9 : Para Venator
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Seluruh tim yang dipimpin Jeri---Black Wolf---telah terkapar di atas tanah, mereka semua telah kehabisan energi hanya karena memusnahkan zombi-zombi yang tidak ada habisnya. Hampir empat jam mereka semua menguras tenaga, tentu saja sudah tak ada stamina bagi mereka yang sudah kelelahan.
Beberapa dari mereka masih ada yang sanggup duduk, seperti; Jeri, Aaric, Qenan, Len, dan Carl. Sisanya berbaring tanpa alas di atas tanah, membiarkan pakaian mereka menjadi lebih kotor, bahkan mereka juga mengabaikan luka yang sudah terbalut oleh perban. Berkat kekuatan Rafe serta ketekunan Oliver, mereka semua yang terluka sudah diobati.
Fried yang mengalami luka lumayan serius. Separuh kepalanya mempunyai luka gores yang cukup dalam, kemudian sepuluh jarinya hampir semua terluka dengan kuku yang hampir lepas, tidak lupa mulutnya mengalami sedikit robek. Semua itu berkat kebrutalan Fried dalam melawan zombi, bersyukur saja dia tidak mati dimakan iblis tingkat rendah itu ketika dia kehilangan banyak energi sihir.
Sebagian kepala Fried diperban menggunakan sihir Rafe, begitu pula dengan kedua tangannya, dia menjadi mirip seperti mumi.
"Guk, guk!"
Aaric yang mendudukkan diri dengan menyenderkan badan di batang pohon, ditengah bersantainya ia harus merelakan diri menoleh ke belakang menatap anjing putih yang sibuk menggonggong.
Makhluk itu menggigit bagian belakang jubah hitamnya. Menghela napas, di saat ia tidak ingin diganggu malah ada makhluk kecil yang bersikeras menariknya ke belakang.
"Aku pikir anjing ini sedang memintaku untuk mengikuti dia?" celetuk Aaric sekenanya sambil menunjuk anjing yang ada di belakang punggungnya.
Len menatap anjing itu, kemudian menatap langit. "Kita sebentar lagi pulang, kau mau ditinggal?"
Jeri mengamati wajah anjing putih itu dari kejauhan. Pandangannya menelisik. Ada darah yang mengotori bulu bersih hewan itu, tetapi ia merasakan adanya aura lain di darah itu. Tanpa banyak kata Jeri berdiri mendekati anjing itu, mengusap bercak darah dengan jari telunjuk, kemudian ia melangkah pergi menuju arah anjing itu datang.
Anjing tersebut seolah tahu ada yang mengerti inginnya, langsung menuntun seseorang yang telah melangkah mendahului dirinya.
Aaric segera bangkit. "Aku akan menemani Jeri," katanya sambil berlalu pergi diikuti Len dan Qenan. Kedua manusia itu merasa curiga dengan kedatangan anjing putih tersebut, seperti ada maksud tersembunyi.
Carl berdiri, mata ungu terangnya menatap teman-temannya yang sudah teler tidak berdaya. "Kalian jika sudah selesai dengan kegiatan berleha-leha kalian, cepat menuju pelabuhan untuk mencari perahu."
"Sudahlah pergi sana," usir Theo sambil melambaikan tangan, dia menatap langit dengan bosan, menahan rasa lelah pada punggungnya membuat ia tidak bisa berbaring dengan benar.
"Dasar sialan! Pergi dari atasku!" sungut Viktor saat tahu bahwa kaki Theo bergerak menimpa perutnya, dengan kasar ia menepis kaki pemuda itu, tetapi Theo terus melakukan hal serupa hingga ia memilih pasrah. Membiarkan tubuh lelahnya menjadi tumpangan kaki Theo.
"Kalian diamlah," gerutu Fried pelan, dia sudah hampir tertidur tadi, harus terbangun karena suara besar nan nyaring milik Viktor.
Carl merasa tidak di dengarkan segera melangkah pergi, ia yakin salah satu dari mereka ada yang waras untuk bergerak menuju pelabuhan, jika tidak ada maka ia tinggal meninju mereka.
