45 : Para Bangsawan
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Pagi-pagi buta, ketika matahari masih belum menunjukkan tanda-tanda akan kehadirannya, lima orang telah berdiri tidak jauh dari lokasi pertarungan yang menggemparkan warga.
Dari remang-remang cahaya mereka hanya bisa melihat secara samar kumpulan orang terkapar membentuk gundukan, sedangkan di puncak ada seseorang yang tampak berdiri tegak menghadap timur, seolah sedang menunggu matahari terbit.
Kemarin, tepatnya ketika tim Jeri mulai melawan iblis, saat itu juga warga harus berlari menjauh dari pertarungan mengerikan yang berlangsung beberapa jam, akan tetapi mereka tidak bisa keluar dari dalam kubah berwarna hitam transparan yang memerangkap mereka. Choky mendengar banyak prajurit beserta venator masuk ke dalam pertarungan, tetapi tidak ada salah satu dari mereka yang terlihat kembali.
Sempat juga Choky bersama murid-muridnya berpapasan dengan Kaisar, tetapi orang tertinggi di wilayah ini terlihat gusar memikirkan beberapa cara, membuatnya tidak berani mengusik Kaisar.
Sekarang dengan mata telanjang ia melihat dengan yakin, meski samar-samar, bahwa tumpukan di depan sana yang tidak lain adalah para prajurit beserta venator yang berjuang kemudian tidak bisa kembali. Berapa korban yang iblis itu kalahkan? Pantas saja Kaisar begitu gusar di belakang sana.
Choky meremas kedua tangannya. Sejak melangkah ke sini ia menegaskan diri untuk menyelamatkan kawanan Jeri, tetapi setelah menginjak tanah ini, ia merasa agak bimbang apakah ia bisa mengalahkan iblis itu?
"Aku akan mengalihkan perhatiannya, kalian cari mereka, misi kita saat ini hanya menyelamatkan teman-teman kita!" perintah Choky tegas kepada Len, Rafe, Carl dan Aaric.
Keempat pemuda tampan itu rupanya merasakan ketakutan yang luar biasa, tekanan aura yang mengerikan membuat mereka enggan membalas rencana pembimbing mereka, menatap depan dengan tatapan putus asa.
Menepuk bahu Aaric yang berada di sisi kanannya, Choky menatap mata pemuda itu dengan yakin, "Jangan takut, ada aku di sini." Di akhiri dengan senyuman lebar, entah lawan bicaranya merasa lega atau tidak, tetapi ia bisa melihat Aaric mengangguk pelan merespon dirinya.
"Jangan lawan dia," bisik seseorang.
Lima orang itu langsung menoleh ke belakang, di sana ada gadis ringkih yang sedang berjalan tertatih, kulitnya bagai mayat terlihat cocok dengan sorot matanya yang kosong. Tangan kanannya terangkat, melambai pelan ke arah Choky, berupaya menahan. Dia Alexa.
"Di mana Jeri?" tanya Rafe segera, dia menatap Alexa sengit, perasaan tidak sukanya timbul.
Bibir pucat itu bergetar pelan. Mata sayunya bergerak menatap Rafe sedih. Bekas air mata di pipinya telah mengering. "Jangan ke sana, kalian bisa binasa," bisiknya lagi.
Rafe hendak kembali mengomel, tetapi Aaric segera menahannya, kemudian dia yang bergilir bertanya dengan nada lembut guna meraih hati Alexa, "Teman-temanku di mana, Alexa?"
Gadis itu bungkam. Tubuhnya semakin merunduk ke bawah. Pandangannya beralih jauh ke belakang punggung mereka, kemudian jari telunjuknya terangkat menuju sisi lain tumpukan mayat, dari gerak bibirnya membuat lima orang di depannya langsung membalik badan dan menatap tidak percaya ke arah yang ditunjuk Alexa.
"Mereka di sana, tidak bisa aku sembuhkan."
Rafe membalik badan, menunjuk Alexa kesal. "Wanita sialan! Kau mengorbankan tem---"
"Tidak!" pekik Alexa memotong ucapan pemuda berambut hitam pendek itu, kemudian dia menarik seluruh rambutnya secara acak, pemandangan yang begitu traumatis terbayang di benaknya.
"Sudahlah." Carl menengahi. Dia menepuk bahu Rafe dan menariknya mundur. Pertengkaran seperti ini tidak seharusnya terjadi di tengah kondisi meresahkan di antara puluhan mayat.
"Di mana yang lain?"
Choky, Carl, Len, Aaric, Rafe dan Alexa terkejut bukan main ketika di tengah-tengah mereka muncul seorang pria tinggi dengan senyum mengerikan menatap mata Carl begitu dalam. Alexa jatuh terduduk, kemudian ngesot menjauh, air matanya kembali turun disertai lirihan suara minta tolong.
