49. Informasi Berharga

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.


Buku itu, buku besar yang menjadi sihir terbesar iblis bernama Emma, benda itu sangat mengerikan hingga seluruh mantan anggota Black Wolf mengalami trauma. Sebagian besar dari mereka tutup mulut, ada yang memalingkan wajah, dan ada pula yang merundukkan kepala.

" ... Buku itu. Buku seribu derita." Bibir Carl bergerak dengan gerakan bergetar, matanya ikut bergetar, bahkan jemarinya tidak bisa meremas selimut dengan benar.

Kaisar dan Jakob mendekati Carl, mereka yakin pemuda itu butuh seseorang untuk menguatkan dirinya, sehingga mereka berdua menyanggupkan diri untuk menjadi penopang.

Kartel bergerak di atas kasurnya, dia menarik selimut hingga menutup seluruh tubuhnya, kemudian kepalanya ditutup rapat dengan bantal. Tidak ingin mendengar apapun persoalan buku, iblis Emma, hingga fakta bahwa mereka semua hampir binasa. Dia tidak ingin membayangkan rasa takut itu kembali, pun tidak sudi untuk terus merasa dikejar-kejar oleh kematian, itu adalah sensasi sekarat yang mengerikan.

Carl sedikit demi sedikit menceritakan bahwa di dalam buku itu mereka semua tidak ada yang bisa memakai sihir mereka. Satu persatu dari mereka disiksa, rasa sakit dari tusukan itu benar-benar nyata, darah yang mereka lihat adalah benar milik mereka. Namun, luka terkoyak mereka beregenerasi, kembali disiksa kemudian kembali pulih, sedangkan mereka semua tidak tahu kapan semua itu berakhir.

Waktu seolah tidak berpacu. Entah berapa lama mereka berada di dalam buku itu, seolah seumur hidup mereka hanya dilukai di dalam sana tanpa bisa melawan, membuat ingatan dan mental mereka tidak seimbang. Bingung untuk menafsirkan apakah ini ilusi atau sebuah kenyataan; ilusi tapi nyata, nyata seolah ilusi.

Meskipun di awal mereka melawan, pada akhirnya mereka tidak bisa menggerakkan tubuh mereka walau hanya satu bagian saja, hanya bisa menerima duka dan luka yang terjadi di dalam buku. Sedikit berharap semua lekas kembali.

Di dalam diam Fried menangis, dia memasukkan kepalanya ke dalam tumpukan tangannya, sedangkan kedua kakinya tertekuk gemetar. Kallen menghela napas panjang, kemudian membaringkan diri, melakukan hal serupa seperti yang Kartel lakukan. Jeri tetap diam, akan tetapi hatinya begitu kacau, hingga pelan-pelan ia menyenderkan diri ke pundak Oliver.

Mereka semua dilempari batu entah datang dari mana benda itu. Batu tersebut berwarna merah delima dengan asap mengepul, ketika mengenai tubuh membuat kulit terkelupas, suhu panas batu itu tidak bisa diperkirakan berapa selsius suhunya. Dirajam batu bagai pendosa, bergerak liar kesakitan tanpa ada yang bisa saling menolong, pun sihir mereka meninggalkan pemilik tanpa diberi izin.

Hingga di paling akhir, Carl bercerita bahwa mereka semua disalibkan. Ada yang disalib secara normal dan disalib secara terbalik, kemudian tubuh mereka ditusuk oleh alat-alat tajam, ada juga yang mendapatkan cambukan dengan cambuk bergerigi hingga tubuh mereka terkoyak. Tidak ada yang bisa melarikan diri, tidak ada yang bisa selamat, serta tidak ada yang bisa mati selama penghakiman itu terjadi.

" ... itu seperti neraka," lirih Carl. Ia mengakhiri ucapannya dengan mata yang dialiri oleh air. Tubuh tegapnya ditarik Kaisar untuk ditenangkan, ia menikmati setiap usapan di punggungnya, seolah memang dia sangat membutuhkan perlakuan ini.

Wajah Kaisar, Jakob dan Gio menggelap. Merasakan bagaimana menderitanya anak-anak muda itu di dalam buku. Sihir yang begitu luar biasa hingga siapapun tidak bisa untuk keluar dari sana.

Arden, Oliver dan Daniel terbungkam keras, ketiganya tidak bisa membayangkan bagaimana teman-teman mereka menghadapi itu semua.

