5. Bestfriend & ice cream
Sepertinya aku pernah bilang jika di musim dingin seperti ini akan lebih baik bila menghabiskan waktu di dalam ruangan sambil ditemani segelas cokelat hangat daripada pergi ke luar.
Tahu kan kalau manusia itu terkenal sebagai makhluk Tuhan yang paling tidak tahu diri? Yang kerjanya lebih banyak mengeluh dan mengkritik.
Banyak juga yang ucapannya tidak bisa dipercaya, kemarin bilang A hari ini bilang B. Terlalu banyak manusia munafik di muka bumi, sebenarnya masih ada kok mereka yang baik hanya saja jumlahnya sudah hampir punah. Tapi tidak ada lembaga resmi yang menjaga manusia-manusia seperti itu, ehem, karena aku juga masih termasuk ke dalam spesies manusia; jadi aku juga termasuk di dalamnya---tentu bukan dari kalangan yang nyaris punah.
Aku bukan orang baik, aku munafik. Buktinya hari ini aku keluar rumah dengan pakaian super tebal sambil mengantongi gel penghangat. Tidak tahu malu sekali ya manusia yang bernama Kim Taehyung ini. Ketika kaki menginjak salju tepat di depan halaman rumah keluarga Jung, sebuah suara memanggil namaku.
“Taehyung!”
Saat mendongak dia sudah berjalan ke arahku setelah menutup gerbang kayu di belakangnya. Lantas mengambil sesuatu dari dalam tas punggung dengan warna abu-abu dan aksen putih di kedua sisi. “Ini, aku baru saja selesai membuatnya kemarin.”
“Jadi kau sibuk membuat benda ini sampai mendiamkanku selama dua hari penuh?”
Alih-alih mengucapkan terima kasih aku malah dengan sengaja menyindirnya, lantas mengenakan topi rajut handmade yang luar biasa hangat. Shizu memang pintar dalam hal-hal yang melibatkan berbagai macam benang, dia masternya.
“Berisik!” bentaknya, kemudian bersedekap sambil memandangku dengan kesal. “Seharusnya kau sedikit tahu diri, Tuan Kim. Aku sudah merelakan waktuku yang berharga untuk membuatkanmu benda itu. Lagipula perjanjiannya sudah jelas, bukan? Dilarang marah lewat dari tiga hari.”
“Oh, jadi kau sengaja memaksimalkan waktunya ya?” Setelah merapikan beanie yang dikenakan aku pun mengikuti gayanya dengan bersedekap. “Aku yakin, kalau tidak dihubungi lebih dulu kau pasti baru mau bicara padaku besok.”
Dia menjentikkan jari tepat di depan wajah, hingga membuatku sedikit kaget dan menggerakkan kepala ke belakang. “Tepat sekali! Tidak sia-sia ternyata kebersamaan kita selama bertahun-tahun menghabiskan waktu berdua.”
Melihatnya tersenyum dengan angkuh membuatku berdecih.
“Jadi ada masalah apa? Kau hanya menghubungiku jika terjadi sesuatu yang buruk di rumah, bukan?”
Mungkin memang benar saking lamanya kami bersama, dia sampai hapal bagaimana kebiasaanku tiap kali ada masalah. Mau bagaimana lagi, seumur hidup teman dekatku cuma ada satu.
“Nanti akan kuceritakan, sebelumnya ... mau ke mana kita pergi sekarang?” Aku mengajaknya keluar tanpa memikirkan tujuan, biasanya juga seperti ini. Aku yang mengajak lalu dia yang memutuskan, kalau dipikir-pikir nyatanya tidak banyak hal yang berubah di antara kami.
“Ke mana saja, asal tidak makan es krim.”
***
“Sudah kukatakan bukan? Ke mana saja asal bukan makan es krim?”
Shizu itu anaknya lucu. Dari tadi dia terus mengomel karena aku membawanya ke sebuah kedai es krim. Alasannya sederhana, tidak tega melihat omset penjualan makanan yang bertekstur lembut, dingin, serta manis itu harus turun karena pengaruh musim. Namun, pada akhirnya dia tetap duduk di depanku dengan satu cup es krim berukuran ekstra. Lagi pula bukan sepenuhnya salahku juga jika membawanya ke tempat ini, karena entah atas dasar apa tumben sekali anak itu tidak mau menentukan destinasi yang akan kami datangi.
“Sudahlah, makan saja. Aku yang bayar, kok, hehe.”
Setelah saling berdiam diri, akhirnya kami mulai membicarakan banyak hal. Baik itu masalah serius sampai hal-hal remeh dan sama sekali tidak penting akan ikut dalam bahasan. Seperti dia yang terbahak saat menceritakan bagaimana lucunya kelakuan kakaknya kemarin. Bolak-balik ke toko roti di depan kompleks perumahan karena meninggalkan sepedanya di depan toko itu. Konyol sekali bagaimana membayangkan seseorang yang berangkat dari rumah dengan mengendarai sepeda, tapi ketika pulang malah jalan kaki.
“Dia bilang kalau dia lupa bawa sepeda saat pergi hahaha....”
Iri juga melihatnya seperti ini. Shizu bisa tertawa lepas hanya dengan mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan kakaknya. Jelas jauh berbeda denganku yang tidak tahu banyak mengenai adikku sendiri. Mereka berdua jauh berbeda dengan kami. Gara-gara topik ini aku jadi ingat kalau sejak tadi kami membicarakan hal lain, diluar rencana awal.