Lima laki-laki itu terkena dampak aura mencekam milik Emma. Tidak ada petir dan tidak ada badai, tiba-tiba dia hadir di antara kumpulan manusia yang sedang mendebatkan sesuatu, suatu kemunculan yang dramatis hingga membuat lawannya terdiam sebelum menyerangnya secara bergantian.
Emma menatap Choky intens ketika pria tua itu mengarahkan pedang padanya, ia membiarkan bilah pedang itu menembus dirinya, sebab tubuhnya akan beregenerasi yang akan mengejutkan mereka.
"Aku tidak punya banyak waktu," gerutu Emma sambil memetik jari, saat itu juga sebuah buku besar muncul di atas kepala mereka---Rafe dan kawan-kawan---sehingga kejadian serupa terjadi di depannya.
Orang-orang yang ia pilih masuk ke dalam buku, meninggalkan Choky yang terpaku di tempatnya. Emma memegang besi yang menancap di dadanya, tersenyum tipis pada pria di depannya, kemudian mencabut pedang tersebut dan melemparkannya jauh-jauh.
"Jika tidak ingin binasa, segeralah pergi dari hadapanku, bawa anak-anak ke seseorang bernama Adara."
Setelah berkata demikian, dari belakangnya muncul empat pemuda yang terjatuh dari langit dalam keadaan mengenaskan. Tubuh mereka penuh sayatan dan darah keluar dari pori-pori mereka, kondisi yang begitu mengenaskan, hingga tubuh Choky bergetar hebat.
Dari sudut matanya, Choky bisa melihat segalanya. Tidak bergerak, diam dengan perasaan kacau, sebab jauh di dalam hatinya terukir sebuah perintah tanpa sadar bahwa jika ia bergerak maka akan mati. Iblis di depannya, bisa melakukan apapun sesukanya, ia tidak memiliki kesempatan untuk menang.
Akan tetapi ia punya alasan untuk menentang iblis di depannya, meski terlihat bodoh, Choky tidak bisa hanya berdiri mematung ketakutan. Semua anak didiknya telah hampir binasa, dikalahkan dengan mudahnya oleh sebuah buku, sebagai guru ia mempunyai hak untuk membalaskan dendam.
Namun, apakah ia bisa menang?
Sejauh penilaiannya, ia tidak akan bisa menang, baru kali ini rasa percaya dirinya terkikis oleh ketakutan luar biasa hingga dirinya seolah siap musnah.
Emma dalam wujud prianya menatap wajah Choky yang memucat, sedikit merendahkan pria di depannya, kemudian dia langsung berputar tubuh. Namun, tangan kanannya digenggam erat oleh tangan kekar lain, matanya menatap tangan bergetar di pergelangan tangannya.
Mengalihkan pandangan ke wajah Choky, menatap licik pria itu dengan kedua mata lancipnya. "Dengan tangan bergetar begitu, kau bisa mengalahkan aku?" Pada akhir kalimatnya muncul sebuah seringai, ditambah sebuah aura mengerikan datang melingkupi sekitarnya, membuat Choky berhenti menahan tangannya.
Emma tersenyum puas.
Choky melangkah mundur satu langkah, tiba-tiba ia merasakan sebuah tekanan mengerikan seolah ia dijatuhi ribuan batu untuk memaksanya berlutut kepada pria di depannya, tulang-tulang kakinya melunak bersamaan dengan tekadnya. Kedua tangannya yang mengepal pelan-pelan terbuka, matanya menatap Emma tidak percaya, tetapi iblis di depannya beda level dari Iblis-iblis yang selama ini ia hadapi.
Naga ... Choky teringat dengan Naga penguasa Laut Deathly, kekuatan mereka mungkin setara. Selama ini ia mengasah dirinya untuk bisa mengalahkan naga itu, tetapi sepertinya ia hanya berjalan di tempat, ia tidak bisa mengalahkan naga itu maupun iblis di depannya.
Apa iblis tingkat tinggi memang sekuat ini? Lalu Iblis-iblis yang sudah memusnahkan hampir sembilan puluh persen venator itu baru kroco-kroco mereka?
Mengetahui fakta itu, Choky merasa bahwa dunia ini sangat tidak adil.
"Tunduklah," perintah Emma.
Choky tanpa penolakan langsung menjatuhkan kedua lututnya ke atas tanah, menatap pahanya dengan sendu, lantas dia bergumam, "aku sama sekali tidak berguna!"
Mendengar suara menyedihkan dari manusia di bawahnya membuat Emma kian menyeringai. Dia menatap beberapa prajurit yang hendak membantu Choky, dengan santai ia meraba lehernya dengan satu jari telunjuk, menandakan jika mereka maju maka mereka akan mati sama seperti prajurit yang lain.
"Berhasil menahan tekananku itu sudah hebat. Kau tidak lemah, hanya saja lawanmu itu aku," katanya pongah, kemudian Emma menghilang begitu saja tanpa jejak sihir, begitu pula sihir yang memerangkap mereka hilang.
