Chapter 3: Time Off
Kringg ... Kringg ...
Bel istirahat pun berbunyi, menandakan jam pelajaran pertama telah usai. Para murid yang penasaran itu langsung mengerumuni meja [Name] dan berniat untuk berkenalan.
Sedangkan, gadis berambut [H/C] itu baru saja selesai membereskan buku pelajaran sebelumnya dan sekarang gadis itupun bingung harus berbuat apa saat melihat murid-murid itu mengerumuni mejanya.
[Name] mengulas senyuman ramah dan berusaha untuk tidak canggung di hari pertamanya bersekolah. "Apa ada yang bisa kubantu?" tanya [Name] dengan ramah.
Kayano—gadis berambut emerald— tersebut langsung tersenyum cerah dan menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kami hanya ingin berkenalan denganmu~! Namaku Kaede Kayano, salam kenal [Name]-chan!" jawab Kayano dengan cerianya.
"Ah, namaku Shiota Nagisa, salam kenal," ucap Nagisa yang memperkenalkan dirinya dengan sopan.
Manis sekali, batin [Name] yang melihat tindakan Nagisa saat memperkenalkan dirinya dengan sopan.
"Namaku Nakamura Rio! Salam kenal [Name]-chan~, kuharap kita bisa menjadi partner ke depannya~." Perkenalan dilanjutkan dengan gadis berambut blonde yang bernama Rio.
Seketika murid-murid itu sweatdrop mendengar ucapan Rio tentang partner.
"A-ahaha, Nakamura-san jangan bercanda seperti itu ...." Nagisa memperingati temannya yang cukup jahil itu.
[Name] hanya memasang tampang kebingungan karena tidak terlalu mengerti apa maksud dari obrolan mereka saat ini. Jadi, [Name] tertawa garing membuat perhatian murid-murid itu terfokus kembali padanya.
"Tentu saja, kita bisa menjadi partner nantinya ...," balas [Name] dengan ramah dan polosnya membuat sebagian murid-murid disana sweatdrop akan kepolosanmu dan sebagian lagi gemas melihatmu.
Nakamura memasang sengiran lebar setelah mendengar balasan gadis yang terkesan polos itu. "Kalau begitu, kunantikan ide bagusmu partner~." Nakamura terlihat sangat senang dan mengangkat ibu jarinya dengan percaya diri.
Murid-murid yang lain kembali bersweatdrop ria karena mereka baru saja memiliki firasat buruk setelah melihat reaksi Nakamura.
"Ekhem, perkenalkan namaku Sugino Tomohito! Semoga kau betah disini!" Sugino—pemuda bersurai biru tua—itu memperkenalkan dirinya dengan penuh semangat.
[Name] mengangguk dan tersenyum manis. "Salam kenal Sugino-kun, tentu saja ... Terima kasih atas sambutan hangatnya," balas [Name] dengan sopan.
Mereka tersenyum senang melihat [Name] yang ternyata ramah dan juga sopan, tingkahnya menggemaskan dan bisa disimpulkan kalau [Name] adalah seorang gadis yang baik.
Lalu, seorang pemuda berambut hitam berjalan ke arah meja [Name] dan tersenyum ramah. "Halo, perkenalkan namaku Isogai Yuuma ... Semoga kita bisa berteman baik ke depannya." Isogai memperkenalkan dirinya dengan sopan dan terlihat seperti ikemen sejati, bahkan semua gadis di kelas itu kagum dengan perkenalan yang dibuat oleh Isogai.
"Nee~ [Name]-chan! Isogai-kun adalah ketua kelas disini, jadi jangan ragu untuk bertanya kepadanya jika ada kesulitan." Kayano terlihat cukup bersemangat dalam memperkenalkan seisi kelas ini pada [Name].
[Name] kembali mengulas senyuman ramah yang manis dan mengangguk sopan. "Tentu saja! Salam kenal Isogai-kun!" Ucapan [Name] yang riang dan cenderung manis didengar membuat para pemuda disana menjadi tertarik pada [Name].