Perjalanan dari Desa Rodoox yang berada di Wilayah Dapnah, menuju Desa Yeresmiel yang berada di Pulau Panchita harus ditempuh menggunakan perahu. Perjalanan ini membutuhkan waktu paling lama empat hari tiga malam. Paling cepat tiga hari dua malam, oleh karena itu Carl memerintahkan mereka cepat menuju pelabuhan.
Selain itu, mereka juga harus segera pulang untuk memberikan informasi yang mereka bawa. Meski tidak penting, tetapi mereka sudah mendapatkan surat untuk segera pulang, jadi mereka tak bisa berlama-lama tinggal di pulau ini.
Pandangan pertama yang Jeri serta keempat temannya lihat adalah kerusakan parah di tengah hutan, banyak pohon yang hancur seolah tergilas sesuatu. Beberapa pohon yang hancur memiliki tanda merah, tidak, warna merah itu lebih pantas disebut sebagai cipratan darah.
Mereka berempat berpencar, Carl lebih memilih mengikuti anjing, sedangkan Jeri menuju batu yang sudah terbelah.
Telapak tangan besar Jeri mengusap batu itu, ada sedikit sihir yang tertinggal, aura yang lebih gelap. Dia merasakan kekuatan luar biasa dari bekas sihir ini. Aura iblis. Inilah batu segel yang diincarnya.
"Jeri, lihat ini!"
Suara Len membuat Jeri mengalihkan pandangan dari batu. Membalik badan ke belakang, menatap jauh kepada Len, Carl, Aaric dan Qenan yang berkumpul jauh dari jaraknya. Melangkahkan kaki mendekati mereka, setiap langkah Jeri merasa sisa-sisa kekuatan yang yang mengerikan.
Entah pertarungan apa yang terjadi di sini, akan tetapi sisa-sisa sihir yang tertinggal begitu kelam dan jahat. Aura ini tidak biasa, jejak kekuatan ini terlalu berat.
Menelisik sisa-sisa dari pertarungan yang tidak diketahui duduk perkaranya. Apa mungkin firasatnya jika ada pertarungan lain di hutan ini adalah benar?
Menatap cucuran darah yang berada di depan kakinya, cucuran darah ini dipenuhi gumpalan daging serta tulang yang patah, ada baju juga yang sudah tak berwarna, aroma tak sedap mencemari udara. Jeri segera menyingkir, ia sadar bahwa sesuatu yang tak layak dilihat itu adalah awalnya berwujud.
"Aku tidak tahu yang terjadi di sini, tetapi aku rasa perkelahian di sini berat sebelah," tebak Carl.
Aaric mengangguk.
Kaki Jeri berhenti tepat di depan kepala yang masuk di bawah tanah, tubuh seseorang ini tertancap di dalam tanah, dia sudah pucat bak mayat. Duduk jongkok, ia cek denyut nadi dan napasnya, dia kritis dengan denyut nadi yang lemah dan napas yang hampir tak terasa.
"Fried sempat melihat adanya ular raksasa di sini, aku sendiri merasakan getaran hebat dari arah sini, mungkin ular itulah musuh dia." Aaric melangkah cepat, segera membantu Jeri yang berusaha membongkar tanah yang merangkap seseorang di dalamnya.
"Aku menemukan seseorang yang masih hidup, dia juga dalam keadaan mengenaskan!" Qenan menggendong segera tubuh seseorang yang dipenuhi darah, tubuhnya sudah dingin, tetapi ia masih merasakan tanda-tanda kehidupan.
Len membantu Qenan segera dengan membopong pemuda itu. "Mereka berdua akan sedikit sulit disembuhkan, dilihat dari kondisi mereka, sudah terlalu buruk."
Jeri, Aaric dan Carl yang berhasil mengeluarkan tubuh seseorang yang masuk ke dalam tanah. Carl dan Aaric langsung membopong pemuda itu, tak mengizinkan Jeri untuk menggendong.
"Mereka bukan manusia, 'kan?" tanya Carl tanpa ragu yang diangguki teman-temannya.
Sebab terlihat dari tanda di kening kedua orang ini menunjukkan iblis. Huadian, tanda ini muncul di kening seseorang sebagai pertanda dia itu adalah iblis.