Para prajurit yang sempat terhenti karena larangan dari Emma kini berbondong-bondong untuk menolong siapapun korban yang selamat, menaruh mereka yang tinggal nama ke sebuah kereta untuk segera dimakamkan, sedangkan Choky dibawa oleh salah satu prajurit dengan dibantu oleh Alexa.
Pemandangan menyayat hati ini ditonton oleh seluruh masyarakat yang tinggal di sekitar perpustakaan, bahkan ada yang dari luar desa demi melihat kekacauan yang terdengar nyaring dari mulut ke mulut, begitu pilu hingga mereka tidak bisa berkomentar apapun.
Genangan darah. Tumpukan mayat. Sisa aura yang mengerikan. Semua itu menjadi satu di Desa Reelbok, mencekam seluruh umat untuk takluk pada kehancuran di depan mereka, pelan-pelan duka dan rasa takut merayap pada tiap-tiap hati manusia.
"Apa gunanya Dewa! Patung sialan!" Salah satu warga menendang sebuah patung yang terukir apik, patung gagah berani lambang Zeus telah digulingkan oleh satu kaki manusia yang merasa tidak terima oleh kenyataan, wajah penuh tekanan frustrasi itu memancar menghadap patung yang telah terguling.
"Bahkan setelah tragedi ini, mereka sama sekali tidak menyelamatkan manusia lemah seperti kita. Berdoa pun percuma," lanjutnya.
"Kau bahkan tidak ikut bertarung, tapi ucapanmu besar sekali," sahut salah seorang pria yang merasa tidak suka dengan ocehan pria tua yang menggulingkan patung Dewa Zeus.
Kaisar menyaksikan semua. Matanya menyorot seluruh kesedihan mendalam di depannya. Kedua tangannya mengepal. Dunia ini mungkin sudah hancur sejak lama jika iblis-iblis memiliki kekuatan sebesar Emma.
Namun, bukan itu yang ia sesalkan, melainkan dirinya yang tidak mampu untuk bergerak melawan iblis itu karena takut adalah penyesalan terbesarnya.
Choky yang dibantu jalan oleh salah satu prajurit bersama Alexa lewat begitu saja melalui sisi kanan Kaisar, tidak ada percakapan di antara mereka berdua meski saling berpapasan dan berpandangan, hanya saling bertukar wajah paling menyedihkan mereka.
Kaisar menundukkan kepala. Menatap ujung sepatunya sedih. Ia tidak bisa memperjuangkan apapun. Melirik ke arah kiri di mana Akash berdiri, bergumam dengan nada rendah, "Persiapkan pemakaman yang layak untuk para pejuang."
Detik itu juga, dari seluruh pelosok telah mendengar bahwa hari ini telah menjadi duka mengerikan bagi umat manusia, munculnya iblis dengan sihir dan kekuatan di atas rata-rata berhasil mengalahkan sekiranya empat ratus venator utama Kaisar, tiga ratus prajurit, dan sekiranya dua puluh venator dari markas besar pemburu iblis.
Berita menyebar dengan cepat, ketakutan melanda seluruh umat manusia, ini semacam bencana yang sedang berjalan. Semua mulut membicarakan tentang tragedi tersebut, menyebar luaskan rasa pedih, mematokkan batasan manusia akan musnah.
Acara pemakaman kali ini begitu ramai berada di pemakaman umum ibukota kekaisaran, banyak manusia yang datang untuk ikut dalam nuansa berkabung, mereka berbondong-bondong menangisi keluarganya yang telah berjuang demi masa depan umat manusia.
Mereka yang ditinggalkan menangis terkejut, wajah-wajah sedih tumpang tindih dengan raut kasihan, raungan dan lirihan dari mereka yang kehilangan menjadi pemandu musik penghantar jenazah.
Kaisar yang memimpin upacara pemakaman tidak bisa menutup telinga, tidak bisa pula menutup mata, tetapi dia tetap berdiri teguh menghadap depan disertai wajah tegas yang terpaksa harus pura-pura kuat. Demi menghargai jiwa patriot para pejuang, Kaisar harus menahan tangis, menahan diri supaya perkabungan ini layak sebagai pengantar terakhir bagi para pahlawan.
Isak tangis di seluruh permukaan tanah ini mungkin akan terdengar ke langit, hingga Dewa mendengar nestapa manusia yang lemah ini.
"Aku mohon, Dewa, mampirlah untuk peduli pada umat-Mu. Genapi janji kalian," doa Kaisar pada Poseidon yang menjadi aspek utamanya dalam memuja.
Mendengar Kaisar berdoa, akhirnya segenap manusia di sana melantunkan doa demi keselamatan manusia, meski mereka sering berdoa tetapi kali ini mereka menginginkan balasan doa dari para Dewa-Dewi yang mereka puji di kuil-kuil.
