Piece Of Puzzle | Part 14 : Two Hearts
Di part ini, ada sedikit adegan 18+, jadi harap bijak memilih bacaan ya.. Kalo ga suka bisa di skip.. Wkwkwk 😂😂
** Happy Reading **
"Biar aku yang menemuinya." Perceval berdiri dengan cepat membuat Serena terlonjak kaget.
Serena melangkah dengan gusar, tetapi sial kakinya malah membentur sudut meja Perceval.
Perceval sendiri tidak memedulikan rintihan pelan yang keluar dari bibir Serena. Dengan amarah yang membuncah di dada, ia melangkah keluar dari ruangan. Saat mencapai tangga terakhir, pria itu melihat Victor sedang duduk menghadap ke arah pintu keluar cafe.
Tangan Perceval mengepal menahan amarah. Ia tak menyangka, setelah apa yang ia lakukan kemarin, pria itu masih memiliki muka untuk bertemu dengan Serena. Dia bahkan membuat Serena hingga meneteskan air mata.
Perceval menggertakan giginya, saat melihat Victor tersenyum kepada salah satu waiters. Rasanya darahnya sudah mendidih sekarang. Dengan cepat ia melangkah menuju tempat di mana Victor duduk.
Victor menoleh. Ia tersentak kaget saat dengan kasar Perceval mencengkeram kerah bajunya dan menariknya keluar dari cafe.
"Apa yang kau lakukan?!" Victor menepis kasar tangan Perceval lalu menatap Perceval dengan tatapan membunuh.
Tak jauh beda dengan Victor, Perceval membalas tatapannya dengan tajam dan dingin. "Apa yang kau lakukan di cafe-ku?"
Victor mendengus kemudian menyeringai. "Tentu saja menemui Serena, kekasihku."
Dada Perceval berdenyut, tiba-tiba darahnya terasa memanas saat Victor mengklaim Serena sebagai kekasihnya. Entahlah, ada bagian hatinya yang merasa tak rela. "Kau masih mengakuinya sebagai kekasihmu?" Perceval menyeringai. "Setelah kau meninggalkannya kemarin, kau masih berani menemuinya?! Apa kau tak tahu malu, hah?!"
Victor tersenyum tipis lalu menyeringai. "Itu urusan kami berdua, bukan urusanmu."
Rahang Perceval mengeras. "Dia calon istriku, sialan! Dan kau sudah menyakitinya!" Perceval melayangkan pukulan ke pipi kanan Victor dengan keras, membuat laki-laki itu langsung tersungkur ke tanah. Beberapa orang yang melewati mereka hanya menoleh, tak berani untuk melerai.
Victor mendengus. Ia meringis, saat rasa perih menjalar dari bibir hingga ke seluruh tubuh. "Lumayan." Victor menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Bau anyir langsung menyeruak ke indra penciumannya. Ia berdiri kemudian menepuk celananya yang sedikit kotor.
"Ada apa denganmu, Tuan Muda Bennet?" Victor tersenyum datar. "Kau bahkan tak ada hubungan dengan Serena. Aku kekasihnya. Aku berhak melakukan apa saja padanya. Mau aku meninggalkannya, atau bahkan bercinta dengannya, itu hakku."
Perceval tertegun. Iris matanya menggelap. "Berengsek!!" Perceval memukul Victor dengan keras, tetapi saat ia melayangkan pukulan yang kedua kalinya, Victor menahannya dan berbalik memukul Perceval.
Lagi dan lagi. Mereka berdua berbalas saling memukul, hingga akhirnya sebuah suara menginterupsi.
"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!" sentak Serena marah ketika melihat keduanya babak belur. Serena melangkah mendekat. Tatapannya berkilat marah begitu ia menyadari wajah keduanya yang sangat kacau.
"Dia yang memulainya!" Victor menunjuk tepat ke wajah Perceval, membuat Perceval mendelik marah kearahnya. Ia kembali mencengkeram kerah baju milik Victor.
"Dasar bajingan!"
"Hentikan! Lepaskan dia, Bennet!"
Perceval membisu. Ia tak percaya, Serena membela laki-laki ini.
"Aku bilang, lepaskan!"
"Tidak akan!"
"Kau kekanak-kanakan! Aku benci padamu!" geram Serena dengan nada bergetar. Wajahnya tiba-tiba berubah sendu.
"Tapi dia sudah menyakitimu, Rein. Dia bahkan--" tenggorokan Perceval tercekat, ia tak bisa meneruskan kata-kata yang terucap dari bibir laki-laki berengsek itu.
"Sudahlah ... ayo Vic, kita obati lukamu." Serena menarik Victor masuk ke dalam cafe, dengan langkah cepat tanpa menoleh sedikit pun.
"Serena, tunggu! Serena!!" teriak Perceval, tetapi gadis itu tak mengindahkannya. "Argh!!" geram Perceval frustrasi, ia mengacak rambutnya kesal. Rahang Perceval mengeras saat Victor menoleh kearahnya lalu menyeringai puas sebelum memasuki cafe.
Perceval mendengus. Ia menghela napas, kemudian menghembuskannya kasar. Ia tak menyangka setelah apa yang dilakukan Victor, Serena masih saja membelanya. Ia bingung dengan pikiran gadis itu. Dia bahkan bisa mendapatkan laki-laki manapun yang ia mau, laki-laki yang bahkan jauh lebih baik daripada Victor.
