Roommate From Hell
Commissioned by Andita on Facebook
Genshin Impact Fanfiction - Al Haitham & Kaveh while they are still student in Akademiya
Tidak ada yang lebih menyebalkan dari hari yang panjang karena kelas sepanjang hari. Mata kuliah Studi Tapak & Lingkungan, Perancangan Arsitektur, Struktur dan Utilitas, dijejalkan pada satu hari yang sama. Jika tidak kuliah, dirinya akan berkutat dengan tugas-tugas mencekik hingga waktu tidur pun menjadi berkurang.
Kaveh berjalan lunglai sambil memegang gulungan-gulungan kertas dalam pelukan. Tasnya yang berisi alat-alat menggambar dia gantung di bahu yang sepertinya sudah kapalan karena beban kuliah. Kantung mata terlihat jelas di bawah iris merah, tanda dia sudah begadang selama berhari-hari.
"Capeeek ...," keluh pemuda berambut pirang itu sambil memperbaiki letak topi agar tidak jatuh. Langkahnya berat menaiki tangga menuju kamar asramanya di lantai tiga. Seandainya saja dia cukup beruntung untuk mendapat kamar di lantai satu, tentu dirinya tidak perlu menambah rasa lelah setelah hari kuliah yang panjang.
Namun, saat ini dia tidak memiliki pilihan selain menaiki tangga sambil menggerutu. Begitu menjejak anak tangga terakhir, Kaveh ingin sekali tiduran di lorong asrama. Sisa-sisa energinya lenyap seiring dengan melesaknya tubuh ke lantai. Sepertinya istirahat sebentar di sini terdengar masuk akal ....
"Al Haitham?" Mata setengah tertutup Kaveh terbuka ketika rekan sekamarnya itu melangkah melewatinya.
Junior sombong itu hanya melirik sebentar sebelum berjalan menuju kamar di ujung lorong, kamar mereka. Merasa kesal karena diabaikan, Kaveh mendapat tenaga baru untuk bangkit dan mengejar makhluk itu.
"Hei–" Kata-kata Kaveh terputus ketika dia melihat Al Haitham hanya berdiri di depan pintu. "Kenapa kamu tidak masuk?" tanyanya heran.
Al Haitham tidak menjawab dan hanya menunjuk pintu tapi itu cukup membuat Kaveh mengingat kejadian tadi pagi. Dia terlambat bangun untuk ikut kelas pertama, sementara Al Haitham sudah rapi menggunakan seragam. Alhasil, junior sombong itu meninggalkan Kaveh untuk bergelut dengan waktu dan membiarkan Kaveh mengunci pintu kamar mereka.
Itu berarti, kuncinya ada di dia.
Kaveh terkesiap dan langsung menjatuhkan gulungan-gulungan kertas dari pelukan.
Sebentar, di mana aku menyimpan kunci itu?
Kaveh dengan panik mencari kunci besi dengan gantungan nomor ruangan di tas dan kantong celana.
Nihil.
"Aaaah!!" serunya semakin panik hingga dia mengeluarkan benda-benda di tasnya untuk mencari. Lorong asrama dipenuhi oleh kuas, pena dan gulungan kertas yang keluar tanpa henti dari tas Kaveh seperti benda itu memiliki sihir spasial yang membuat kapasitasnya tidak terbatas. Al Haitham hanya melihat rekan sekamarnya itu panik dengan wajah datar.
"TIDAK ADA!" seru Kaveh putus asa setelah membongkar tasnya hingga kosong. Kunci yang dimaksud itu tidak ditemukan di manapun.
Mimpinya untuk leha-leha di atas kasur sejenak sebelum bangun tengah malam untuk mengejar deadline maket langsung berubah menjadi asap.
"Siaaaal!" gerutunya sambil menarik rambut, membuat tampangnya semakin awut-awutan. "Jangan-jangan tertinggal di kelas?"
Kaveh langsung bangkit, meninggalkan benda-bendanya yang tercecer.
"Tunggu di sini dan jaga barang-barangku," serunya pada Haitham yang masih berdiri di depan pintu sebelum berlari menuruni tangga.
Juniornya itu hanya memandangi Kaveh tanpa berkata apa-apa. Setelah pemuda pirang itu pergi, baru kondisi lorong kembali sepi. Benar-benar seperti badai yang baru lewat. Haitham hanya mengangkat bahunya sementara Kaveh berlari kembali ke Akademiya.
Sepanjang perjalanan, Kaveh ingin menjerit kesal. Bisa-bisanya dia meninggalkan kunci kamar yang begitu berharga di kelas. Sambil menangis dia mengucapkan selamat tinggal pada istirahatnya membuat para siswa yang masih berada di akademiya memandangnya dengan tatapan penuh tanya.
Apakah tugas yang banyak bisa membuat seorang siswa senior menjadi gila?
Kaveh akhirnya tiba di kelas luas tempatnya menghabiskan waktu seharian, digilir dari satu pengajar ke pengajar lain nyaris tanpa jeda. Bahkan, makan siang pun harus dia habiskan di kursi sambil menggambar denah yang diminta oleh pengajar.
Mengerikan.