"Pancing telah dilemparkan, tinggal menunggu tangkapan apa yang mereka tuai," Seorang berambut hitam panjang diikat bagai ekor kuda berada di atas langit, terbang dengan kedua sayap hitamnya, matanya menyorot kumpulan manusia itu dengan tatapan datar.
Dia adalah Gerald.
°°ρђลи†эяล°°
Tunduk dan menyerah. Jakob sangat terkejut dengan pemberitahuan Kaisar secara pribadi bahwa seluruh pemburu iblis telah kalah melawan iblis yang berada di Desa Reelbok. Akan tetapi, Black Wolf berhasil selamat dengan kondisi paling mengerikan, bisa dikatakan jika mereka tidak hidup kalau tidak segera diobati.
Jakob tidak bisa mengobati luka di seluruh tubuh para venator, bahkan Alexa pun sama, hal itu membuat dia tertekan setengah mati. Anggota Black Wolf terkecuali Qenan, Arden, Daniel dan Oliver semua dalam kondisi yang tidak bisa ia pandang terlalu lama. Entah apa yang terjadi, mengapa mereka bisa hancur seperti itu, tetapi yang membuat ia bersyukur adalah mereka masih hidup.
"Saya tidak bisa menyembuhkan mereka, Yang Mulia," beritahu Jakob dengan nada suara yang bergetar, pandangannya memburam, dia tidak bisa melihat wajah kecewa Kaisar yang terlihat jelas di matanya.
Kaisar yang sejak tadi berada di luar ruangan menunggu hasil Jakob akhirnya mendengar berita yang lebih parah lagi. Tentu dia kecewa, tetapi ia tidak bisa mengutarakan itu, sebab tidak hanya dirinya yang sekarang merasa tersakiti.
Menatap ke depan, pada dinding putih tak bernoda, padahal dulu ia berharap bisa mendamaikan tiap wilayah dari amukan iblis. Nyatanya ... tidak ada yang bisa ia genapi, semua itu hanya janji palsu, omong kosong yang terlalu besar.
Pelan-pelan Kaisar menyesali perbuatannya di masa lalu.
"Ketika Anda dan tim lain sibuk untuk mendeteksi keberadaan naga, di sini malah terjadi guncangan lain." Kaisar melemparkan sebuah kalimat pernyataan dengan sarat wajah sendu, matanya masih fokus pada dinding.
Lama waktu berlalu. Jeda pada kalimat Kaisar tidak ada yang menyangkal. Jakob terlalu sulit untuk berkata-kata. Keduanya terpaksa sadar ketika halusinasi mereka menyapa bahwa semua ini hanyalah bunga tidur.
"Maaf, saya tidak bisa untuk melindungi mereka, saya malah bersembunyi karena takut," keluh Kaisar, kali ini dia menundukkan kepala sangat dalam, dan kedua tangannya terangkat lesu di bawah dagunya. Meratapi bagaimana dia tidak berguna di pertarungan itu, hanya karena takut ia tidak berani bergerak lebih dekat malah menjauh mencari tempat aman, betapa bodoh naluri manusia lemah ini.
Jakob mengangguk. Ia juga sama. Ia merasakan apa yang dirasakan oleh Kaisar. Bagaimana ia tidak berguna ketika anak buahnya butuh penyembuhan total.
"Tidak apa-apa, Yang Mulia. Jika Yang Mulia gugur, siapa yang akan memimpin?" tangkas Jakob cepat, tidak ingin Kaisar berlarut-larut dalam kesedihannya.
Seorang prajurit datang, langsung menjatuhkan salah satu kakinya ke atas lantai, satu tangannya pun menapak lantai. "Hormat Yang Mulia," ucapnya tegas.
Menatap wajah tampan prajurit yang tersembunyi akibat helm, Kaisar menganggukkan kepala memberi izin untuk prajurit berkata-kata.
"Tuan Choky meminta sebuah pertemuan bersama para petinggi, beliau menyampaikan akan membahas tentang iblis kali ini," pesan prajurit itu pada Sang Kaisar.
Pandangan mata Kaisar menjadi tajam, melirik Jakob sekilas sebelum dia bergumam, "Dia bermental baja. Cepat tanggap." Mendongak ke langit-langit ruangan, ia melanjutkan, "Perintahkan kepada Akash untuk menjemput para petinggi dalam waktu tiga puluh menit."
"Baik, Yang Mulia!" Prajurit itu segera berdiri dan pergi untuk menemui seseorang yang diperintahkan oleh Kaisar.
Waktu tiga puluh menit bagi Akash terlalu lama untuk mengumpulkan para petinggi, baginya hanya butuh sepuluh menit untuk membawa para petinggi masuk ke istana, hanya menggunakan sihir teleportasinya semua aman terkendali.