"Ah ya, [Name]-chan, apa kau sudah tahu tentang kelas ini?" tanya Kayano dengan wajah lugunya sampai Nakamura menepuk pundak Kayano dan menghela napasnya pelan. "Kayano-chan, apa kau serius menanyakan pertanyaan itu padanya? Tentu saja ia sudah tahu tentang kelas ini, bagaimana mungkin ia bisa masuk kalau bel---,"
"---Eh? Apa yang kalian bicarakan? Memang ada apa dengan kelas ini? Apa ada sesuatu yang belum ku ketahui?" [Name] memiringkan kepalanya sedikit dan memasang tampang polos membuat murid-murid disana menatapnya dengan tatapan heran dan terkejut.
"Apa kau tidak diberitahu? L-lalu, apa kau tidak terkejut saat melihat gurita kuning yang tadi mengajar di depan kelas itu?!" tanya Sugino dengan wajah terkejutnya.
[Name] menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menatap mereka dengan tatapan polosnya. "Soal gurita tadi--- aku berpikir bahwa dia adalah guru disini ... Karena seragam yang ia pakai dan tadi sempat kudengar kalian memanggilnya dengan sebutan '-sensei'," jawab [Name] dengan santai seakan itu bukanlah hal yang aneh dan sudah biasa.
Murid-murid disana semakin terkejut dengan jawaban [Name], bagaimana mungkin gadis polos seperti dia bisa masuk ke kelas ini? Mereka mulai bingung dengan situasi saat ini.
Apa mereka harus menjelaskan pada [Name] sendiri atau mereka harus memberitahu Karasuma-sensei?
Namun keheningan itu terpecah oleh sebuah suara tawaan kecil yang manis dari sang gadis berambut [H/C] itu. Mereka kembali dibuat bingung karena [Name] yang tiba-tiba tertawa sendiri seperti itu. Menyadari kalau murid-murid disana sudah sangat bingung, [Name] segera menjelaskan apa yang sebenarnya ia tertawakan itu.
"Ahaha~ gomen minna~, ekspresi kalian tadi lucu sekali~" ucap [Name] yang masih diiringi kekehan pelan. "Aku tadi hanya bercanda kok~ Tentu saja, Karasuma-sensei sudah memberitahuku tentang kelas ini dan tentang misi pembunuhan itu~" lanjut [Name] sembari mengulas sebuah senyuman tipis.
Murid-murid disana menghela napas lega ketika mengetahui bahwa [Name] hanya bercanda saja. "Hee~ kami kira kau benar-benar tidak tahu," rengek Kayano yang tidak percaya bahwa [Name] sedang bercanda tadi.
[Name] hanya terkekeh pelan mendengar rengekan dari Kayano. "Benarkah~? Kalian ternyata lebih menarik daripada yang aku kira." Ucapan [Name] berhasil membuat murid-murid disana kembali kebingungan dan sedikit aneh melihat tingkah murid baru ini.
Beberapa menit kemudian, suasana kembali normal. Murid-murid disanapun mulai membicarakan tentang tugas dan pelajaran sekolah untuk hari ini. "Oh ya, apa salah satu dari kalian pernah melukai Koro-sensei dalam misi pembunuhan kalian?" tanya [Name] yang membuat perhatian para murid kembali tertuju padanya.
"Eh? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?" tanya Kayano yang terlihat bingung. Gadis berambut [H/C] itu menyadari kebingungan Kayano dan segera menjawab, "Tidak ada alasan khusus kok ... Aku hanya ingin tahu," balas [Name] dengan santai.
"O-oh, begitu ya ... Um, yang pernah melukai Koro-sensei sejauh ini adalah---" Ucapan Kayano terpotong oleh suara decitan kursi yang berada di sebelah [Name]. Pemuda berambut merah berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas tanpa menoleh ke arah kerumunan yang ada di meja [Name].
Kejadian tadi sempat menimbulkan keheningan untuk kesekian kalinya di kelas itu. Karena masih penasaran, [Name] memutuskan untuk kembali bertanya, "adalah siapa?" tanya gadis itu yang terlihat tidak memusingkan kepergian pemuda berambut merah tadi.
"Ah, itu ... Karma-kun adalah orang pertama yang berhasil melukai Koro-sensei," jawab Kayano yang masih sedikit speechless dengan sikap anak baru yang terlihat cukup cuek ini.
"Karma-kun? Oh, apakah dia adalah orang berambut merah yang baru saja keluar dari kelas?" Semua murid menatap [Name] dengan tatapan, 'Serius, kau tidak tahu Karma-kun?!'