Terasa mengganjal di dada saat terus-menerus dipendam. Tapi juga terasa sangat berat untuk diucapkan. Biar sajalah untuk perihal yang satu ini aku memendamnya. Lagi pula ada saat di mana sebuah rahasia akan lebih baik tetap menjadi sebuah rahasia.
“Oh, iya. Ada masalah apa?” Shizu bertanya sambil menyuap satu sendok es krim cokelat. “Aku sampai lupa apa tujuan awal kita ke sini.”
“Tidak ada, hanya bosan saja di rumah. Ingin keluar denganmu, kangen.”
“Diam. Atau aku lempar es krim?”
“Galak sekali, memangnya salah ya kalau aku merindukan temanku sendiri?”
Aku tersenyum, memasukkan es krim vanila satu sendok penuh ke dalam mulut. Sedikit meringis saat beberapa gigi terasa seperti terkena aliran listrik. Rasanya linu. Diam-diam memperhatikan pipi Shizu yang bersemu merah, lucu sekali.
“Taehyung, serius. Berhenti menatapku seperti itu. Dan cepat katakan apa masalahmu? Jangan biarkan aku menunggu.”
“Aku sudah lupa, mungkin karena bertemu denganmu. Jadi masalahku hilang begitu sa---aw! Hei, gadis barbar! Sendokmu tepat mengenai dahi.”
“Makanya berhenti, habisnya sejak tadi kau tidak pernah serius.”
Duh, kalau saja perempuan ini bukan sahabat satu-satunya yang kupunya mungkin aku akan membalasnya. Shizu sendiri tampak tidak peduli, dia kembali menyendok es krimnya. Kali ini rasa stroberi.
“Maaf.”
“Apa?”
“Maaf, dahimu pasti sakit. Coba kulihat.”
Melihatnya memelas seperti itu membuatku semakin ingin mengerjainya. Jadi, dengan sengaja aku mengaduh dan mengernyit. Berusaha sebaik mungkin agar terlihat sakit. “Besok-besok kalau aku lupa siapa namaku, di mana rumahku, dan siapa dirimu; jangan salahkan aku ya.”
“Apa? Memang bisa separah itu efeknya?” kali ini dia bertanya dengan mata berkaca-kaca. Bahkan hampir menangis.
“Bisa saja aku nanti amnesia.” Shizu menyeka ujung matanya dengan ibu jari. “Tapi aku bercanda, hahaha....”
“Kim Taehyung!”
Shizu melempar syal merah muda dari lehernya padaku dalam bentuk bola. Pas sekali kena wajah, dia memang pelempar jitu.
“Jangan berbuat seperti itu lagi! Sama sekali tidak lucu, kau membuatku takut. Kau tahu bukan, aku tidak suka dibohongi.”
Tawaku dihentikan oleh satu kata terakhir yang lolos dari celah bibirnya yang mungil. Aku tahu, tidak ada satu pun manusia di muka bumi yang mau dibohongi. Karena hal itu pula aku merasa menjadi orang paling jahat di muka bumi. Lantas semesta seperti biasa memainkan kuasanya yang menyebalkan. Dia satukan dan pertemukan orang-orang terbaik yang mereka miliki untuk mengisi perjalanan hidupku. Mungkin sengaja agar rasa bersalah yang ada dalam sanubari semakin besar. Sengaja dibiarkan tumbuh subur sampai aku merasa tidak pantas untuk mendapatkan semuanya.
Aku pun sudah dibohongi. Tapi juga membohongi orang-orang lebih banyak lagi. Aku ingin marah dan menyalahkan mereka yang membuatku tumbuh sebagai penipu. Tidak diijinkan untuk mengetahui segala kebenarannya sejak awal. Namun, setelah dipikirkan berkali-kali, yang paling bersalah di sini adalah diriku sendiri. Salahku yang lahir dengan rasa penasaran kelewat tinggi. Salahku yang cenderung suka melakukan hal tidak baik, seperti menguping misalnya. Karena jika aku tetap tidak tahu, rasa-rasanya aku tidak akan jadi penipu.
Dan lagi, kenapa Tuhan membiarkanku mengetahui hal semacam ini? Bukankah segala sesuatunya baru bisa terjadi setelah mendapatkan ijin dari-Nya?
Jadi, sejak awal aku memang sudah digariskan untuk menjadi sosok penipu? Seseorang yang palsu, begitu?[]
a/n:
Halooo, aku bawa cerita baru padahal hutang masih banyak. Haha... (sayang kalau ga ditulis, karena tema yg aku angkat juga ngehantuin kepala aku terus :" dan aku butuh pelampiasan buat ngelepas stres)
Mungkin kedepannya ini bakal slow update, berhubung satu bulan terakhir ini waktu liburku banyak kepake buat revisi ini-itu. Tempat kerjaku lagi mau akreditasi jadi bener2 sibuk, yg pas libur pun harus masuk (waktu buat nulis jadi makin dikit). Dan aku juga harus tidur cukup biar bisa konsen pas kerja kalau error bisa bahaya nanti huhu T.T
Makasih buat yg udah ngeluangin waktunya buat baca, vote, sama comment. Bikin mood aku naik bgt pokoknya. 😊
Kalian terbaik. Oh, satu lagi...
Jangan lupa bahagia ya, teman-teman ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top