Sepuluh orang telah duduk di sebuah ruangan tertutup, menghadap meja lonjong besar yang dipenuhi jamuan khusus bagi para tamu, serta wewangian yang menyejukkan hidung muncul dari lampu gantung yang terbuat dari berlian.
Beberapa prajurit ada yang tinggal, ada juga yang memilih keluar, menempati tempat jaga masing-masing. Di sisi kanan kursi Kaisar ada Akash yang mendampingi, sebagai tangan kanan Kaisar dia selalu berdiri di sisi sang pimpinan, supaya apapun yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Di sisi lain ada Choky dan Alexa yang duduk dengan ekspresi kalut, bahkan seorang gadis yang dipaksa ikut dalam rapat ini masih suka mengusap air mata yang jatuh ke sisi pipinya, tidak ada yang berkomentar mengenai dua manusia ini sebab merekalah yang selamat dari pertarungan melawan iblis itu.
Untung saja masih ada yang selamat walau kondisinya mengenaskan dalam tragedi mengerikan itu, termasuk Choky yang berhasil disembuhkan oleh Jakob dan Alexa yang tidak mendapatkan luka serius.
Salah satu bangsawan bergerak mengetukkan jarinya ke pinggiran gelas anggur merah, mata merahnya menatap Choky malas, bibirnya berkali-kali mengerut menyimpan kembali ucapannya.
"Tuan Choky, kau tidak meminta kami datang hanya untuk melihat wajah sedihmu saja, kan?" Pada akhirnya Aaron Gane sang bangsawan yang menduduki tanah Wilayah Panchita mengeluarkan komentar pedasnya.
Rambut merah yang dipotong undercut dengan helai yang terlihat panjang sedikit menutupi sebagian dari matanya, tetapi tatapan tajam dari Duke itu tidak bisa dihindari, hal tersebut membuat Choky balik memandang laki-laki muda di sisi lain meja dengan tatapan yang rumit.
"Tuan Aaron, seharusnya Anda mengerti perasaan Tuan Choky saat ini," sahut seorang bangsawan lain dengan suara lembut bagai perempuan.
Dia menggunakan pakaian serba putih dengan sedikit riasan warna hitam, pada lengan panjangnya membentuk sebuah balon yang kemudian diikat oleh kain hitam, menggunakan dasi besar yang mekar berwarna hitam dengan garis emas. Rambut hijau kebiruan-biruan yang pucat dengan mata selaras, tubuh ramping, serta bibir merah muda.
Sebastian Lex Orion adalah bangsawan muda yang berumur dua puluh tahun, mempunyai attitude tinggi, serta rasa hormat yang besar. Mempunyai sifat lembut dan rendah hati, membuat dia dicintai oleh beberapa masyarakat yang tinggal satu wilayah dengannya.
Sebastian adalah seorang Baron. Diketahui karena memiliki kemampuan di atas rata-rata, ia dipilih Kaisar langsung sebagai Baron, menggantikan Baron lama yang telah sepuh.
"Cih, seharusnya dia lebih profesional sebagai venator," sungut Aaron tidak memedulikan teguran dari Sebastian.
"Seharusnya kau malu dengan Yang Mulia Kaisar," tegur seseorang yang memiliki pawakan sama dengan Sebastian, hanya saja netranya berwarna merah darah, dia adalah Sean Jovial.
Bagi Sean ia juga sangat terkejut dengan berita yang simpang siur di wilayahnya, ia tidak percaya, sebab baru beberapa jam yang lalu ia mengantar Choky ke depan markas utama para venator dan kemudian kabar buruk menimpa. Bukankah itu sangat malang?
Merundukkan badan pelan, Choky menutup mata sekilas, kemudian ia meminta maaf, "Maaf, Tuan, saya bingung harus menceritakan dari mana."
Aaron menghela napas kasar, Sebastian menunjukkan anggukan dengan senyuman manis, lalu Sean memberi reaksi ia mengerti dan memahami. Sisanya menunggu Choky untuk membuka suara.
"Iblis itu ... berada di tingkat lain yang kita tidak ketahui. Jika dimasukkan ke dalam kelas-kelas, iblis ini sekelas dengan naga yang menghancurkan Wilayah Pandhita, atau bahkan lebih tinggi." Memulai percakapannya, Choky memberikan informasi yang ia dapatkan dari pengamatannya.
"Dia bisa merubah wujudnya, menjadi apapun yang dia mau, auranya juga seperti ditimpa ratusan batu besar hingga kau tidak berdaya. Hanya dengan menatap matanya saja akan timbul rasa takut. Dia mempunyai sihir luar biasa, ada sebuah buku besar yang bisa menyeret manusia masuk, saat manusia dikeluarkan dari buku itu mereka dalam kondisi paling mengerikan."