Perceval menutup mata, mencoba menahan amarah yang mulai menggerogoti dadanya. Ia melangkah dengan cepat menuju mobil yang terparkir tak jauh dari cafe. Ia harus pergi dari sini, sekarang juga!
☁ ☁ ☁
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Alexa saat ia membuka pintu apartment-nya.
"Bukan apa-apa." Perceval melangkah masuk dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia menutup wajah dengan siku, mencoba mengusir rasa lelah yang tiba-tiba merasuk dalam benaknya.
Wajah Serena saat ia mengatakan jika dia membencinya terlintas dalam pikirannya. Wajah itu terlihat begitu sedih. Hatinya terasa berdenyut, tiap kali wajah itu berubah sendu.
"Percy, obati dulu lukamu," ucap Alexa membuat Perceval mendongak. Ia menyerahkan first aid kemudian kembali melangkah menjauh.
"Kau mau ke mana?"
"Aku harus pergi, ada pemotretan," ucap Alexa dingin tanpa menoleh. Ia melangkah menuju wardrobe dan mengganti bajunya dengan salah satu short dress berwarna peach tanpa lengan.
Perceval menghela napas. Sejak Alexa mengetahui tentang perjodohannya, dia memang berubah menjadi dingin. Ia tahu Alexa marah padanya. Perceval sudah meminta maaf, ia bahkan telah menjanjikan sesuatu padanya, dan Alexa juga sudah setuju. Tapi apa sekarang? Dia malah mengabaikannya.
"Alexa, sayang." Perceval berdiri kemudian melangkah mendekati Alexa yang sedang berganti baju. "Kau masih marah padaku? Ayolah ... jangan mengabaikanku." Perceval memeluk Alexa dari belakang, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alexa, menghirup aroma khas tubuh gadis itu. Aroma yang selalu membuatnya tenang dan terbuai.
"Lepaskan aku, Percy. Aku harus pergi," ucap Alexa datar.
"Ayolah, sayang. Aku merindukanmu ...." Perceval mengecup leher Alexa, lalu menghisapnya pelan.
"Astaga. Lepaskan, Percy! Aku ada pemotretan!" Alexa menepis kasar tangan Perceval, ia berbalik dan mendorong bahu Perceval agar menjauh. Namun, dorongan Alexa tak berpengaruh sama sekali. Perceval malah melangkah semakin mendekat. Membuat Alexa melangkah mundur, hingga punggungnya menabrak salah satu pintu wardrobe.
"Kau semakin cantik jika sedang marah." Perceval mengeringai, ia membelai wajah Alexa dengan lembut membuat gadis itu seketika merona.
"Obati dulu lukamu!" Alexa menepis tangan Perceval dengan kasar, membuat Perceval terkekeh geli. Ia suka, jika kekasihnya ini sedang gugup.
"Itu bisa menunggu," ucap Perceval dengan nada serak, ia menyelipkan tangannya ke tengkuk Alexa, menariknya perlahan agar mendekat. "Aku merindukanmu ...." Perceval mencium bibir Alexa dengan lembut, menghisapnya perlahan dan memberi gigitan-gigitan kecil di bibir bawahnya. Meski gadis itu terus memberikan perlawanan, tetapi akhirnya ia luluh dan membalas ciuman Perceval.
Alexa melingkarkan kedua tangannya pada leher Perceval, mencoba untuk memperdalam ciumannya. Rasa rindu yang menggebu, dapat tergambarkan dengan mudah dari ciuman mereka. Ciuman yang awalnya lembut, berubah menjadi kasar dan menuntut.
Perceval mengangkat tubuh Alexa, refleks gadis itu melingkarkan kedua kakinya di pinggang Perceval. Tanpa melepaskan ciumannya, Perceval membawa Alexa ke tempat tidurnya.
Napas keduanya terengah-engah. Perceval tersenyum saat melihat wajah Alexa yang memerah. Dengan cepat gadis itu menangkup wajahnya dengan kedua tangan.
"Jangan melihatku seperti itu, aku malu."
Perceval membeku. Tiba-tiba wajah Serena yang menunduk, menahan malu terlintas dalam benaknya.
Perceval merutuki dirinya dalam hati ketika ia malah memikirkan wanita lain. Pria itu mengusap wajahnya kasar. Dengan cepat ia langsung bangun lalu melangkah keluar dari tempat tidur.
Alexa tertegun. "Ada apa?" tanya Alexa dengan nada kecewa, wajahnya berubah sendu.
Perceval terdiam. Ia merasa jika kali ini ia sudah berubah menjadi laki-laki berengsek. "Maafkan aku, Alexa. Tapi aku harus pergi. Ada hal penting yang harus aku selesaikan." Perceval mencium bibir Alexa sekilas sebelum akhirnya melangkah keluar dari apartement itu, meninggalkan Alexa yang hanya bisa terdiam menatap punggung Perceval yang semakin menjauh.
** Thank You **
Wkwkwk. Ternyata Serenanya milih Victor tuh 😂😅😅
Gimana dong? Haha.
Kalian dukung team nya siapa nih???
#teamPS (Percy x Serena)
#teamPA (Percy x Alexa)
#temaVS (Victor x Serena)
Salam hangat,
Rifa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top