1. Winter

Aku tidak pernah tahu apa yang istimewa dari musim dingin.

Saat kau harus menggunakan baju berlapis dan berat untuk menghalau suhu rendah, berjalan menuju tempat tujuan susah payah dengan dua pak gel penghangat yang selalu digenggam di dalam saku; hidup jauh lebih sulit pada musim seperti itu. Cenderung merepotkan serta menyusahkan dari pada menyenangkan. Berlari keluar rumah seperti orang bodoh hanya untuk membuat boneka salju---yang kemudian dihancurkan---atau bermain kejar-kejaran dengan saling melempar bola salju berukuran besar di tangan. Apa yang ada dalam pikiran mereka ketika itu?

Bagiku yang selalu menatap mereka di balik jendela, semuanya terlihat bodoh dan tidak masuk akal. Bahkan Mama bilang suhu di luar bisa sampai di bawah nol derajat celcius, cukup untuk membuat air mata beku dan membuat manusia seperti batu.

Ya, manusia bisa menjadi batu jika dihajar suhu dingin terus-menerus.

Kalau dipikir-pikir, daripada bermain di luar dengan guyuran salju dan menyiksa diri sendiri; minum secangkir cokelat hangat di dalam rumah terdengar jauh lebih menyenangkan dan masuk akal.

Kedinginan, maka cari kehangatan.

Bukannya malah membanting pintu lalu menginjak tumpukan salju. Gunanya apa menggunakan baju tebal supaya tidak kedinginan jika pada akhirnya malah keluar rumah hingga gemetaran. Tubuh dipeluk dengan gemeletuk gigi yang terdengar nyaring keluar. Tidak mau kedinginan tapi menjatuhkan diri pada lautan es, kenapa orang-orang lucu sekali?

Aku benci musim dingin, aku benci putih salju, aku benci tiupan angin beku.

Lantas kenapa Tuhan kejam sekali menitipkanku pada musim seperti ini? Musim yang bahkan seluruh isinya tidak ada yang kusukai. Bosan menatap tingkah konyol orang-orang di luar, kualihkan pandang pada sebuah pigura di atas meja. Seorang lelaki dengan setelan jas mengalungkan tangan pada pundak wanita cantik dan seorang anak kecil tersenyum lebar dengan boneka singa ditangan.

"Kenapa aku bisa terdampar di sini?"[]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top