Prolog
Batang lampu di atas mobil polisi yang terparkir di bahu jalan berkelap-kelip menarik perhatian siapapun dari kejauhan, berwarna merah darah dan biru lebam yang secara tersirat meminta semua orang untuk menyingkir. Namun sia-sisa saja. Dalam waktu singkat, jalan raya tertutup oleh gerombolan warga yang penasaran dan barikade yang membentang di sekitar TKP, memaksa Aris untuk turun dari mobilnya.
Baru saja Aris berjalan beberapa langkah, ambulans yang membawa korban sudah melesat bagaikan peluru menuju RS Bhayangkara. Pemuda berambut keputihan itu memandang sebentar ke kendaraan yang mengumandangkan sirene yang memilukan, kemudian membalikan badan, melewati lautan manusia yang segera membelah karena melihat penampilan dirinya yang tidak biasa ditambah dua pria berseragam lengkap yang mengangkat garis polisi agar dia bisa lewat.
Di pagi buta yang cukup cerah, Makassar dihebohkan dengan penemuan mayat yang tidak biasa, di mana sang pelaku menghubungi polisi untuk menyerahkan diri. Setelah ditelusuri, sang korban CB ternyata pernah tertangkap sebagai pelaku begal yang sempat meresahkan pinggiran kota Daeng. Keganjilan tidak berhenti sampai situ, pelaku PE malah terlihat puas atas perbuatannya. Terlihat jelas dari senyuman lega yang tidak kunjung pudar meski begitu banyak orang yang memandangnya dengan jijik.
Garis kapur berbentuk tubuh manusia yang terlentang di lantai, tepat di tengah-tengah ruang keluarga seolah menjadi sebuah karya seni yang dipertontonkan. Dilihat silih berganti, disentuh, dan disinari dengan berbagai jenis lampu, sampai diabadikan dalam kamera untuk diselidiki lebih lanjut.
"Kenapa kamu melakukannya?" Suara seorang petugas menggelegar di ujung ruangan. Wajahnya begitu tegang sampai-sampai urat di kepalanya mencuat. Berbeda dengan lawan bicaranya yang duduk santai di bangku kayu lusuh dengan tangan terborgol.
"Karena tidak ada yang bisa melakukannya. Aku sudah berkali-kali meminta pertolongan pada polisi, pada kalian, tapi kalian malah menyusahkanku. Membuatku seolah hanyalah kasus kecil yang menumpuk di dalam tumpukan berkas kalian. Pertanyaannya juga sama. Padahal aku selalu datang setiap hari, memperkenalkan diri, dan menceritakan masalahku tanpa henti. Tapi kalian seolah lupa--tidak ... kalian seakan memperlambatku demi mengulur waktu. Sebab kalian tidak becus dalam bekerja!"
"Kau! Bisa-bisanya mengolok-ngolok kami--"
Pria berborgol itu mencodongkan tubuhnya, sekan dia tidak takut apapun. "Mengolok? Apa aku menyebutmu anjing? Apa lebih puas jika aku memanggil kalian anjing pemerintah? Yang kerjaannya cuman bisa menggonggong sok berani, bergerombol jika ada makanan yang menggiurkan? Datang memalak dan memeras rakyat kecil dengan mengatas namakan hukum? Itu yang kalian mau?"
Petugas itu mengepalkan tangannya, dengan cepat melayangkan pukulan menuju wajah pelaku PE yang untungnya segera dihentikan oleh Aris menggunakan sebuah nampan besi yang tadi tergeletak di atas nakas, tak jauh dari sana.
Suara bak petir menyambar sontak menggetarkan TKP dan menarik perhatian para penyidik yang lain.
"Wah, Pak. Jangan merusak barang bukti. Nanti kita yang kesusahan, loh," sindir Aris yang menunjuk nampan besi yang membengkok akibat pukulan maut petugas tadi.
Wajah petugas itu sontak kemerahan. Dia pun mengeluarkan perintah dengan kasar, "Menyingkir, Bocah!"