Jakob menutup mata rapat-rapat, mungkin Black Wolf mempunyai luka yang serius karena masuk ke dalam buku itu, sihir yang mengerikan.
Nicolaus menggigit bibir dalamnya, dari cerita Choky, meski tanpa berhadapan dengan iblis itu, ia bisa tahu betapa hebat dia. Temannya bisa selamat saja itu sudah membuatnya lega.
"Namun, yang membuatku curiga adalah ..." Mengepalkan kedua tangannya erat di atas meja, masih teringat bagaimana iblis itu tiba-tiba datang di antara ia bersama anak didiknya, sangat sulit melupakan kejadian itu. " ... Dia seolah menunggu seseorang, tidak, dia menunggu beberapa orang. Dia bahkan sempat menanyakan di mana yang lain kepadaku," lanjutnya.
"Yang lain? Siapa?" tanya seorang bangsawan yang memakai jubah hitam dengan kalung perhiasan, jubahnya seolah menandakan dia adalah salah satu penyembah Dewa yang mulia, Raegan Baylor.
Mempunyai rambut hitam pendek, mata berwarna emas, dan bertubuh berisi dan tinggi. Bangsawan yang menghuni Wilayah Dapnah itu menukikkan alisnya tajam dan menatap Choky penuh tanda tanya.
Raegan adalah seorang Count.
"Saya kurang tahu, mungkin venator muda kita," jawab Choky.
Bangsawan lain meniti Choky dengan mata sipit. Jemarinya yang lentik merapikan rambut panjangnya yang tergerai, warna rambut beserta matanya yang khas membuat dia tampak cantik meski dinyatakan laki-laki, pakaiannya pun begitu feminim bagi ukuran laki-laki. Mempunyai rambut merah muda, mata sewarna bunga sakura, serta pakaian yang berwarna lembut seperti matanya, membuat dia terlihat kemayu nan gemulai. Dia seorang Marques yang berada di Wilayah Punohasi. Melvin Barlett.
"Jika dia datang karena menunggu beberapa orang, apakah 'beberapa orang' ini mempunyai 'sesuatu' dengan dia? Dalam konteks apa?" Melvin Barlett memberikan pengajuan pertanyaan yang berat, membuat Choky kebingungan harus menjawab apa.
Sean, Sebastian dan Raegan sependapat dengan Melvin.
"Memangnya tidak ada informasi apapun selain secuil teka-teki ini? Ini sama sekali tidak membantu! Seharusnya kau memanggil kami jika sudah menyelidiki penuh tentang maksud kedatangan iblis ini, bukan malah menyudutkan kita seolah-olah iblis ini terlalu kuat untuk kita!" Dengan arogan dia melakukan protes, Aaron memandang rendah Choky.
"Jaga mulutmu, Tuan Aaron, ini adalah bencana yang harus sama-sama kita ketahui!" tegas Kaisar dengan tangan kanan menggebrak meja pelan, membuat Aaron bungkam dan langsung merundukkan badan minta maaf.
"Saya bahkan tidak bisa mengacungkan senjata kepada dia, saya kalah sebelum berjuang hanya karena aura yang dia keluarkan bisa membuat seseorang mati ketika saya bergerak. Itulah kekuatan iblis itu, hanya dengan mengeluarkan auranya, siapapun bisa mati. Saya bersyukur bisa hidup, tetapi saya juga menyesal karena tidak melawannya, seolah-olah untuk apa menjadi venator terkuat jika kalah tanpa melawan?"
Wajah menyesal. Tatapan mata yang begitu tidak terima. Semua itu tersampaikan dengan benar oleh Choky. Seluruh orang di sana seketika diam, bahkan Aaron tidak percaya bahwa sampai seorang Choky saja mengatakan dia sudah kalah, benar jika iblis ini bisa menghancurkan bumi dalam sekali pandang.
"Saya tahu, bahkan saya sendiri tidak bisa berhadapan dengan dia," aku Kaisar. Dia mengurut pangkal hidungnya, terasa pusing sekali memikirkan jalan keluar.
"Bahkan Yang Mulia juga?" Para bangsawan terkejut dengan pengakuan Kaisar, dengan cepat hati mereka gusar, memikirkan beberapa cara yang harus mereka lakukan di situasi ini.
"Ketika kita menghadapi krisis penyihir, ada iblis baru yang muncul dengan tingkatan lain, seolah umat manusia sedang dipermalukan," keluh Nicolaus.
"Bahkan dia berkeliaran di luar sana tanpa kita tahu kapan dia kembali, itu lebih mengerikan dari yang saya pikirkan selama ini," sahut Melvin. Pria berambut merah muda itu menarik pelan helai rambutnya ke arah belakang telinga, pandangannya mencemaskan sesuatu, tetapi wajahnya terlihat santai.