Kelima orang itu segera pergi dari sana bersama anjing yang dengan setia mengikuti mereka, Jeri dengan santai menggendong anjing itu, sebagai ganti karena ia tidak diperbolehkan menggendong dua korban itu.
Dalam perjalanan Jeri terus berpikir, huadian sebenarnya tanda semacam apa? Untuk apa?
Mereka semua mengarah pada pelabuhan sesuai perintah Carl. Sesampainya di pelabuhan sudah sesuai tebakan, seluruh anggota Black Wolf sudah menyewa perahu.
Oliver, Rafe dan Theo melambaikan tangan di pinggiran perahu.
"Jeri, kamu baik-baik saja?" Seorang gadis cantik berambut putih panjang dengan mata biru cerah mendekati Jeri, menatap penuh selidik pada setiap sisi tubuh Jari, berharap tidak ada luka.
Jeri hanya mengangguk, kemudian melewati Oliver begitu saja, bersama anjing yang ia gendong.
Theo memutar bola matanya bosan, sudah lelah dirinya melihat sifat budak cinta teman gadisnya.
"Daripada mencemaskan Jeri, lebih baik matamu itu digunakan untuk melihat ada dua orang yang sekarat!" ucap ketus Theo sambil melangkah masuk ke dalam perahu.
Oliver mencebik, tidak suka dengan cara Theo berucap yang selalu memakai bahasa kasar.
Mereka semua naik ke atas perahu, Oliver segera mengecek kondisi dua iblis yang dibawa teman-temannya. Oliver tidak terlalu handal dengan sihir pengobatan, tetapi ia cukup tahu cara penggunaan sihir tersebut.
"Mereka berdua terkena racun. Satunya mengalami patah tulang di bagian punggung dan kaki, yang satunya kehilangan banyak energi sihir." Terlalu buruk, dia takkan bisa menyembuhkan, tetapi Oliver akan berusaha untuk menolong mereka.
"Lagian mereka siapa? Main pungut saja," oceh Fried dengan wajah kesal, baginya menolong adalah hal yang merepotkan.
"Jeri yang meminta," celetuk Carl yang membuat Fried bungkam seketika dan tak bisa melawan.
Perahu mereka mulai berangkat, Jeri menikmati perjalanan dengan mengamati kegiatan teman-temannya yang sedang meributkan tentang sesuatu, serta sesekali mengelus puncak kepala anjing di pangkuannya.
Serta, berkat kekayaan dari Theo, perahu ini hanya dibuat untuk menampung mereka semua hingga sampai ke Wilayah Panchita. Sehingga tadi beberapa orang dilarang naik ke atas perahu ini, semua atas permintaan Theo, alhasil tidak ada satupun penumpang kapal selain tim Jeri.
Theo tidak berhenti dari sana, dia memesankan beberapa makanan dengan harga lumayan mahal, karena perahu yang dinaiki mereka adalah jenis terbaik di pelabuhan, sehingga segala keperluan mereka semua terjamin.
"Theo yang terbaik!" Rafe mengacungkan dua jempol tangannya, mulutnya yang penuh dengan rebusan kepiting menjadikan suaranya tidak jelas, dan sorot matanya terlihat sangat indah.
Sorot mata Rafe yang terlihat dengan sarat kejujuran membuat Theo membanggakan diri dengan senyum miring miliknya, dia mengabaikan beberapa komentar negatif dari beberapa temannya yang mengatakan ia menyombong diri, nyatanya meskipun ia sombong niat berbagi ya ikhlas.
"Orang ningrat," aku Theo sambil mengibaskan rambut putih panjangnya, kemudian detik selanjutnya ia mendapat pukulan nampan besi dari Viktor tepat di kepalanya.
"Banyak gaya!" komentar Viktor.
°°ρђลи†эяล°°
Cahaya oren terlihat sangat terang di sudut barat Desa Yeresmiel. Desa yang disebut memiliki pasukan pemburu iblis khusus paling kuat. Warna oren itu seperti matahari di pagi hari, sehingga penduduk yang tinggal di desa itu juga beberapa penduduk dari desa-desa lain juga seolah merasakan pagi telah berganti pada malam hari.
