Jatuh Dari Langit Ke Tujuh

<Male POV>

Sepertinya aku terlalu cepat bergembira, Gadis. Hanya karena kemarin aku tidak melihatmu berangkat kuliah bersama Bram, kupikir kau sudah putus dengannya. Hanya karena kemarin aku berhasil ngobrol sebentar denganmu dan sudah tahu daerah rumahmu, kupikir akhirnya jalanku untuk mendekatimu sudah terbuka. Aku terlalu bahagia. Akibatnya, ketika hari ini aku melihatmu datang ke stasiun bersamanya lagi, aku ibarat dijatuhkan dari langit ketujuh. Kau bisa bayangkan rasa sakitnya?

Apalagi ketika kau menyadari keberadaanku. Kau menyapaku dan mengucapkan terima kasih sekali lagi atas pertolonganku kemarin. Tidak usah mengucapkan terima kasih, Gadis. Bisakah kau ganti ucapan itu dengan pura-pura tidak melihatku saja? Rasanya pasti sakit jika kau tidak mengenaliku padahal kemarin kita baru berbincang. Tapi percayalah, rasanya lebih sakit seperti ini, ketika kau tersenyum padaku selagi tanganmu menggandeng tangan lelaki itu.

*                       *                      *

<Female POV>

Langit rasanya cerah pagi ini, Hilmi. Seharian kemarin hatiku girang karena setelah dua tahun lamanya, akhirnya aku bisa bicara denganmu. Dan belum habis gembiraku, pagi ini mata-mataku mengatakan bahwa mungkin gadis berkacamata itu bukan pacarmu. Atau mungkin kau sudah putus dengan gadis itu. Dia berasumsi begitu karena tidak pernah lagi melihat kalian jalan bersama sesering dulu. Mungkin dulu kau hanya sekelompok lab atau kuliah dengannya sehingga sibuk mengerjakan tugas bersama terus.

Apapun itu, yang jelas aku senang. Tidak peduli apakah kau pernah pacaran dengannya, atau justru sama sekali tidak pernah berhubungan lebih dari teman, yang jelas sekarang kau single kan? Jadi aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan perhatianmu kan? Dan jika aku lebih beruntung, mungkin aku bisa berharap punya kesempatan untuk mendapatkan hatimu? Bolehkah?

*                       *                      *

<Male POV>

Setahun lalu, aku merasa sebal ketika memasuki masa liburan semester karena dengan begitu aku tidak bisa bertemu denganmu lagi setiap pagi. Tapi kali ini aku memasuki masa liburan semester dengan perasaan sedikit lega. Setidaknya aku tidak harus terus-terusan sakit hati melihatmu dan pacarmu. Kau tahu, setiap pagi ketika melihat kalian, hatiku tercabik-cabik, antara ingin mengatakan padamu bahwa pacarmu itu sudah punya pacar lain di Teknik atau ingin membungkam mulutku sendiri supaya tidak ikut campur urusan orang lain. Tapi rasanya sulit sekali menahan diri, Gadis, membiarkan gadis yang aku cintai dihianati oleh orang yang dicintainya.

Beruntung ada Gina, Gadis. Setidaknya, bersamanya aku bisa melupakan dilema hatiku setiap menghadapi kamu, atau kerinduanku setiap tidak bertemu kamu. Sebulan ini aku terlalu sibuk menemani Gina belajar. Baru saja kemarin Gina menyelesaikan ujian masuk PTNnya. Jika dia lulus tes ini, dia akan jadi adik kelas pacarmu yang brengsek itu, Gadis. Tuh kan, aku jadi memikirkanmu lagi hanya karena teringat jurusan pilihan Gina.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top