"Tidak hanya itu. Ketika dia memiliki level berbeda, fakta tentang iblis-iblis lain yang membuat kita mengalami krisis penyihir adalah yang paling mengerikan. Ketika kita melawan anak buahnya saja kita sudah kehilangan banyak nyawa, lalu jika dia bos bisa sekuat itu, lalu tiga tingkatan lain bagaimana? Selama ini iblis tingkat satu hingga ketiga belum berhasil kita deteksi, Raja iblis pun kita tidak tahu pasti. Seberapa kuat iblis-iblis itu?" jelas Raegan.
Wajah mereka semua memucat, apa yang dijelaskan Raegan adalah benar, sebuah perbedaan yang terlalu jauh.
" ... Berapa nyawa lagi yang harus kita pertaruhkan?" bisik Jakob tidak antusias.
Kaisar menghela napas panjang. Tatapannya tajam lurus ke depan. Sejak tadi ia telah memikirkan beberapa solusi, ia sudah menemukannya, semoga bisa diterima dengan baik.
"Untuk menghadapi situasi pelik kedepannya, juga bagaimana kondisi venator saat ini, saya memutuskan untuk membubarkan venator yang masuk ke markas besar milik Tuan Jakob dan menjadikan mereka satu kesatuan di tim áspro Kekaisaran. Tuan Jakob, apakah boleh?" izin Kaisar pada seseorang yang memimpin markas besar para venator.
Jakob mengangguk. Melihat situasi yang kelompoknya alami hanya cara yang disampaikan Kaisar-lah yang paling cocok. Ia tidak keberatan sama sekali jika markas yang ia bangun, persekutuan yang ia pimpin dibubarkan.
"Nanti Tuan Jakob beserta Tuan Choky dan Tuan Nicolaus akan memimpin, kita akan semakin memperluas jarak pengintaian kita, ada yang menolak?" Mata Kaisar menatap seluruh manusia dia depannya, tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda penolakan, mereka semua mengangguk setuju---terkecuali gadis yang duduk di sisi Choky sedang memiliki gelagat aneh.
"Nona Alexa, apa ada yang ingin disampaikan?" tanya Kaisar lembut. Mengingat gadis itu juga selamat dari pertarungan, mungkin ada suatu informasi yang dia terima.
Alexa mendongak, menatap seluruh mata yang kini melihatnya, membuat ia ketakutan hingga kembali menundukkan kepala. Kedua tangannya ia sembunyikan di bawah meja, saling meremas guna meniadakan rasa takut. Tubuhnya berkeringat dingin, lagi-lagi air matanya turun, sehingga tanpa lelah ia kembali mengusap pipinya yang masih memerah.
"Nama iblis itu ... Emma," bisiknya yang di dengar dengan jelas oleh orang-orang di sekitarnya. Alexa menggigit bibir bawahnya, kemudian melanjutkan ucapannya, "Pimpinan dari perpustakaan Reelbok. Menculik orang-orang di wilayah sekitar ibukota kekaisaran demi dirubah menjadi zombi. Dia mengatakan bahwa tim Black Wolf adalah orang-orang yang diramalkan, mungkin apa yang dikatakan Tuan Choky adalah benar, dia menunggu anggota Black Wolf yang tidak datang."
Hening tercipta. Rasa terkejut mereka merambat hingga ke jantung. Pengakuan dari Alexa membuat mereka semua hampir tidak bisa bernapas.
"Yang diramalkan?" Melvin melirik ke Alexa.
"Ramalan tentang apa?" Sebastian menatap Alexa lembut.
"Berarti iblis itu datang karena Black Wolf ?" nilai Raegan.
"Black Wolf? Tim ugal-ugalan itu membuat masalah lagi? Dulu Qenan membunuh William, sekarang mereka semua membawa petaka ke dunia ini, sebenarnya apa yang mereka lakukan selama perjalanan misi?!" pekik Aaron emosi, kedua tangannya sudah terkepal di atas meja, siap memukul meja. Wajahnya terlihat sangat murka.
Alexa menggelengkan kepala, ia tidak tahu soal ramalan itu, pun ia tidak terlalu dengar apa yang mereka bincangkan. Ia yakin masih ada informasi lain, tetapi ia tidak mendengarnya, karena ia sibuk menangis dan menenangkan diri.
Choky teringat sesuatu, dia segera memberitahukan ingatannya, "Iblis itu mengatakan tentang seseorang bernama Adara."
Jakob membulatkan mata. Ia ingat bahwa Qenan dan teman-temannya sempat menyebutkan soal Adara, dari bunga yang menyembuhkan Oliver. "Yang Mulia, izinkan saya untuk meminta Tuan Akash menemani saya kembali ke markas. Ada suatu hal yang harus saya sampaikan kepada anak buah saya."
Kaisar menatap Jakob. "Apa itu?"
Jakob merundukkan badan. "Salah satu anggota Black Wolf sempat bertemu dengan Adara demi kesembuhan Nona Oliver, mungkin dia bisa memanggil Adara untuk menyembuhkan anggota lain."