Bunyi gelegar petir terdengar sangat keras, bumi juga seolah bergetar. Biasanya dimasyarakat umum pertanda seperti ini selalu disangkutkan dengan adanya bencana di dunia ini, karena mereka semua merasa neraka telah jatuh pada dunia mereka.
Petir menyambar-nyambar di langit menuju satu titik, awan yang berawal berwarna putih berubah menjadi abu-abu sampai menghitam, lalu memunculkan nyala api yang menyilaukan pandangan.
Penduduk yang menyaksikan itu ketakutan setengah mati, kekuatan besar tengah melintasi setiap sudut desa seolah mengabarkan berita kematian. Seluruh mata yang melihat segera berlarian mencari tempat aman, sebelum musuh atau malapetaka terjadi, lebih baik menyelamatkan diri.
Namun, sebelum mereka selesai mengemasi barang, situasi mengerikan telah berhasil berhenti membuat masyarakat berseru bahagia, karena merasa Dewa telah mengabulkan doa mereka.
Angin yang kerasnya seperti topan telah menerbangkan banyak benda, tetapi sekarang tak perlu cemas sebab angin telah hilang. Dua orang yang telah berada di dekat seseorang yang menjadi pusat bencana tadi tengah berdiri sempoyongan sambil membenahi dandanan mereka yang bak orang gila. Rambut acak-acakan, baju dipenuhi kotoran, dan beberapa hal nyeleneh yang menempel pada pakaian mereka.
Seorang yang berambut hitam agak panjang, dengan mata bak elang yang licik tengah tersenyum lebar. "Akhirnya uji coba berhasil kita lakukan, dengan begini kita bisa memusnahkan kaum iblis secara imbang." Tersenyum bangga, wajah tampannya terlihat sangat puas dengan hasil karyanya.
Jakob Lemar adalah pimpinan dari kelompok venator, serta dia juga seorang yang suka bereksperimen.
Mata elang dengan warna coklat keemasan itu menatap manusia yang tidur di dalam tabung yang telah pecah karena efek energi sihir yang dasyat, makhluk itu adalah salah satu uji cobanya yang telah berhasil ia lakukan.
Selama ini Jakob hanya bereksperimen pada alat-alat yang akan dijadikan senjata para penyihir yang menjadi venator, tetapi kemarin setelah dua orang berhasil mengalahkan iblis yang tingkatannya hampir mendekati iblis tingkat satu, ia memutuskan memasukkan sel iblis itu kepada manusia yang sekarat. Uji cobanya telah berhasil karena kekuatan itu sudah dapat dikendalikan, tinggal distabilkan saja.
"Tim mana yang akan Anda percayakan untuk membimbing dia?" Pria tampan yang berumur tiga puluhan dengan rambut putih panjang menatap beberapa orang yang mengangkat tubuh lemas objek percobaan Jakob.
Jakob tersenyum lebar kepada Choky Egon. Lelaki berambut putih itu adalah pemburu iblis nomor dua yang sangat terkenal.
Menepuk pundak Choky.
"Berkatmu dan Nico membawa tubuh rubah ekor sembilan, aku bisa merampungkan alat hidup untuk membunuh iblis lain."
Choky hanya menganggukkan kepala sebagai respon untuk orang yang ia hormati.
"Dia akan aku serahkan ke tim Jeri, tim mereka menurutku bisa mengontrol alat ini. Mereka sebentar lagi pasti akan pulang, aku akan menunggu alat itu untuk bangun." Jakob berjalan meninggalkan Choky menuju ruangan lain yang telah dihuni manusia berambut pirang yang dijadikan alat pemusnah iblis.
Choky merundukkan badan pelan lantas ikut pergi keluar dari ruangan yang telah rusak tak layak pakai ini. Kondisi ruang penelitian ini sangat mengenaskan; kaca-kaca pecah, tembok retak, serta atap yang telah hilang karena hembusan angin yang diciptakan oleh alat baru Jakob tadi.
Beberapa petugas yang melihat Choky dan Jakob berjalan beriringan di lorong langsung memberi hormat layaknya prajurit kepada raja.
