Chapter 1: 3-E?

Tak ... Tak ... Tak ...

Suara hentakan sepasang sepatu high heels memenuhi sudut lorong yang terasa sepi dan gelap tersebut.

Lorong yang sangat panjang dan gelap, hanya mengarah ke sebuah ruangan yang memiliki pintu bagaikan gerbang istana.

Gadis itu terus berjalan melewati lorong tersebut untuk mencapai ruangan yang berada di ujung lorong tersebut.

[Fullname] adalah seorang pembunuh bayaran, keluarganya pun sama seperti dirinya sendiri. Ayah, ibu, dan kakak laki-laki kesayangannya juga seorang pembunuh bayaran yang sudah menyandang gelar profesional.

Sekarang, disinilah gadis itu berada ... Berjalan menelusuri lorong rumah-lebih tepatnya mansion-karena perintah dari ayah 'kesayanganmu'.

[Name] berdiri tepat di depan pintu yang terlihat seperti gerbang istana itu. Lalu, menghela napas sejenak dan mengetuk pintu itu tiga kali.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk ...."

Suara bariton yang tegas pun terdengar dibalik pintu itu dan memerintahkan sang gadis berambut [H/C] untuk segera masuk ke dalam ruangan tersebut.

-ah, sedikit penjelasan. Keluarga [Name] cukup ketat dengan aturan terutama ayahmu yang terlalu kaku dan sangat disiplin dengan aturan yang ada.

Sebagai anak, [Name] hanya dapat mematuhi semua perintah dari ayahnya. Seseorang yang perfeksionis dan tegas, itulah sosok sang ayah yang dikenal sang gadis ... [Name]pun tidak bisa memanggilnya dengan sebutan 'ayah', begitu juga anggota keluarganya yang lain.

Gadis itu memanggil ayahnya dengan sebutan 'tuan' dan ibunya dengan sebutan 'nyonya', miris bukan?

Namun itulah kenyataannya, untung saja kakak laki-laki dari sang gadis tidak terlalu kaku dan disiplin seperti ayahnya. Ia masih bisa memanggilnya 'Nii-san' di luar jangkauan kedua orang tuanya yang serba sempurna itu.

Ya, keluarga [Name] masuk dalam list 'keluarga terkaya' di dunia. Keluarga yang kaya dan sangat berpengaruh dalam politik. Belum lagi para anggota keluarganya yang terkenal cantik dan tampan layaknya keluarga kerajaan, tentu saja gadis itu termasuk kedalamnya.

Keluarga itu terlihat sangat sempurna, kalau saja mereka bukanlah pembunuh bayaran.

Semua hal itu membuat sang gadis merasa muak, dirinya hanya menginginkan kasih sayang dan kehidupan yang normal layaknya sebuah keluarga harmonis-

Setelah mendapatkan izin masuk dari sang ayah, gadis itu kembali menghela napas singkat dan membuka pintu besar tersebut dengan kedua tangannya.

Pintu yang seperti gerbang istana itu terbuka dan menampilkan seorang pria berjas hitam dengan tatapan seriusnya dan tubuh tegapnya.

Sang ayah sedang duduk di kursi kerja kesayangannya dan tetap memasang ekspresi wajah yang datar. Ruangan sang ayah sangat rapi dan bersih, bahkan tidak terlihat sedikitpum debu yang menempel di sana.

Gadis berambut [H/C] itu melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut dengan anggun dan membungkukkan tubuhnya sampai 45°.

"Apa anda memanggilku, tuan?"

Pria dengan jas hitam yang menyandang status sebagai 'ayah'nya itu tidak menjawab pertanyaannya.

Gadis yang mengerti apa maksud dari diamnya sang ayah itu langsung membenarkan pertanyaannya tadi.

"Apa perintah yang harus saya jalankan, tuan?"

Pria yang sudah menginjak umur 30-an itu berdeham pelan dan menatap sang gadis dengan serius.