"Tapi ... " Len bersuara membuat beberapa orang di sana menoleh ke pada dirinya. Ia duduk menyender di atas kasur, matanya menyorot ke depan dengan tatapan kosong, kemudian bibirnya memucat.

" ... Di sana, ketika kami disalibkan, ada banyak gambaran mengerikan, aku ... aku tidak ingat tentang apa!" Len menarik keras rambutnya hingga ada helaian yang putus dari kulit kepalanya, kemudian dia mengacak-acak rambutnya dengan kencang, sampai Jakob datang untuk menghentikan aksinya.

"Jangan diingat," bisik Jakob pelan sambil menahan kedua tangan Len supaya tidak melukai kepalanya lagi.

Tubuh Len terkulai di atas kasur, membiarkan Jakob menunggu dirinya dari sisi ranjang, pelan-pelan napasnya yang memburu menjadi teratur. Ia sudah berusaha melupakan kejadian di dalam buku, tetapi baginya mungkin saja informasi yang akan ia sampaikan bisa sedikit membantu umat manusia menang.

Menundukkan kepala. Kedua tangannya tergeletak begitu saja di atas pangkuannya. "Seolah-olah kami disuruh menghentikan seseorang, menjadi alasan bagi kami terlahir sebagai orang terpilih," sambung Len.

"Orang terpilih?" Kaisar dan Jakob membeo. Sebutan itu, sama seperti yang disebutkan oleh Alexa meski gadis itu mengatakan 'orang yang diramalkan' setidaknya ini ada benang merahnya.

Mereka juga mengingat bagaimana Choky merasa bahwa Emma sedang menunggu anggota Black Wolf. Ternyata semua itu bukan tanpa alasan atau sekedar firasat, semua itu telah mendasar dan sekarang mereka tahu bahwa anak-anak di depan mereka adalah yang diramalkan itu.

Entah diramalkan dalam konteks apa.

Kaisar menatap Gio, pria asing itu tersenyum tipis, dengan berani ia melakukan telepati dengan dia.

"Anda tahu tentang yang diramalkan ini, kan? Apa maksudnya?" Kaisar terus menatap Gio tanpa berkedip. Ia yakin alasan dia datang ke sini untuk melatih anak-anak muda itu pasti bukan tanpa alasan, bukan sekedar kebetulan belaka, pasti ada sangkut pautnya dengan ramalan.

Anggota Black Wolf menoleh kepada Len, menggumamkan hal tidak jelas sebelum mereka semua teringat sesuatu hingga mata mereka membola. Mereka semua akhirnya ingat, ada bagian di mana mereka semua melihat seseorang yang sangat asing menunjuk mereka dan berkata " ... Sebab kalian telah dipilih."

"Dipilih oleh siapa?" Jeri merenungkan ingatan itu, berucap mengingat lanjutan ucapan orang asing itu, tetapi ia tidak mengingat apapun padahal ia yakin ada lanjutan dari ucapan pria itu.

Gio menegakkan diri, agak terkejut ada sebuah suara datang menghampirinya melalui pikiran, sehingga ia langsung menatap Kaisar yang juga menatapnya. Ia menunjukkan senyum tipis, kemudian membalas, "Singkatnya, mereka yang akan mengakhiri era ini."

Kaisar tidak dapat berbicara apapun. Jika, mereka adalah orang-orang yang diramalkan akan mengakhiri perang manusia dengan iblis, maka ia tidak bisa untuk menahan kepergian mereka untuk dilatih oleh Gio.

Black Wolf dikenal dengan orang-orang yang unik, banyak yang mengagumi mereka, tetapi tidak ada yang menyangka bahwa semua ini menjadi sejelas ini. Apakah mungkin selama ini mereka bersatu dalam satu tim karena adanya bantuan dari pihak luar, atau suatu kebetulan yang terlalu beruntung?

Theo teringat sesuatu. Ia membuka sihir dimensinya kemudian mengeluarkan jazad Gavrill di atas kasurnya. "Bisakah Ketua kami dimakamkan secara layak?" pintanya kepada Jakob.

Jakob mengangguk. Ia segera menggendong Gavril keluar dari ruangan tersebut, tetapi sebelum ia benar-benar keluar, suara Kaisar telah menghentikan langkah kakinya.

"Bawa dia ke ruang auditorium, kita harus mencari informasi dari dia," pesan Kaisar. Dia menganggukkan kepala ketika Jakob memberi balasan dengan anggukan. Kemudian dia menatap anak-anak muda di depannya, sambil tersenyum ramah ia berujar, "Kalian istirahatlah untuk beberapa saat, setelah kalian merasa baikan, kalian akan dilatih Tuan Gio."