Black Wolf telah sampai sesaat setelah terjadinya bencana kecil. Tentu saja diperjalanan mereka juga merasakan kekuatan besar yang menjurus pada cahaya oren di arah barat---arah markas mereka.
Theo, Daniel, Fried dan Viktor sampai heboh sendiri menebak-nebak apa yang terjadi. Sedangkan sisanya hanya menyaksikan bagaimana aksi bodoh empat manusia itu.
Walau Jeri terlihat santai, dia adalah orang yang paling was-was, bahkan seluruh indranya ia pertajam demi memastikan apapun di sekitar mereka tetap aman. Mereka sudah sangat lelah melakukan perjalanan panjang ini, melawan ribuan zombi beberapa jam juga telah menghabiskan banyak sihir dan tenaga.
Mereka semua melewati laut selama tiga malam, datang di sini di hari selanjutnya ketika siang hari, kemudian menuju Desa Yeresmiel menggunakan kereta kuda memakan waktu hingga tujuh jam. Belum lagi mereka membawa dua iblis yang sedang terluka, kemudian yang terakhir membawa dua iblis itu ke rumah mereka untuk disembunyikan sementara waktu. Jadi Jeri sangat tidak sudi berurusan dengan masalah lain ketika sumber kekuatan mereka telah menipis.
Jeri bukanlah Fried yang sembrono menggunakan kekuatan, atau Viktor yang lebih suka bertarung daripada diam seperti patung, apa malah seperti Theo yang senang ketika ada masalah baru.
Dia hanyalah manusia yang suka menghemat energi saja. Jeri adalah orang yang tak terlalu suka berurusan dengan hal-hal melelahkan, oleh karena itu walau ia sangat kuat, Jeri selalu menghindari permasalahan lain selain yang bersangkutan dengan misi.
"Menurutmu apa yang terjadi tadi?" tanya Viktor dengan wajah yang tampak siap untuk bertarung kembali.
Fried yang berjalan di belakang Viktor dan Aldane, menaikkan tangan ke atas. "Kekuatannya terlihat sangat kuat, mungkinkan musuh?" Menaikkan pandangan ke langit.
Rafe mendengus pelan. "Sekuat apapun musuh, jika kita bekerjasama dia pasti kalah." Pemuda pemilik hobi suka aneh-aneh itu tiba-tiba saja bergabung dengan tim yang suka mengajak ribut.
Carl yang terkenal bijak menengahi percakapan mereka. "Apapun itu, apapun yang telah terjadi tadi bukanlah urusan kita. Selama kita tidak mendapat misi dari Tuan Jakob, kita takkan membuang tenaga semudah itu. Lagi pula, kondisi kita butuh istirahat, tidak mungkin kita bertarung dalam kondisi energi tidak penuh. Pun, kita harus memberi informasi pada Tuan Jakob tentang misi kita, jangan menunda tugas kita demi tugas lain yang bukan untuk kita."
Fried mendengus pelan. Baginya mendengar Carl bicara seperti mendengar nyamuk tengah mengoceh.
"Siapa tahu ada tim lain yang ditugaskan ke sana?" sahut Oliver yang diangguki beberapa dari mereka.
Jeri, Len, Aaric dan Qenan hanya mendengarkan perdebatan teman-teman mereka.
Theo memasukkan tangan kanannya ke saku celana, ia sudah kelelahan tetapi berusaha baik-baik saja. "Lagi pula kalau bukan misi dari markas, kita tidak akan mendapat bayaran!"
Karena mereka menjalankan misi tidak begitu saja, melainkan mendapatkan bayaran yang cukup besar, sesuai dengan sebesar apa misi yang mereka emban, serta persentase keberhasilan mereka.
Memasuki ruangan Jakob. Seperti biasanya kalau para venator selesai menjalankan misi, maka wajib ke ruang pimpinan, untuk menjelaskan misi mereka sekalian menerima gaji.
Di dalam ruang pimpinan, sudah ada Jakob yang telah duduk manis sambil meminum secangkir teh hitam. Secara berurutan mereka yang datang duduk melingkar di kursi.