Menyadari tatapan yang diberikan oleh teman-teman barunya membuat [Name] sedikit risih. "Memangnya kenapa? Apa dia anak populer di sekolah ini?" tanya [Name] dengan polosnya membuat murid-murid lainnya menepuk jidat mereka.
Apa dia serius tidak tahu Karma? Bukankah di awal Koro-sensei, sempat menyebut nama Karma saat gadis itu bertanya dimana tempat duduknya, batin murid-murid yang ada disana yang semakin bingung dengan tingkah aneh si anak baru tersebut.
Demi menjaga sopan santun dan keramahan, akhirnya Nagisa menjawab pertanyaan polos sang gadis, "um, aku tidak terlalu tahu apa Karma sangat populer di sekolah ini— Terlebih ini adalah kelas E— jadi, mengenai pertanyaanmu tadi ... Ya, Karma-kun adalah orang yang baru saja keluar dari kelas ini." Penjelasan dari Nagisa menerima anggukan kecil dari gadis berambut [H/C] itu.
"Ah, baiklah kalau begitu~"
Akhirnya, percakapan normal pun kembali terdengar sampai bel usai istirahat berbunyi membuat semua murid kembali ke tempat duduknya masing-masing dan menyiapkan barang-barang untuk pelajaran berikutnya. Kecuali, pemuda berambut merah yang duduk di sebelah [Name] yang belum kembali sejak istirahat tadi.
Karena penasaran, [Name] diam-diam pergi dari pelajaran tersebut dan membolos untuk pertama kalinya. Berharap saja tidak ada yang menyadari bahwa ia pergi dari kelas itu atau dirinya bisa dalam 'bahaya' nanti.
Tanpa ada tujuan yang jelas, gadis itu memutuskan untuk pergi ke arah hutan dan berjalan-jalan disana sembari mencari ide untuk pembunuhan Koro-sensei nantinya. Awalnya, niat gadis itu ingin mencari pemuda bernama Karma, namun niatnya teralihkan menjadi 'berjalan-jalan untuk mencari udara segar'.
Habisnya, udara di pegunungan ini sangat segar dan menenangkan, berbeda dengan suasana dan atmosfer di rumah [Name] yang sangat berbanding terbalik dengan hutan ini. [Name] terus berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas sampai dirinya berada di bagian ujung hutan yang terdapat sebuah jurang disana.
Gadis itu juga bisa melihat ada seorang pemuda yang menjadi tujuan awalnya itu sedang duduk di tepi jurang dan sedang bersantai menikmati semilir angin yang sejuk.
Bisa dilihat wajah pemuda itu yang terlihat sangat santai disertai rambut yang bergerak pelan ke kiri dan ke kanan karena terkena tiupan angin sejuk di pegunungan ini. Tanpa pikir panjang, [Name] melangkahkan kakinya mendekati sosok pemuda berambut merah yang sedang duduk di tepi jurang itu.
"Boleh aku duduk disini?"
Pemuda berambut merah itu menolehkan pandangannya ke arah sang gadis dan menatapnya dengan tatapan sedikit terkejut sebelum terkekeh pelan.
"Ternyata, anak baru juga bisa membolos~," ledek Karma yang membuat [Name] hanya bisa tertawa renyah karena ledekan itu benar-benar membuatnya merasa bersalah karena telah membolos.
"H-hei, aku membolos karena mencarimu tahu~!" balas [Name] yang sedikit tidak terima karena diledek oleh pemuda itu. Berbeda dengan Karma yang kini terlihat sangat senang karena berhasil mengerjai anak baru itu dan melihat reaksi lucu darinya.
"Hee~, kau mencariku? Wah wah, ternyata anak baru diam-diam menjadi penggemar rahasiaku, ya~" Ekspresi sebal mulai tercetak di wajah sang gadis itu membuat Karma menyeringai puas.
"Ugh ... Ternyata kau terkenal karena sikap menyebalkanmu itu," gumam [Name] yang berusaha menyembunyikan ekspresi sebalnya itu. Sangat tidak profesional jika menunjukkan ekspresi wajah yang tidak terlalu diperlukan.
