, Perceval terus saja mengomel tentang hobi Cherlyn yang satu ini. Perceval mengatakan kalau dia hanya membuang-buang uang untuk hal yang tak berguna.

Apa kabar dengan Perceval yang selalu menghabiskan uang untuk membelikan Alexa barang-barang mewah?? Padahal gadis itu cukup mampu untuk membeli barang-barang branded yang ia mau, dan yang membuat Cherlyn kesal, kakaknya itu sudah buta. Dia tak bisa melihat sama sekali, jika wanita itu hanya menginginkan harta Perceval.

Cherlyn hanya bisa memutar bola matanya malas, saat Perceval lagi-lagi memuji Alexa. Rasanya ia ingin muntah.

"Cepat turun!"

Cherlyn langsung membuka pintu mobil dan berlari masuk ke dalam mansion.

Perceval berdecak kesal dengan kelakukan adiknya yang menurutnya super ajaib.

"Percy, kau lama sekali!"

Suara Damitri menggelegar saat ia sampai di ruang keluarga. Ruangan keluarga yang didominasi dengan gaya klasik, tetapi tetap elegan. Sofa putih kesukaan Damitri, dan bunga lily di atas meja membuat ruangan itu terlihat manis.

"Ada apa, ayah memanggilku? Ayah kan tau aku ada rapat." Grocio--kepala pelayan--menyodorkan dua gelas cangkir kopi di atas meja.

Damitri menggeleng.

"Lucas bisa memimpin rapat itu, ada hal yang lebih penting yang ingin aku beritahukan,"

Perceval menyeruput kopinya, sebelum ia mengerutkan kening saat mendapati Damitri menatapnya dengan tatapan yang dalam.

"Aku akan menjodohkanmu dengan anaknya Queen."

Perceval langsung tersedak ketika dengan lantang ayahnya mengatakan kata perjodohan. Ia menyeka mulutnya, mencoba memutar otak dengan informasi yang baru saja ia terima.

"Siapa yang akan dijodohkan?" Perceval mencoba memastikan, jikalau ia salah dengar. Namun, ia hanya bisa meyakinkan diri, jika itu bukan kesalahan telinganya, saat Damitri mengatakan hal yang sama.

"Kau akan aku jodohkan dengan anaknya Queen."

"Quoi [6]?! Non [7]!! Aku akan menikah dengan Alexa. Ayah suka atau tidak dengannya, aku akan tetap menikah dengannya!" Perceval mengepalkan tangan menahan amarah. Ingin sekali ia memaki ayahnya dengan kata-kata kasar, namun ia tak berani. Ia hanya anak daddy, yang hidup dibawah ketiak sang daddy. Silahkan jika kalian ingin bilang, dia pengecut. Namun, ia tak akan berani menyakiti ayahnya.

"Baik. Kalau kau memang ingin menikah dengan Alexa, silahkan saja,"
Senyum Perceval merekah, saat ayahnya dengan baik hati membatalkan rencananya dan menyetujui permintaan Perceval. Namun, senyum itu berubah menjadi tatapan marah saat Damitri melanjutkan kalimatnya.

"Tapi, jangan harap kau bisa tinggal lagi di sini. Oh, dan kau juga tidak akan mendapatkan warisanku sepeser pun." Damitri menyeringai mendapati ekspresi anaknya menegang. Ia terlalu mengenal anaknya, dan Perceval tidak akan pernah bisa bertahan hidup tanpa kekayaannya.

"Mudah bukan?"

Perceval mengerang kesal. Ia menghentakkan kaki, mencoba melangkah keluar dari ruangan yang sesak itu.

"Kalau kau menyetujuinya, datanglah ke hotel Sangri-La jam 1 siang ini!" Teriak Damitri samar, tetapi masih bisa terdengar jelas oleh Perceval.

Sial. Dia butuh udara segar sekarang.

[5] Terima kasih.
[6] Apa?!
[7] Tidak!!

** If you like this story, please vote, comment & share to your friend **

** Thank you **

_____________

Sebenarnya ide nulis nya lagi agak mentok, enggak tau deh part ini menarik atau enggak.. Tapi semoga tetap suka 😊😊

Ngerjain part ini hampir 2 jam.. 😂😂

Makasih buat semua dukungannya. Stay positif..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top