"Kau memiliki misi baru," jawab pria itu dengan nada suara yang sangat teratur. "Selesaikan misi itu dengan baik dan jangan sampai kau gagal di misi ini."

Gadis itu pun penasaran dengan misi yang akan diberikan padanya kali ini, jadi ia memutuskan untuk kembali bertanya.

"Kalau boleh saya tahu, apa misi yang harus saya jalankan saat ini?"

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara ketukan pintu itu memotong pembicaraan mereka sejenak, sang gadis masih berdiri dengan tegak dan tidak mengalihkan pandangannya ke arah pintu tersebut.

"Masuklah ...."

Setelah sang 'ayah' memberi izin masuk, pintu itu perlahan terbuka dan menampilkan seorang pria berjas hitam dan pakaiannya cukup rapi.

Rambut hitam jabriknya itu dan alisnya yang unik cukup mencolok. Gadis berambut [H/C] itu masih belum menolehkan pandangannya ke arah pria bersurai hitam itu dan masih berdiri tegak menghadap sang 'ayah'.

"Tuan [Lastname], saya Tadaomi Karasuma dari agen pemerintahan," ucap pria bermarga Karasuma itu yang memperkenalkan dirinya dan memberitahu darimana ia berasal.

Wow, suaranya seperti tentara militer yang sangat terlatih, batin sang gadis yang cukup terpesona dengan suara tegas dari sang pria berambut jabrik itu.

"Jelaskan apa misi yang pemerintah berikan untuk kami jalankan." Sang kepala keluarga pun memerintahkan Karasuma untuk memberitahu apa misi untuk sang gadis kali ini.

Karasuma melangkahkan kakinya dan mensejajarkan dirinya dengan [Name]. Pria dari pemerintahan itu menatap sang gadis dengan tatapan serius dan dengan ekspresi yang datar di wajahnya.

"Misi yang kami berikan bukanlah sebuah misi yang bisa diselesaikan dengan mudah."

[Name] cukup terkejut mendengar penjelasan awal dari orang pemerintahan itu.

Menarik~, batinnya yang sudah tidak sabar untuk mengetahui apa misi kali ini.

Karasuma mengeluarkan selembar kertas yang berisi foto seekor gurita dan beberapa tulisan dibawahnya yang sudah pastinya akan membuat gadis itu malas membacanya.

"Misi kali ini adalah membunuh seekor gurita yang memiliki kecepatan mach 20 dan yang berhasil membunuhnya akan mendapat hadiah sebesar 10 milyar yen."

Kau hampir saja tersedak ludahmu sendiri mendengar penjelasan dari Karasuma. 10 milyar yen memanglah bukan jumlah yang besar bagimu, bahkan bisa dibilang itu hanyalah uang jajanmu sehari-hari.

Namun, hadiah itu diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma hanya untuk membunuh seekor gurita?!

Sepertinya otak mereka sudah benar-benar rusak. Gadis itu berusaha mengatur emosinya kembali dan mencoba untuk tidak mengumpat di depan sosok sang 'ayah'.

"Jadi, misi kali ini hanya untuk membunuh seekor gurita saja? Baiklah, akan kuter-," ucapan [Name] terpotong oleh dehaman seseorang yang terus memperhatikan sikap dan tingkah lakunya sedari tadi.

Gadis itu langsung menyadari apa maksud dehaman tersebut akhirnya segera diam dan menatap pria dari pemerintahan itu untuk melanjutkan ucapannya.

Karasuma kembali melanjutkan ucapannya setelah merasa kalau situasi sudah membaik.

"Untuk membunuh gurita itu, kau harus menjadi murid pindahan. Kau akan dimasukan ke sekolah ternama di Jepang. Sekolah Kunugigaoka yang memiliki standart tinggi dan berkualitas," jelas Karasuma yang masih setia dengan ekspresi datar di wajahnya itu.