Gio melangkah pergi mengikuti Kaisar, dia tidak menunjukkan ekspresi apa-apa ketika para pemuda di ruangan ini menatapnya, yang pasti mereka bertanya-tanya mengapa harus dilatih oleh dirinya.

Berjalan-jalan mengelilingi ibukota kekaisaran adalah hal paling mudah bagi Choky untuk menghibur diri. Sesungguhnya saat ini ia benar-benar ingin menuju ke perpustakaan di Desa Reelbok untuk melihat tempat kejadian, tentu saja mencari beberapa bukti, setidaknya satu bukti kuat untuk mengungkapkan kelemahan iblis itu.

Nyatanya, niat hatinya ditolak oleh kehadiran Nicolaus yang menahan dirinya untuk pergi, mengajaknya untuk mengelilingi ibukota dengan menggunakan kereta kuda bagai orang bangsawan. Terlebih kereta kuda ini milik Kaisar, entah bagaimana caranya hingga Nicolaus mengembat kereta ini, ia berharap temannya tidak berbohong ke kusir.

Atas nama Kaisar, Choky meminta maaf dengan amat sangat atas tindakan kurang etis temannya. Menutup gorden jendela kereta dengan begitu rapat, ia merasa tertekan ketika banyak warga yang merelakan diri berhenti beraktivitas demi sedikit menaruh rasa hormat kepada kereta kuda, mereka pasti berharap Kaisar akan mengeluarkan tangannya untuk melambaikan tangan seperti biasa.

Nyatanya, yang berada di dalam kereta adalah dirinya dan Nicolaus, dua orang yang tidak diharapkan oleh masyarakat. Menghela napas, berusaha untuk tidak memaki, setidaknya jangan di sini.

"Aku kasihan ke Black Wolf, mereka pasti terkejut kalau salah satu teman mereka adalah iblis yang menyamar,"

"Aku lebih kasihan kepada Tuan Keandre, anaknya harus mati di tangan iblis yang menyamar menjadi manusia."

Choky dan Nicolaus mendengar itu langsung membuka sedikit gorden berwarna merah bata, mereka menatap sekumpulan warga, ada seorang perempuan dan laki-laki tua sedang membincangkan sesuatu yang belum pernah mereka dengar.

Tangan kanan Choky menepuk kusir dari belakang, menyentuh pundak kusir itu dengan pelan, sedangkan kepalanya ikut sedikit maju untuk memudahkan ia berbicara. "Pak, tolong kembali ke istana," pintanya.

"Baik, Tuan." Kusir pria setengah baya itu langsung membelokkan laju kuda untuk kembali menuju istana, tanpa menanyakan ada apa dengan gerangan hingga meminta untuk kembali, ia tetap melajukan kudanya dengan keras.

Dalam diam Choky dan Nicolaus berpikir. Keduanya sama-sama tahu bahwa yang berada di dalam tim Black Wolf hanya Kartel yang menjadi iblis, tetapi dari perbincangan dua warga tadi adanya iblis lain di tim itu dan membunuh putra Keandre, itu sudah pasti Qenan.

Namun, apakah itu benar? Keduanya tidak percaya. Mereka harus bertanya ke Kaisar. Warga tidak akan berspekulasi buruk jika tidak ada bisikan-bisikan fitnah sebelumnya.

Apakah ini adalah kesalahpahaman atau sebuah kebenaran?

Choky juga yang lebih berpengetahuan dari Nicolaus terus merenung. Ia tidak hanya sekedar tahu bahwa Kartel adalah iblis, di tim itu ada Kallen dan Arden yang menjadi iblis, ia dengar dari Jakob bahwa Jeri membawanya serta dalam misi meski tahu mereka adalah iblis.

Choky sadar, ada sesuatu alasan dibalik Kallen dan Arden diizinkan Jeri untuk masuk. Ada suatu rencana yang Jeri sematkan tanpa Jakob maupun dirinya ketahui, tetapi apa?

Siapa yang harus ia tanyai, Kaisar atau Jakob?

"Apakah mungkin Black Wolf membelot?" Kemudian dia menggelengkan kepala, mereka tidak mungkin membelot, sudah pasti ada sesuatu yang sedang terjadi hingga Jeri bertindak demikian.