Kaisar tersenyum lebar. Ia langsung memberi izin dan meminta Akash untuk ikut bersama Jakob.
"Yang Mulia, selain pergerakan iblis yang mengerikan, dua negara tetangga sepertinya akan memulai perang." Sebastian merangkai kalimatnya dengan hati-hati, tidak ingin informasi yang ia berikan menjadi beban pikiran bagi setiap bangsawan, atau menyinggung Kaisar.
Mengingat rapat kali ini diadakan karena permintaan Choky, membicarakan hal selain iblis seolah sesuatu yang sedikit salah, tetapi Sebastian tidak bisa menahan informasi ini sendiri.
Kaisar menatap Sebastian, dia bertanya dengan lembut, "Bisa jelaskan rinciannya?"
Sebastian menjelaskan mengenai rincian pergerakan misterius dari dua negara yang mengapit negara ini. Negara ini bernama Qamra setelah Kaisar menduduki tahtanya, sedangkan negara lain yang disisi timur adalah Negara Stork dan di sisi barat adalah Negara Haxtoria; mereka tinggal di Benua Orchid.
Selama pengintaian bersama anggota timnya, Sebastian menemukan keganjilan di Negara Haxtoria, negara itu sering mengirimkan beberapa orang masuk ke negara ini menjadi pedagang. Ia pikir itu wajar, tetapi kegiatan itu semakin mencurigakan, setiap kali mereka datang pasti ada sebuah penukaran informasi yang terjadi.
Sempat Sebastian menyamar menjadi warga biasa, menanyakan kepada pedagang dari negara sebelah, berusaha meraih informasi, dan ia mendapatkan akan ada peluasan wilayah di Negara Haxtoria menuju ke sisi timur. Secara gamblang berarti negara itu telah mengibarkan bendera perang.
Sebastian pun telah memperketat penjagaan di batas wilayah bagian barat dan menolak jalur perdagangan untuk sementara waktu.
Kemudian di Negara Stork pergerakan mereka tidak terlihat, tetapi banyak penduduk sana yang mengatakan bahwa mereka ingin menagih janji kepada negeri ini.
" ... Cepat atau lambat pergolakan akan segera terjadi." Sebastian mengakhiri penjelasannya.
"Padahal negara kita sedang buruk begini, dua negara itu mau bikin kisruh?!" sungut Aaron sambil menekan jemarinya ke atas permukaan meja.
Kaisar mengurut pangkal keningnya, menatap ke sudut ruangan dengan tatapan jengkel, kemudian dia berkata, "Raja dari Negara Stork mengirimkan surat pertemuan, aku pikir ini tidak akan berjalan mulus."
Rapat terus berlangsung hingga menemukan solusi. Ketika acara sudah berhenti, para bangsawan ada yang memilih tinggal sementara di ibukota kekaisaran, ada yang memilih menunggu Akash kembali untuk mengantar mereka pulang.
Sebenarnya ada Sean yang memiliki sihir serupa, tetapi pemuda itu tidak ingin menolong siapapun, dia pulang dahulu tanpa memedulikan bangsawan lain mengutuk dirinya.
"Choky, apa kau baik-baik saja?" Meski ia tahu temannya tidak baik-baik saja, ia tetap menanyakan pertanyaan itu, disertai dengan ia memegang bahu kokoh kawannya. Nicolaus juga merasakan bagaimana murid-muridnya meninggal di tangan iblis itu, tetapi berhadapan dengan Emma tanpa bisa melawan pasti berbeda rasanya dengan hanya mendengar kabar bahwa semua sudah usai.
"Dunia tidak adil, kan?"
Nicolaus mengangguk, mengiyakan pernyataan dari Choky. Tentu saja, berhadapan dengan kekuatan yang tidak masuk akal, bahkan manusia bisa kalah dalam sekejap mata, itu adalah kecurangan dunia ini.
Ia menemani Choky melangkah menyusuri lorong istana, merenungi pula tentang segala tragedi di dunia ini yang bersangkutan dengan iblis, nyatanya ia hanya menemukan takdir manusia yang miris. Sajak Dewa-Dewi bagai syair indah penuh makna, nyatanya setelah beberapa periode sajak itu hangus tiada bukti, tidak ada pembenaran yang ada hanya pembelotan janji.
Bagi umat manusia, para Dewa mungkin sedang duduk manis di relung awan, menikmati tontonan menarik; tentang beberapa orang yang berdoa padanya harus terus berharap diantara dunia yang akan jatuh di tangan iblis.
"Aku menusuknya, tetapi tidak benar-benar bisa menusuk ... " lirih Choky sambil menatap tangan kanannya sendu.
Sedangkan Nicolaus melirik Choky dengan tatapan ingin tahu.
"Apa maksudmu?"
26 Maret 2023,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top