[4] Nomophobia [Mafumafu]

* Nomophobia; rasa takut kehilangan/dijauhkan dari ponsel.
~"~

“[y/n]-chan, apa pakaian ini terlihat cocok untukku?”

“Ya, cocok.”

Mafu memajukan bibirnya, merasa kesal; pasalnya kau menjawab pertanyaannya dengan asal tanpa memandangnya sedikit pun. Ia memintamu untuk membantunya memilih pakaian yang pas untuk konser barunya nanti dan kau menyetujuinya. Namun nyatanya, saat tiba di ruang ganti, kau justru hanya sibuk memandangi layar ponsel milikmu.

Mafu menghela nafas, mencoba membuat perhatianmu tertuju padanya.

“Hei, [y/n]-chan.” Mafu memanggil, menatap sok serius ke arahmu.

“Hm?” Kau berdehem, masih tidak memerhatikannya.

“Aku berniat pergi berkemah bersama Amatsuki-san dan Soraru-san selama dua minggu mulai besok.” Mafu melontarkan kebohongan, berharap perkataannya dapat membuatmu menatap—atau setidaknya melirik ke arahnya--

“Oh. Oke.”

--namun, hasilnya tidak seperti yang ia harapkan. Kau hanya membalas dengan nada bosan, menyibukkan diri dengan ponselmu, sesekali tersenyum samar setiap kali melihat adanya pesan masuk.

Mafu terdiam, meletakkan jari jempol dan telunjuknya di dagunya, berusaha memikirkan hal lain yang dapat membuat perhatianmu terlepas dari layar ponselmu itu.

“[y/n]-chan,” Dan kini, laki-laki bersurai silver dengan sepasang iris merah itu pun memanggil namamu lagi, tampaknya ingin mencoba mengatakan kebohongan-kebohongan konyol lainnya.

“Apa lagi?” Kau kembali bertanya, kini merasa agak jengkel akibat ulah Mafu yang seolah ingin mengganggumu tersebut. Oh, ya, dia memang ingin mengganggumu, hanya supaya kau dapat memerhatikannya.

“Aku berselingkuh darimu dengan Soraru-san.” Dan kembali, kebohongan konyol keluar dari bibir manisnya. Jika kau tidak memiliki Nomophobia yang membuatmu terus menerus memainkan ponselmu, kau mungkin sudah mengambil buku catatanmu dan menulis fanfiksi homo dengan mereka berdua sebagai pasangan utama. Namun itu hanya ‘jika’.

“Oh.” Kau menjawab dengan singkat, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa kesal di wajahmu. Yah, kau memang tidak merasa kesal, terhadap apa yang ia katakan barusan. Karena kau sendiri tahu, bahwa Soraru sendiri masih normal, walau telah lama menjomblo. Tidak mungkin ‘kan, kalau Soraru mengajak Mafu berpacaran hanya karena tidak ingin lama-lama menjadi jomblo? Maksudku, ayolah.

Dan lagi, tidak mungkin ada orang yang bisa setenang, sesantai dan secuek itu dalam membongkar rahasianya sendiri bahwa ia telah berselingkuh dari pacarnya, bukan?

Mafu kembali memajukan bibirnya, merasakan adanya rasa kecewa dalam hatinya atas kegagalannya barusan. Kembali ia memikirkan cara lain, dan akhirnya mengatakan padamu,

“[y/n]-chan, aku hamil.”

Bhug

Dan perkataan dengan kebohongan yang luar biasa konyol yang ia keluarkan dari mulutnya barusan berhasil membuatmu tersedak air liurmu sendiri.

“A-Apa?” Kau bertanya sambil menatap ke arahnya serius, walau kau tahu perkataan yang ia katakan sebelumnya hanyalah omong kosong belaka-- “Siapa yang menghamilimu?” --dan bodohnya, kau kembali melontarkan pertanyaan kepada pernyataan tidak masuk akalnya.

“Soraru-san.” Dan kembali, ia mengucapkan nama sang laki-laki yang merupakan partner duetnya sendiri dengan polosnya, tanpa adanya perasaan bersalah sedikit pun, membuatmu tercengang. Mungkin kalau saja Soraru ada di sini dan mendengar Mafu terus mengatas namakan nama dirinya yang tak bersalah sedikit pun ke dalam kebohongannya, ia sudah mengamuk sampai banting-banting meja. Itu pernah terjadi sebelumnya, saat Mafu menuduh Soraru mencuri jemuran boxer berwarna hijau milik tetangga. Tapi itu tidak penting sekarang.

Mafu menyengir lebar, merasa bangga karena telah berhasil melepaskan pandanganmu dari layar ponselmu, “Bohong, kok,” Ungkapnya, sebelum terkekeh kecil, “Kalau Soraru-san mengetahui bahwa aku telah berbohong menggunakan namanya lagi, bisa tamat riwayatku.” Sambung sang laki-laki yang memiliki tanda barkode di pipi kirinya itu, masih mempertahankan sengiran khasnya.

Kau menghela nafas, mencoba meraih ponselmu kembali dari meja, tempatmu meletakkannya tadi. Namun, sebelum kau sempat menyentuh benda berhargamu itu, Mafu sudah mengambil ponselmu duluan, tersenyum samar, membisikkan dengan lembut di telingamu,

“Nah nah, [y/n]-chan. Kau lebih memilih untuk memainkan ponselmu atau memilih untuk kucium saja?”


—End—
*senyum volos* :)
btw saya juga punya Nomophobia, hhh---

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top