°°ρђลиэяล°°



Tubuh itu tergeletak di atas sebuah batu alam yang berbentuk sebuah balok secara alami. Batu dengan suhu dingin itu ditutupi dengan sebuah kain berwarna putih, di atas kain terdapat sebuah tubuh yang sudah tergolek tidak berdaya, dan di bagian barat alias atas kepala jazad itu disediakan lilin bercabang tiga.

Ruang auditorium biasanya digunakan oleh Kaisar untuk melakukan penelitian terhadap tubuh iblis untuk dikaji, demi mengetahui sedikit cerita dan kelemahannya, cukup beruntung bahwa Kaisar adalah orang yang tekun sehingga ruangan ini tidak dibiarkan mendingin begitu saja.

Di setiap dinding ruangan ditempeli sebuah obor, hanya satu lampu yang menyala, penerangan di sini cukup terang sehingga tidak akan membuat siapapun takut ketika memasukinya. Sedangkan nuansa misteri yang terasa disekitar sini disebabkan adanya seorang yang sedang menggambar lingkaran sihir mengelilingi batu menggunakan sebuah arang, di atas tubuh dingin Gavrill pun dicetak sebuah lingkaran sihir dengan rune yang asing; lingkaran sihir bagian ini digaris menggunakan energi sihir.

Kaisar berdiri di belakang, menatap punggung salah satu bangsawan yang ia panggil secara langsung, beruntung dia masih berada di wilayah ibukota sehingga mendatangkan dia tidak membutuhkan waktu tiga puluh menit. Mengamati bagaimana pria dewasa itu bekerja, bahkan ia juga melihat bagaimana pakaian jubah hitam panjang pria itu bergerak mengikuti langkah kaki dia, ia benar-benar tidak ingin kehilangan banyak momen.

Pria dengan jubah hitam panjang itu berhenti bergerak. Kedua tangannya menyatu di depan dada. Matanya tertutup rapat. Cahaya emas dari lingkaran sihir yang berada di atas tubuh Gavrill melesat memutari lingkaran sihir yang berada di lantai. Stola yang dipakai pria itu berkibar-kibar bersamaan dengan pakaiannya yang bergerak liar, tekanan energi sihir itu kian meningkat tatkala Raegan menggumamkan kalimat sihir.

Cahaya itu berputar dan terus berputar, tidak meluas keluar dari lingkaran sihir, dan tubuh Gavrill terangkat begitu saja seolah dia sedang terbang di udara. Tubuh itu terangkat setinggi tiga sentimeter, setinggi lingkaran sihir yang Raegan pasang, dan kembali terbaring di atas batu setelah tiga menit berlalu.

Proses yang begitu lama. Kaisar mengetukkan sepuluh jarinya di atas lengannya yang saling menyilang di depan dada. Meskipun ia sangat menikmati bagaimana Raegan melakukan upacara ini, tetapi ia sangat ingin tahu hasil dari upaya mereka.

Tubuh Raegan terjatuh ke atas tanah, dia memuntahkan darah, karena khawatir dengan Kaisar ia langsung berdiri kembali. Matanya menatap Kaisar, dia sudah berjalan mendekatinya dengan wajah panik, dengan gelisah ia menyeka darah dari dagu dan bibirnya.

"Yang Mulia, saya tidak apa-apa." Sedikit merundukkan badan, Raegan menuturkan bahwa dia baik-baik saja, meski nyatanya setelah berkata demikian dia kembali muntah darah.

Kaisar tentu ikut panik. Dia mendekati Raegan meski pria itu selalu menolak bantuannya. Dengan paksaan ia ikut menyeka darah di dagu Raegan menggunakan sapu tangan.

"Jika memang sulit memanggil roh Gavrill, tidak masalah, jangan paksakan dirimu."

Mendapat perlakuan baik dari Kaisar membuat Raegan merasa tertekan. Kegagalannya tidak seharusnya diampuni seperti ini. Bangkit kembali, ia melakukan hal serupa, kali ini dengan Kaisar yang berada di sisinya. Ia harus bisa memanggil roh Gavrill.

"Tidak, Yang Mulia, saya akan tetap melakukannya!"

Kali ini usaha Raegan terjawab. Membutuhkan waktu sebelas menit untuk memanggil roh Gavrill. Saat itu juga, Raegan jatuh terduduk, dia tidak muntah lagi, tetapi karena roh Gavrill muncul tiba-tiba di depannya dengan wajah yang begitu dekat hingga membuat Raegan terkejut. Akhirnya dia jatuh.