Sedari tadi, bukan jawaban untuk pertanyaan sang gadis yang meminta izin untuk duduk di sebelahnya, malah ledekan dan candaan menyebalkan yang diberikan oleh pemuda itu.
"Eh~? Apa yang kau bilang tadi? Kau bilang aku pintar? Oh tentu saja~" Karma menjadi ketagihan menjahili gadis berambut [H/C] itu, bukan karena ekspresinya saja, namun setiap reaksi yang gadis itu tunjukkan membuat Karma tertarik untuk menjahili gadis itu terus-menerus.
"Lupakan, aku akan kembali ke kelas dan melaporkanmu pada Karasuma-sensei kalau kau membolos," ucap gadis itu yang sepertinya sedang menahan perempatan imajiner agar tidak muncul pada dahinya hanya karena ledekan menyebalkan dari pemuda berambut merah itu.
Ketika [Name] sudah melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan pemuda berambut merah itu sendiri, tiba-tiba saja tubuhnya menjadi oleng dan berakhir terjatuh ke belakang.
Hap...
Untung saja Karma menangkap tubuh [Name] saat gadis itu hampir terjatuh ke dalam jurang. "Hm, anak baru yang ceroboh dan suka mengancam orang~, untung saja aku menangkapmu, jadi kau tidak perlu mati mengenaskan sebelum membunuh gurita itu~" Sengiran khas pemuda itu mulai nampak di wajahnya memberi kesan menyebalkan sekaligus menawan.
Deg ... deg ... deg ...
Suara detakan jantung sang gadis yang berdetak sangat cepat itu mulai terdengar, rasanya sangat aneh. Wajahnya terasa panas hanya karena perlakuan pemuda berambut merah itu.
Tingkah lakunya, senyumannya, ucapannya, tatapannya, semuanya itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah ia kenal dan sangat ia 'benci'. Perasaan aneh yang sudah lama gadis itu pendam, tiba-tiba muncul begitu saja disaat yang tidak tepat.
"Oh ya, karena aku sudah menolongmu. Kau harus membalasnya nanti~" lanjutnya.
Plak!
Baru saja Karma ingin membantu [Name] untuk kembali berdiri, sebuah tamparan keras berhasil mendarat pada pipi pemuda itu.
"M-menjauh! T-tidak perlu menolongku seperti itu! J-jangan mendekat atau aku akan 'membunuhmu'!" ancam [Name] yang kini wajahnya terlihat sangat pucat. Kini tubuhnya dipenuhi oleh keringat dingin dan tubuhnya bergetar gelisah.
H-harus cepat pergi, batin [Name] yang langsung lari meninggalkan Karma sendiri di tepi jurang itu.
Tatapan terkejut sekaligus heran terpampang jelas pada wajah pemuda berambut merah itu. Telapak tangan memegangi pipinya yang memerah karena terkena tamparan keras dari gadis bermanik [E/C] itu.
"Hah? Apa dia segitu marahnya sampai harus menampar pipiku dengan sangat keras? Aneh sekali ...," gumam Karma yang kini kebingungan dengan tingkah anak baru itu.
Seringaian licik kembali terlihat di wajah pemuda itu. Rencana jahil sudah tersusun dengan rapih dalam kepala pemuda itu. Menarik sekali~, batin Karma yang kembali bersantai dan menikmati waktu luangnya sampai jam pelajaran berikutnya.
Tanpa mereka sadari, tali merah sudah bergerak untuk menyatukan takdir dari kedua orang tersebut. Secara perlahan namun pasti, takdirpun sudah mulai menuliskan kisah cinta dari seorang gadis tertutup yang memiliki masa lalu penuh misteri dan seorang pemuda yang menaruh ketertarikan pada gadis itu.
~*~
Akhirnya selesai juga :")
Maaf membuat kalian menunggu lama...
Ada yg nungguin kn? :") katakan padaku ada yg nunggu? :") /hush
Maaf, sekali lagi... Kl updatenya rada kurang jelas... Dikarenakan kesibukan anak kelas akhir yg sedang berjuang untuk masa depannya :")
Sekian curhatan pendek Yuuki... Selamat menikmati :")
Maaf juga kl rada kurang jelas...
Love, YuukiMiyazono ~♥~
~Thank you for reading~
Don't forget to like and comment ~♥~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top