His Brother
Aku menikmati pesta yang disajikan oleh Felix dan Haru. Kami makan bersama sambil berbincang-bincang. Saat sudah selesai makan Felix mengajakku untuk berdansa.
"Ojo-san, maukah kau berdansa denganku?"
"Ya, tentu saja."
Akhirnya aku pun berdansa bersama Felix, walaupun beberapa kali aku menginjak kakinya. Tapi dia tidak marah dan hanya tersenyum sambil menuntunku untuk menari perlahan. Haru yang daritadi hanya melihat kami dari meja makan pun ikut berdansa bersama kami.
"Ojo-san, maukah kau berdansa denganku juga?" kata Haru.
"Tentu saja aku mau."
Kami bertiga berdansa dengan gembira sambil dihiasi oleh bunga mawar merah yang sangat indah. Setelah pesta itu selesai aku pun pamit pulang kepada Felix dan Koharu.
"Felix-sama, Haru-sama. Arigato karena sudah menyiapkan pesta yang sangat indah ini."
"Ah iie, lagipula aku hanya membantu sedikit. Aku juga senang ternyata ojo-sannya Felix manis juga ya." katanya.
"Hmph (Y/n) malah asik sama Haru."
"Cieee ada yang cemburu nih." ledek Haru.
"Haha, ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya." kataku.
"Eh tunggu. Aku akan mengantarkanmu." kata Felix.
"Tidak usah, lagipula rumahku dekat kok dari sini."
"Tidak baik seorang wanita berjalan sendirian di tengah malam. Ojo-san." kata Felix.
"Baiklah, ayo antarkan aku sampai ke rumah."
"Baik."
Felix pun mengantarkanku ke rumah dengan menggunakan mobilnya. Aku melihat-lihat sekeliling jalanan, tiba-tiba aku teringat dengan foto yang kulihat di mobil tadi. Aku pun menanyakan hal itu kepadanya.
"Felix, aku mau tanya."
"Tanya apa?"
"Tadi siang aku lihat fotomu sama laki-laki. Aku penasaran dia siapa."
"Oh kamu lihat ya?"
"Maaf aku gak sopan."
"Gak papa kok (Y/n), dia kakakku."
"Eh, kamu punya kakak?"
"Iya punya."
"Selama ini kamu gak pernah cerita kalau kamu punya kakak." kataku.
"Haha, maaf ya. Tapi kenapa emang kok sampai penasaran gitu?"
"Enggak kok. Cuma tanya aja."
"Oh begitu."
Sesampainya di rumahku, aku pamit kepada Felix, "Arigato Felix."
"Daijobu (Y/n)."
"Kalau begitu aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati."
"Iya ojo-san. Kamu juga hati-hati nanti ada vampir yang gigit kamu lho."
"Siapa?"
"Aku."
Felix tersenyum dengan manisnya sambil memberi kiss bye sebelum pergi, "Oyasumi ojo-san." lalu pulang. Aku merasa sangat senang saat Felix melakukan hal tersebut.
Keesokan harinya saat aku ingin berangkat sekolah, aku bertemu dengan seorang laki-laki berambut abu-abu berpakaian hodie yang agak kebesaran. Ia tampak kebingungan di depan rumahku. Aku memutuskan untuk menghampirinya dan bertanya, "Permisi, ada yang bisa saya bantu?"
Laki-laki itu melirik ke arahku, "Ah ... i .. iya .. apa benar ini rumah (Y/n)(L/n)."
"Iya benar. Ada perlu apa?"
"Felix-san menyuruhku untuk menjemputmu. Hari ini dia tidak bisa datang ke sekolah karena kakaknya hari ini datang."
"Kakak Felix?" tanyaku.
"Iya. Kalau begitu bisakah kita langsung berangkat. Aku takut nanti kau telat."
"Baik, kalau boleh tau siapa namamu?"
"Namaku Suzaki Jun. Panggil saja Jun."
"Namaku (Y/n), yoroshiku."
"Yoroshiku (Y/n)-san."
Lalu aku diantar Jun ke sekolah. Mungkin Jun lebih muda dariku, dia terlihat kecil dan sangat pemalu. Aku iseng memegang tangannya yang kecil itu, rasanya dingin sekali.
"Jun, tanganmu dingin sekali."
"Ah, benarkah?" katanya agak kaget karena tangannya di genggam tiba-tiba.
"Iya. Kenapa sedingin ini?"
"Itu.. tadi aku habis cuci tangan."
"Oh begitu. Hmm, nanti aku mau mampir ke rumah Felix. Kamu mau ikut?"
"Iya, Felix bilang ke aku kalo kamu diundang ke sana."
"Waah jadi gak sabar ngeliat kakaknya kayak gimana."
Setelah sekolah selesai, aku dan Jun langsung pergi ke kediaman Felix. Aku dan Jun pun langsung masuk ke rumahnya.
"Summimasen." kataku.
"Tadaima." kata Jun.
"Okaeri, Jun-kun. Irrashaimassee, ojo-san." kata laki-laki tinggi berambut merah.
"Jun-kun, dia siapa?"
"Dia Daimon-san."
"Kusunoki Daimon, yoroshiku."
"(Y/n) desu."
"Mari saya antar ke ruangan tuan Felix."
Aku mengikuti Daimon dan Jun yang mengajakku ke ruangan Felix, benar-benar seperti putri raja saja sampai dikawal seperti ini. Biasanya aku langsung mengajak temanku masuk kalau bermain, orang kaya mah beda ya.
"Kita sudah sampai, silahkan."
"Arigato, Daimon-san."
"Bonjour ojo-san." sapa Felix dari tempat duduknya.
"Bonjour Felix-san." kataku.
Saat menyapa Felix mataku langsung tertuju pada sosok laki-laki berambut pirang yang sedang duduk sambil minum teh, memakai setelan jas berwarna biru gelap dan terlihat sangat elegan. Dia melirik ke arahku dengan tatapan mata yang tajam. Aku sedikit kaget kemudian kuberanikan diri untuk menyapanya, "Bonjour, Kakak Felix."
Dia menatapku dengan tatapan dinginnya sambil menghampiriku. Aku menundukkan wajahku saat dia melihatku, aku takut apakah aku salah bicara padanya.
"Kamu siapa?" tanyanya.
"A ... aku (Y/n) ... temannya Felix."
"Teman Felix?"
"Iya."
"Kak Gilbert. Jangan membuat dia ketakutan." kata Felix.
"Oh maaf, apa kau takut?" katanya.
"Eh. Ti ... tidak kok ... aku hanya sedikit gugup."
Felix kemudian menghampiri kami berdua, "Tidak usah takut. (Y/n) perkenalkan dia kakakku. Namanya Gilbert."
"Aku Gilbert Mont'dor."
"Namaku (Y/n)(L/n)."
"Maaf ya, kakakku ini memang agak menyeramkan."
"Apa katamu?"
"Eh tidak apa-apa kok. Oh iya, ada perlu apa kamu mengundangku Felix?" tanyaku.
"Hmmm ... apa ya. Tidak ada apa-apa." katanya.
"Lalu ... artinya aku ada disini apa?" tanyaku.
"Ah, (Y/n) bilang kamu ingin lihat kakakku kan?"
"Eh? Kapan aku bilang?"
Felix memiringkan kepalanya bingung, begitu juga dengan kakaknya yang tampak bingung. Memang kapan aku bilang ingin bertemu dengan kakaknya. Aku memang penasaran tapi tidak pernah sampai bilang ingin bertemu.
"Bertemu denganku? Memang apa yang ingin kau ketahui?"
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top