Wujud roh itu mirip seperti Gavrill, hanya saja kaki dia tidak menapak pada tanah, dan tubuh dia sangat transparan. Kaisar menatap roh yang sedang termenung menatap tubuhnya sendiri, roh itu menatap tubuh dia yang ada di atas batu, dan dia berjalan mendekati tubuh itu.

Roh itu tidak berbicara apapun. Dia tidak bereaksi apapun. Hanya menatap tubuh nyatanya yang terbaring mengenaskan. Ketika ia membalik badan, menatap Raegan yang sudah berdiri normal, beserta Kaisar yang menatapnya intens. Baru setelah itu ia memberi hormat kepada Kaisar secara formal.

"Apa yang terakhir kali kau ingat?" Tidak meminta izin untuk bertanya terlebih dahulu, Kaisar langsung melontarkan pertanyaan kepada Gavrill, tatapan matanya masih terus menatap sosok itu dengan tajam.

Cahaya dari lingkaran sihir pelan-pelan menyurut kemudian hilang, membuat dua orang di sana sedikit mengintip kepada tubuh nyata Gavrill, sedang satu roh di sana hanya melirik ke belakang memastikan tubuhnya baik-baik saja.

Gavrill terkekeh pelan. Mengacak rambutnya agak kasar. Mungkin sedikit memalukan untuk mengatakan ingatan terakhirnya, tapi apa boleh buat?

"Saya dikalahkan oleh mereka?" Gavrill berkata sambil tersenyum tipis, dagunya ia usap lembut, merasa bahwa mereka telah berkembang. Terlebih Theo yang akhirnya sadar bahwa dia adalah kelemahannya.

Mereka yang Gavrill maksud adalah anggota Black Wolf yang sempat bertarung dengannya ketika ia dikendalikan.

Kaisar tersenyum bangga. Setahunya melawan Gavrill pada masanya adalah suatu kemustahilan. Benar kata pepatah, generasi manusia tiap tahunnya akan mematahkan generasi sebelumnya.

"Apakah Emma yang membunuhmu?" Langsung pada poin utama, Kaisar melempar bidaknya untuk menguras seluruh informasi dari roh Gavrill, sehingga karena semangat menggebu-gebu miliknya membuat kedua tangannya sedikit basah karena berkeringat.

Raegan hanya berdiri di belakang Kaisar, menyimak obrolan dengan tenang, tidak lupa dia terus memastikan bahwa ia memiliki banyak waktu untuk menggunakan sihir pemanggilan roh ini.

"Bukan ... " Gavrill berkata pelan, kepalanya menoleh ke tubuhnya, tatapannya menjadi sayu. "... Memang Emma yang membuat saya menjadi mayat hidup. Saya pun sudah lupa kenapa saya bisa dikendalikan oleh Emma."

"Lalu siapa?" Kaisar menekan.

"Iblis lain yang lebih lemah dari dia ..."

Gavrill akhirnya menceritakan bagaimana dia meninggal. Pada masa itu, setelah Black Wolf mendapatkan anggota baru, mereka mendapatkan sebuah misi untuk mencari gadis yang hilang di beberapa pusat wilayah. Anak-anak baru Black Wolf sangat bahagia saat itu, sehingga mereka berpencar untuk mencari informasi, dan Gavrill mencari informasi itu sendiri.

Ketika mencari informasi terkait alasan kenapa mereka hilang, semua alasan itu mengarah tentang Gunung Magborr, sehingga Gavrill langsung datang ke sana sendiri.

Suatu kebetulan terjadi. Ada seorang gadis yang menanyakan gunung itu kepadanya, sehingga ia memberi petunjuk, sekalian mengikuti gadis itu. Alasan kenapa gadis itu datang karena ketika dia sedang berlibur, tiba-tiba ada seseorang yang memuji kecantikannya, dan menyuruh dia pergi ke Gunung Magborr dengan alasan raja gunung pasti jatuh cinta kepadanya.

Tentu saja, raja gunung yang dimaksud adalah iblis. Iblis itu sama dengan iblis yang menghancurkan seluruh anggota lama Black Wolf. Iblis itu juga mengatakan bahwa dia telah menunggu lama untuk menyantap Gavrill. Gavrill melawannya setengah mati hingga tubuhnya dipenuhi oleh luka. Ia berhasil menyelamatkan diri ke markas, dan setelah itu ia meninggal dunia setelah jantungnya tiba-tiba pecah.

