Secret Admirer

<MALE POV>

Bilang saja aku pengecut. Karena memang begitulah aku. Apalagi kata-kata yang lebih tepat untuk menggambarkan orang sepertiku? Seorang lelaki yang selama dua tahun hanya berani memandangi gadis yang disukainya dari jauh. Tanpa pernah sekalipun menyapa. Itu aku.

Aku melihatmu pertama kali suatu pagi di stasiun kereta Tebet, dua tahun lalu. Saat itu kamu memakai baju putih-hitam dan berjaket almamater. Aku langsung mengenali bahwa kamu adalah mahasiswa baru di kampusku. Ketika itu aku tidak terlalu memperhatikanmu. Kamu hanya seperti mahasiswi baru lainnya. Tampak canggung dan culun. Tidak ada istimewanya.

Tapi setelah sebulan berlalu, bahkan setelah kamu tidak lagi harus memakai seragam OSPEKmu, jadwal rutinmu ternyata tidak berubah. Kamu tetap datang ke stasiun pagi-pagi. Tidak banyak mahasiswa yang memilih jadwal kereta sepagi ini. Aku dan kamu adalah dua orang diantara sedikit mahasiswa itu. Pada jam sepagi ini, biasanya mahasiswa lain masih bermalas-malasan di kamar mandinya, atau bahkan masih tidur di kamar kosnya. Aku sendiri lebih suka jadwal kereta pagi karena belum banyak penumpang pada waktu sepagi ini, sehingga tidak perlu berdesak-desakan di kereta.

Kamu selalu datang di waktu yang sama denganku. Dan kamu selalu duduk di tempat yang sama, dekat dengan tempat duduk kesukaanku. Lalu kita biasa naik kereta di gerbong yang sama sehingga sosokmu bisa terus terlihat olehku. Lalu bagaimana kau berharap aku tidak mulai memperhatikanmu jika kau selalu ada di dekatku?

Berbulan-bulan bertemu denganmu, aku jadi hapal kebiasaanmu. Kau akan datang pada pukul 06.30 pagi dengan wajah mengantukmu. Aku sudah ada disana, menunggumu, lima menit sebelum kedatanganmu, sehigga aku bisa memerhatikan gaya jalanmu yang masih terhuyung-huyung seperti orang mengigau. Sebuah benda hijau seperti bando selalu melingkar di atas kepalamu, yang berambut keriting seperti boneka, yang ujungnya menutup seluruh telingamu. Sebuah earphone.

Kau suka warna hijau rupanya. Kuperhatikan nyaris seluruh barang yang kau miliki berwarna hijau dan bergambar Kero-keropi: jam tangan dan gelangmu, i-pod dan earphonemu, tas ransel dan tas laptopmu, dan juga kaos kaki dan sepatumu. Bahkan meski pakaianmu setiap hari berganti warna, delapan jenis asesoris-wajibmu itu selalu kau pakai, tidak peduli apakah warnanya bertabrakan dengan pakaianmu.

Segera setelah sampai stasiun, kau akan duduk tidak jauh dari tempatku. Entah kenapa kau selalu duduk disitu. Aku tahu bahwa di kursi besi panjang ini sinar matahari tidak bisa menyengat kita. Tapi tidak bolehkah aku GR sedikit dan merasa bahwa kau juga naksir padaku sehingga selalu memilih duduk di dekatku? Hehehe. Tapi entah kenapa pula kau selalu duduk membelakangi rel kereta, sehingga aku kesulitan mencuri-curi pandang ke wajahmu. Akhirnya beberapa lama setelahnya aku memutuskan untuk mengganti posisi dudukku. Aku mengikutimu, duduk membelakangi rel, sehingga aku bisa lebih leluasa melirikmu.

Setelah duduk dengan nyaman, kau pasti akan segera membuka kotak makanmu. Selalu begitu. Sambil menunggu kereta kita yang baru datang pukul 06.45, kau pasti sarapan dulu. Jauhkah rumahmu sehingga kau tak sempat sarapan di rumah? Aku jadi penasaran ingin tahu dimana kau tinggal. Dan bau sarapanmu itu selalu menggodaku, padahal aku sudah sarapan lho. Lalu selesai makan, kau pasti minum susu. Ahahaha … lucu sekali melihat kebiasaanmu yang satu itu. Tapi itu yang kusuka darimu.

Gadisku yang namanya tidak kutahu, aku suka segala sifat kekanakanmu. Kau suka minum susu. Kau sering mengulum lollipop. Kau bahkan masih memakai minyak telon, bedak dan parfum bayi kan? Aku mengendusnya suatu kali ketika kita duduk bersebelahan di kereta. Kau tahu, aroma tubuhmu yang seperti bayi itu sangat menenangkan. Aku suka sekali berada di dekatmu dan mencium aroma tubuhmu. Tidak bisakah aku terus duduk di sampingmu?

Aku juga suka melihatmu saat tidur. Setiap kali kita sudah duduk di kereta, kau pasti langsung tertidur. Kepalamu yang dilingkari earphone hijau itu biasanya akan terkulai lemas di dinding kereta. Apa tugas kuliahmu sangat banyak sehingga waktu tidurmu kurang, atau memang tidur adalah hobimu, gadis? Tapi aku salut padamu. Meski tertidur, matamu secara otomatis akan terbuka setiap kereta kita telah melewati gerbang kampus kita. Betapa akuratnya dirimu. Apa kau benar-benar tidur, atau hanya mengistirahatkan matamu?

Suatu kali aku pernah mengikutimu setelah turun dari kereta kita. Aku sengaja naik bis kampus yang sama denganmu, ingin tahu di fakultas mana kau turun. Anak FMIPA kau rupanya. Aku memastikannya setelah mengikutimu selama seminggu penuh. Kau selalu turun dari bis di fakultas itu. Tapi mengikutimu lebih jauh ke dalam kampusmu, aku tidak berani. Aku mengutuki diriku sendiri yang begitu pengecut. Tapi aku cukup bersyukur, setidaknya aku tahu kau kuliah di fakultas apa. Sementara ini, itu cukup. Lebih dari itu, tunggulah aku dulu, Gadis, aku perlu mengumpulkan keberanian yang lebih banyak lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top