Sekali lagi gadis itu dibuat terkejut. Dimasukan ke sebuah sekolah? Apa ia tidak salah dengar? Selama ini gadis itu memang belajar sendiri dan dulu sempat les privat di rumahnya.

[Name] yang notabene tidak pernah bersekolah ini pun juga bingung, apalagi hanya untuk membunuh seekor gurita yang hadiahnya hanya sebesar uang jajan sehari-harinya itu.

Gadis itu tetap diam dan membiarkan pria pemerintahan itu melanjutkan penjelasannya.

"Tapi, kalau kau ingin menjalankan misi ini, kau akan di masukkan ke kelas 3-E."

Apa? 3-E katanya? Lalu kenapa? Gadis itu memang tahu soal sistem di sekolah kunugigaoka yang menggunakan sistem diskriminasi pada murid yang memiliki nilai rendah ataupun kelakuan yang buruk.

Itu bukan masalah untuknya. Namun, bagaimana dengan sang 'ayah' yang serba sempurna itu? Apa dia akan membiarkan anaknya begitu saja? Ah, tidak ... Lebih tepatnya, apa dia akan membiarkan namanya dan harga dirinya diturunkan begitu saja demi misi bodoh ini?

Gadis itu menatap 'ayah'nya yang sedari tadi diam saja dan tidak protes sama sekali.

"Tuan Karasuma dan aku sudah membicarakan hal ini sebelumnya, kau akan bersekolah dan di masukkan ke dalam kelas 3-E," jelas sang 'ayah' yang mengerti tatapan yang anaknya berikan itu.

"Namun, kau tetap harus berfokus pada misi pembunuhanmu dan jangan sampai gagal dalam misi ini. Aku tahu kalau kau sudah menguasai semua macam mata pelajaran dan nilaimu diatas rata-rata---" Sang 'ayah' menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"---dan aku ingin kau mencoba beradaptasi dan menjadi murid biasa disana," lanjutnya yang kini menatap [Name] dengan tatapan yang tidak pernah ia tunjukkan.

Tatapan yang lembut dan berbeda dari biasanya. Gadis itu tertegun melihat tatapan itu dan cukup terkejut melihat sang 'ayah' bisa menatap dirinya selembut itu.

[Name] kembali menatap Karasuma dan mengambil kertas yang tertempel sebuah foto gurita kuning raksasa yang bergaris hijau di wajahnya.

"Apa aku diperbolehkan membawa senjata tajam disana?" tanya gadis itu yang memang sedikit bingung apa boleh membawa benda tajam dan memperlihatkannya pada orang awam.

Setelah mendengar pertanyaan dari sang gadis, Karasuma langsung mengambil koper yang ia bawa dan membukanya-memperlihatkan sebuah pisau karet berwarna hijau dan sebuah pistol yang terukir tulisan S.A.A.U.S.O (Special Arms Against Unidentified Slimy Octopus)

Senjata khusus untuk melawan gurita lengket tak dikenal? batin [Name] yang heran kenapa pisau karet ini bisa membunuh gurita, pistol itu juga terlihat seperti pistol mainan.

"Senjata itu dibuat khusus oleh pemerintah untuk membunuh gurita itu. Jadi, kau tidak perlu repot-repot membawa senjata tajam ke sekolah," jelas Karasuma yang sepertinya tahu apa yang kau pikirkan.

"Lalu, kau dilarang untuk melukai murid lainnya selain gurita tersebut," lanjut Karasuma dengan serius.

[Name] hanya mengangguk dan mengambil pisau karet itu beserta pistol khusus dan mencoba menggerakkannya.

Ternyata tidak berat, batinnya yang sudah menduga kalau pisau dan pistol ini benar-benar dirangkai seperti mainan biasa namun bisa membunuh seekor gurita yang tidak jelas asal usulnya.