" ... Iblis itu termasuk iblis tingkat tinggi."

Seluruh anggota Black Wolf mengetahui beberapa hal yang terjadi selama mereka tidak sadarkan diri. Markas venator dibubarkan, dijadikan satu dengan tim khusus milik Kaisar, dan yang terakhir adalah mereka akan menjalani latihan bersama orang asing. Oliver menceritakan hal-hal itu kepada mereka.

Sedangkan di sisi lain, ada Daniel yang merengek-rengek kepada Jakob untuk meminta kepada dia supaya menyelamatkan Qenan. Namun, selama ia mengocehkan bahwa Qenan tidak bersalah, memberi ulasan-ulasan tidak masuk akal lainnya tentang fakta bahwa Qenan mempunyai impian sebuah kedamaian, itu semua sama sekali tidak membuat Jakob luluh.

"Aku rasa Tuan Jakob menjadi sangat pilih kasih. Arden dan Kallen adalah iblis, kenapa mereka juga tidak dipenjara? Apa karena Jeri? Apa aku harus meminta Jeri untuk memohon supaya Tuan mau mendengarkan ucapanku?!" Dia bersungut-sungut, merasa marah karena ketidak adilan yang Jakob berikan.

Ketika Jeri dengan mudah membebaskan dua iblis, kenapa ia tidak diberi bantuan sama sekali untuk membebaskan satu iblis yang setidaknya pernah berjuang bersama di sisi manusia!

Jakob mengurut keningnya. Dia menatap buku bersampul gelap di depannya. Duduk dan mendengarkan Daniel murka adalah hal lain yang bisa membuat ia tertekan. Banyak rencananya yang akan gagal setelah Qenan diketahui sebagai iblis.

Kali ini, akhirnya Jakob berbicara, "Bukan seperti itu maksudku." Tidak ingin terjadi sesuatu, ia langsung menjentikkan jarinya, hingga ruangan ini dipenuhi energi sihir. Jakob membuat ruangan ini menjadi kedap suara, ia tidak ingin ada yang mendengar percakapan ini. Banyak telinga di balik dinding, dan ia baru saja merasakan ada energi sihir orang lain di sekitar sini sesudah Daniel berteriak murka.

"Aku sama sepertimu Daniel. Aku sama-sama sangat menyayangkan ini terjadi. Rencana untuk memusnahkan iblis dengan kekuatan sepadan seolah roboh di depan mataku. Aku tidak menyangka bahwa Qenan adalah iblis. Aku juga percaya dengan ucapanmu, Daniel," terang Jakob dengan pelan.

Daniel tersenyum lega. "Lalu kenapa ti---"

"Apa kamu ingin menjadi musuh Kaisar? Menjadi seseorang yang dibenci manusia? Apa kamu sanggup melawan kekaisaran? Apa kamu sanggup berhadapan dengan para bangsawan? Kita tidak bisa membela Qenan untuk saat ini."

Keduanya tampak sedih. Jakob dengan rencana besarnya menjadi tertunda dan Daniel yang begitu peduli dengan Qenan menjadi sedikit gila.

Tiba-tiba pintu terbuka, menunjukkan Choky dan Nicolaus, keduanya berwajah kaku yang Jakob sudah tahu pasti ada hubungannya dengan Qenan.

" ... Siapa yang menyebarkan ini? Kaisar berkata kasus ini akan menjadi sangat privasi," komentar Jakob sambil menatap kedua rekannya dengan tatapan datar. Hatinya begitu kesal, tidak ada pihak luar yang mendengar ini, pun Qenan berada di sel penjara khusus yang hanya sebagian orang yang tahu.

Lantas, siapa yang menyebarkan rumor itu? Apa jangan-jangan ... pandangan mata Jakob menjadi sangat tajam. Ada musuh di dalam selimut.

"Lalu bagaimana dengan Kartel?" tanya Choky.

Nicolaus menatap Daniel. Pemuda itu tampak lesu di depan Jakob. Mungkin ada alasan kenapa dia sekarang ada di sini dengan wajah itu.

"Kita harus terus menyembunyikan identitas dia." Jakob menjawab dengan tenang. Menyenderkan tubuh belakangnya ke punggung kursi, sedikit meringankan beban tubuhnya, pelan-pelan ia mengatur pernapasannya supaya emosinya tidak terlalu naik hingga membuat kepalanya pecah.

15 April 2022

Ersan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top