Jakob menaruh cangkirnya di atas meja, menatap tim Black Wolf dengan jeli menggunakan mata tajamnya.
"Bagaimana misi kalian?" tanya Jakob langsung pada poin pertemuan mereka.
Mereka semua saling tatap kemudian tatapan mereka berhenti pada Qenan, karena memang biasanya yang sering menjelaskan misi mereka selain Jeri dan Len, ada Qenan yang sangat pintar merangkai cerita.
Merasa dirinya yang harus menjelaskan, Qenan hanya mengangguk.
"Kami telah mendatangi Pulau Xeenoon untuk melihat kondisinya. Desa itu sudah sangat hancur, tidak ada yang selamat di sana. Aura iblis juga sangat kuat, kami mengikuti aura ini tetapi tidak berhasil. Saat kami akan pulang dari Desa Rodoox, kami ditahan zombi yang dikeluarkan dari pintu dimensi dunia gelap," jawab panjang Qenan.
Mata Jakob menatap Qenan dengan sinis. "Kalian tidak berusaha masuk ke pintu dimensi zombi? Siapa tahu iblis Jan Felix ada di dalam pintu itu." Ia merasa greget kepada tim Jeri saat ini.
"Pintu itu baru kami temukan setelah berjam-jam melawan zombi, itupun setelah kekuatan kita telah kehilangan banyak energi," jelas Len membantu Qenan.
"Lain kali aku akan mencari pintu dimensi dan mencari para iblis tingkat tinggi itu!" Fried menggebu-gebu siap bertarung.
"Kau mau bunuh diri?" ejek Theo yang berhasil menarik emosi Fried. Sebelum dua manusia itu saling adu sihir di dalam ruang pimpinan, Carl segera menengahi mereka dengan menepuk bahu Theo dan Fried.
Mengangguk paham. "Tidak apa-apa, karena tempat persembunyian iblis tingkat tinggi itu memang susah, puluhan tahun terlewatkan mereka masih tak bisa ditemukan dengan mudah. Kalian membunuh salah satu dari mereka saja itu sudah bagus." Menunjukkan senyum lebar, Jakob mengerti apa yang dialami anak buahnya.
"Kami juga menemukan dua iblis yang sekarang berada di rumah kami. Mereka dalam keadaan kritis, Tuan. Sepertinya mereka melawan iblis ular yang menjaga segel itu, dan mereka kalah, hanya menyisakan dua iblis yang masih setengah hidup."
Jakob menatap Aaric yang memberi informasi baru, mata berwarna ungunya menyipit, dia seperti tertarik. "Aku akan ke rumah kalian," beritahunya dengan senyuman menawan yang membuat Aaric merasa damai, Jakob terlihat seperti ayah bagi para venator muda.
"Jeri!" Yang dipanggil langsung menoleh dengan cepat menatapnya. Jakob kembali menunjukkan senyum, "Aku serahkan alatku padamu."
Bersamaan dengan itu sebuah cahaya keluar dari telapak tangan Jakob, semakin besar dan semakin bercahaya, lalu saat cahaya itu hilang, di samping kanan Jakob sudah ada pemuda berambut pirang dengan bola mata sebiru langit.
Seluruh anggota Black Wolf terperangah melihat manusia keluar dari tangan Jakob.
"Dia Kartel Durgel, dia aku masukkan ke tim kalian. Dia membawa kekuatan iblis rubah ekor sembilan. Dia benda eksperimenku. Beda dengan Aldane yang tak bisa merasakan sakit, Kartel ini masih manusia yang merasakan sakit, dan wujudnya hanya berubah menjadi manusia juga wujud iblisnya. Aku percayakan dia kepada kalian. Namun, tolong sembunyikan fakta Kartel Durgel ini dari tim lain maupun atasan lain, dia bisa dieksekusi oleh Kaisar."
"Iblis rubah ekor sembilan? Yang dikalahkan Tuan Choky dan Tuan Nico?" Pertanyaan Fried diangguki oleh Jakob, membuat pemuda itu berseru senang dan berjanji akan menjaga Kartel sepenuh hati.
29 Juni 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top