Tapi Kaveh tahu kalau dia ingin mencapai cita-citanya menjadi arsitek tersohor, dia harus melewati masa-masa penuh nestapa ini.
Napasnya terengah-engah. Dia hanya mengizinkan dirinya beristirahat selama beberapa menit sebelum mengangkat tubuhnya berjalan menuju kursi yang tadi dia duduki. Rasanya dia ingin pingsan saja di tempat ini, tapi dengan sisa-sisa tenaga, dia mencari.
Nihil.
Kunci besi yang berharga itu tidak ada mejanya. Bahkan setelah dia menyisir lantai di sekitar mejanya, benda itu tidak terlihat.
"DI MANA?!!" jerit Kaveh frustrasi di ruang kosong sementara matahari mulai tenggelam di luar jendela.
"Tenang, tenang. Kunci itu mungkin jatuh ketika aku berjalan kembali ke asrama." Kaveh menghela napas sambil mengelus dada. Dalam hati dia sempat merasa kasihan pada Al Haitham yang terpaksa menunggu di depan pintu kamar karena kecerobohannya. Apa pun bisa terjadi kalau seseorang kecapekan.
Benar. Kaveh menyalahkan program pembelajaran Akademiya yang memforsir siswanya hingga tetes keringat terakhir.
Dengan perasaan lebih tenang dan waras, Kaveh berjalan pelan-pelan menyisir lantai rutenya kembali ke asrama. Sepanjang jalan tak lupa dia bertanya pada siapa pun yang lewat, kalau-kalau melihat kunci kamarnya.
Namun usahanya sia-sia. Bahkan petugas kebersihan berkata bahwa mereka tidak menemukan kunci yang dimaksud. Hingga matahari terbenam dan bulan naik, Kaveh tidak melihat benda itu seujung besi pun.
Satu-satunya cara adalah dia meminta kunci cadangan dari pengurus asrama.
Kaveh menghela napas. Dia pasti akan diomeli habis-habisan dan harus membayar kunci yang hilang.
Apa pun daripada malam ini dia harus tidur di lorong.
Dia membayar denda dengan uang sakunya yang makin menipis karena harus membeli bahan-bahan maket dan mendengarkan ocehan pengurus asrama dengan tatapan datar. Dirinya sudah terlalu capek untuk membalas.
Langkahnya gontai menaiki anak tangga dan akhirnya dia tiba di depan pintu kamar.
Huh? Di mana Al Haitham dan barang-barangnya?
Dipenuhi tanda tanya, Kaveh memasukkan kunci ke dalam lubang dan memutarnya, hanya untuk menyadari bahwa ruangan itu ... tidak terkunci.
BAGAIMANA BISA?!
Kaveh mendorong pintu hingga menjeblak terbuka, mendapati bahwa Al Haitham sedang membaca di atas tempat tidur tanpa menoleh ke arah Kaveh.
"Barang-barangmu ada di meja," ucap pemuda itu seraya membalikkan halaman buku. "Sama-sama," tambahnya seakan Kaveh sudah mengucapkan terima kasih.
"K-k-k-kamu ... bagaimana bisa masuk?!" seru Kaveh seraya memandang rekan sekamarnya dan pintu bergantian.
Al Haitham hanya menunjuk kunci kamar yang tergeletak di atas mejanya. Baru saat itu Kaveh ingat kalau di pergantian mata kuliah, dia memberikan kunci itu pada Al Haitham saat sedang berkutat membuat garis lurus di cetak biru maketnya. Rekannya itu hendak kembali ke asrama untuk mengambil sesuatu. Kaveh tidak terlalu fokus saat itu dan baru ingat kejadiannya sekarang.
SEKARANG!!!!
"Kenapa kamu tidak bilang tadi?!!!" jerit Kaveh sambil menjambak rambut pirangnya.
"Kamu tidak tanya," balas Haitham tanpa sedikit pun menoleh membuat kemarahan Kaveh naik ke ubun-ubun.
"AAAAAAARGH!!!" teriak pemuda berambut pirang itu sambil membanting kunci cadangannya ke lantai.
Bonus part:
Al Haitham menutupi kedua telinganya dengan bantal tapi suara gergaji dan palu sama sekali tidak berkurang. Belum lagi ditambah gerutuan Kaveh yang masih belum move on dari kejadian tadi.
"Bisa kurangi suaranya?" tanya Haitham ketika menyerah menahan sabar sambil menekan emosinya. Dia juga membutuhkan tidur nyenyak.
"Bisi kiringi siirinyi?" ulang Kaveh dengan nada yang dibuat-buat sambil terus menyusun maketnya, sama sekali tidak mengurangi keributan yang dia timbulkan.
"Apa sih susahnya bilang kalau kuncinya kamu yang bawa?" tambah Kaveh sengaja memukul paku lebih keras dari biasanya.
"Ugh!" Al Haitham membalikkan badan ke arah tembok dan kembali menutupi telinganya lebih erat.
Sepertinya malam ini, ada dua orang yang kehilangan tidur nyenyaknya.
PROMPTNYA SERU wkkaakaka
I do have many many fun writing this 🤣🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top