"Untuk seragamnya akan kami berikan setelah kau menyetujui misi ini ... Jadi, Nona [Lastname], Apa kau setuju untuk menjalankan misi ini?" tanya Karasuma yang sudah menatap gadis itu dengan serius.

Sang gadis menatap pisau karet itu sejenak dan kembali menatap 'ayah'nya yang sepertinya tidak keberatan sama sekali.

Akhirnya, ia menganggukkan kepalanya-setuju untuk menjalankan misi tersebut.

Karasuma mengulas sebuah senyuman tipis melihat respon berupa anggukkan kepala yang diberikan sang gadis.

"Baiklah, ini seragammu dan senjatamu ... Kau harus merahasiakan semua hal ini dari orang yang tidak ada kaitannya dengan semua ini, mengerti?" tanya Karasuma yang memberikan sebuah tas berisi seragam perempuan khas sekolah Kunugigaoka.

Gadis itu menerimanya dan mengangguk paham. "Mengerti," jawabnya singkat.

[Name] sebenarnya tipe orang yang tidak terlalu banyak berbicara pada orang asing dan sedikit sulit bersosialisasi dengan orang lain jika itu tidak ada kaitannya dengan misinya.

"Disana kau akan dibantu oleh para murid kelas 3-E lainnya, jadi aku mengharapkan kerja samamu bersama dengan mereka," jelas Karasuma yang menutup koper berisi pisau karet dan pistol itu lalu memberikannya pada [Name].

Gadis itu kembali menganggukkan kepalanya dan menerima koper tersebut. Bekerja sama dengan murid-murid disana yang notabene adalah anak-anak buangan, cukup menarik baginya dan tentu saja ia tidak mempermasalahkannya.

"Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan, [Name]?" tanya pria yang sedari tadi mengamati sang gadis-memperhatikan setiap gerak-geriknya-dan menyandang status sebagai 'ayah'nya.

[Name] menggelengkan kepala singkat dan menatap Karasuma. "Terima kasih, Karasuma-san," ucapnya dengan suara yang tegas dan cukup pelan namun bisa terdengar di ruangan yang cukup sunyi seperti ini.

Karasuma mengangguk singkat dan menatap sang 'ayah' dengan hormat dan membungkukkan tubuhnya. "Terima kasih atas kerja samanya, Tuan [Lastname] dan Nona [Lastname]."

Karasuma melirik [Name] singkat sebelum membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan itu.

Suara yang terakhir kali ditinggalkan adalah suara decitan pintu dan suara pintu tertutup beserta suara langkah kaki yang semakin menjauh.

Sekarang [Name] hanya berdua dengan 'ayah'nya. Suasana canggung sekarang meliputi ruang kerja sang 'ayah'.

Baru saja gadis itu ingin mengucapkan salam untuk keluar dari ruangan itu. Namun, sang 'ayah' sudah terlebih dulu berbicara dan menahan gadis itu untuk tidak pergi terlebih dahulu.

"[Name], jangan kecewakan aku pada misi kali ini. Ingat kau harus menyelesaikannya secara diam-diam dan berpura-puralah menjadi gadis normal disana," ucap 'ayah'nya yang menatap gadis itu dengan serius dan tatapannya sangat menusuk, tidak seperti tatapan lembut yang dia berikan tadi.

Gadis itu menganggukkan kepala singkat dan membungkukkan tubuhmu memberi 'hormat' pada 'ayah'nya itu.

[Name] berbalik dan berjalan keluar dari ruangan yang sangat tidak ia sukai tersebut, sekarang tujuan gadis itu adalah beristirahat dan mempersiapkan semuanya untuk besok.

To Be Continued

Hai~ ini ff kedua Yuuki...

Yg lama sedang revisi (◐∇◐*)

Maaf kalau masih kurang dan lainnya... Yuuki masih belajar bung (◐∇◐*)

Love, YuukiMiyazono
Don't forget to vote and comment 💗
Thanks for reading~ 💗

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top