"Boleh saya beritahu sesuatu?" Bukannya mundur, Aris malah maju, berdiri tegak sembari mendongak ke hadapan petugas yang badan dan tingginya dua kali lipat darinya. Dengan ekspresi datar yang sulit dibaca, dia melanjutkan, "Anda sekarang sudah serupa dengan anjing yang cuman bisa menggigit untuk menaklukan lawan. Tapi akan meringkih ketakutan ketika majikannya berteriak untuk berhenti. Ah, saya jadi ingat, atasan Anda meminta saya datang ke sini untuk membantu membereskan kekacauan yang tidak bisa Anda selesaikan dengan cepat. Kalau tidak percaya, silakan hubungi beliau. Tambahan ... saya mungkin bocah yang tak sehebat Anda, tapi saya mungkin lebih 'stabil' dibandingkan Anda."
Polisi itu membisu, mundur sambil memasang wajah keras. Tidak mau berlama-lama dipermalukan di sana, dia pun berlalu.
"Jadi ...." Aris berbalik ke pelaku PE yang masih cekikikan melihat Aris yang berhasil memukul mundur petugas labil itu. "Kenapa Anda bisa melakukannya? Seorang diri?"
Pelaku PE menghela napas dan mengangkat bahunya. "Karena cuman saya yang bisa menghukumnya. Sayalah korbannya dan saya patut meminta keadilan atas perbuatannya. Dia sudah merenggut nyawa adikku. Mata dibalas mata. Kematian dibalas dengan kematian. Benarkan?"
"Tapi ... Anda sepertinya tidak bekerja sendirian. Senjata, kendaraan, dan obat bius dengan dosis tinggi; semua itu tidak bisa didapatkan dengan cara yang mudah. Apalagi Anda hanyalah seorang pedagang kecil. Saya juga sempat berkeliling di rumah ini. Tidak ada resi atau tanda bukti Anda membeli barang-barang itu. Satu pun. Itu berarti, Anda dibantu seseorang, ya kan?" Aris membalas dengan pertanyaan lain. Dia tidak boleh sampai terlihat memihak pada pelaku.
Sebenarnya itu hanya gertakan. Bisa jadi pelaku memang pintar dan telah membuang semua bukti belanja, atau dia sengaja tidak mengambilnya. Tapi cara ini tidak salahnya dicoba. Kemungkinan untuk mendapatkan pengakuan sekitar 20-50%.
Dan ternyata, itu berhasil. Pelaku PE kaget. "Kenapa kamu bisa tahu?"
Habislah dia, bisik Aris di dalam hati. "Karena saya adalah detektif, swasta lebih tepatnya. Bukan polisi yang sedang Anda jelek-jelekkan itu."
"Oh ... seperti itu. Coba kita bertemu lebih cepat, mungkin aku tidak akan sampai mendengarkan dia. Ah, tapi peduli amat. Mungkin kamu akan sama buruknya dengan para anjing itu. Lamban dan tidak jelas. Dibandingkan dia."
"Dia?" Sebelah alis Aris terangkat. "Kenapa Anda bisa sangat percaya dengan 'dia'?"
"Karena dia selalu menepati janjinya! Dia ... seperti malaikat. Dia berjanji akan memberi keadilan yang hakiki!" Pelaku PE tertawa terbahak-bahak hingga dia sendiri tidak bisa mengendalikannya lagi.
Bulu kuduk Aris berdiri. Dugaan terburuknya ternyata tepat sasaran. Ini adalah salah satu kasus yang akan mengantarkannya ke Fall3n_Angel. Sebuah akun twitter yang viral karena berhasil mewujudkan permintaan para pengikutnya dalam membalaskan dendam dan membongkar kasus yang ditutupi oleh pemerintah.
Suasana yang mencekik itu segera dibuyarkan oleh bunyi notifikasi yang terdengar di kantong celana Aris, membuatnya segera merogoh lubang itu untuk mengecek pesan yang baru masuk di ponselnya.
Panjang umur si Dia, celetuk Aris dalam batinnya.
Sebuah tweet dari Fall3n_Angel.
[Kami tak boleh menoleransi keberadaan mereka yang mengganggu ketertiban sosial. Tak boleh menoleransi bahwa mereka pernah ada. Singkirkan, lenyapkan, hapuskan. Bersihkan semuanya hingga tak bersisa. Kami ada demi menjaga kedamaian.]
Aris (Orthosiphon aristatus)
Akhirnya aku pakai cast di seri ini wkwkwkw. Menurut kalian gimana? Udah cocok kah cast ini buat Aris?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top