4 : Sihir Kallen
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Phantera, Kallen pikir kelompok ini dipenuhi oleh orang-orang berbakat yang memiliki satu tujuan utama. Ternyata ia terlalu berekspektasi tinggi, semua tidak seperti yang ia bayangkan, justru disini dipenuhi iblis-iblis yang numpang eksis demi mengagungkan nama-nama marga mereka.
Terlebih ada yang berniat hanya untuk membuang uang dari kekayaan orang tuanya, itu lebih dari kata menjengkelkan. Hey, membuang uang bisa di tempat judi, bisa di tempat pelelangan, atau di manapun lokasinya yang berbau menguras uang.
Buat apa membuang uang di sebuah kelompok misterius ini? Di sini uang tidak diperlukan, jika pulang hanya kembali nama.Menggelengkan kepala, Kallen tak habis pikir dengan alasan nyentrik seperti itu.
Mendongakkan kepala, menatap patung raja iblis yang begitu besar, hanya dengan melihat patung ini saja ia bisa merasakan kebesaran nama sang legenda terkuat di bumi ini. Kepalan tangan terbentuk, hati Kallen kian menguat, tekadnya semakin besar bahwasannya ia akan menjadi raja iblis melampaui raja iblis yang sekarang.
Tersenyum misterius. Kallen juga bersumpah, akan meneruskan tekad raja iblis yang sekarang, dan membalaskan dendam kepada para Dewa. Memusnahkan manusia. Menjadikan bumi ini hanya untuk para iblis.
"Kau akan pergi ke mana?"
Melirik ke belakang sekilas, tepat di balik punggungnya ada Arden yang tiba-tiba datang. Kallen sudah merasakan ada yang mendekati dirinya, tapi siapa sangka kalau Arden sendiri yang datang tanpa membawa antek-antek yang menyebalkan itu ke sini.
Merasa diabaikan oleh lawan bicara, Arden tentu saja merasa kesal, tetapi jika yang di depannya adalah Megaphentes yang sebenarnya maka ia harus menjaga sikap supaya ia tak lenyap.
Melangkahkan kaki ke depan dua langkah, membuat dirinya berdiri sejajar dengan Kallen, pun dirinya ikut menatap betapa teguh patung raksasa yang memiliki ciri khusus berambut panjang merah bata. Sungguh agung dan mulia, sama seperti cerita hidup sang raja.
Beberapa detik berlalu, kedua iblis itu saling berdiam diri mengamati patung raja iblis tanpa satupun pergerakan yang berarti, entah segan atau enggan membuat keduanya tampak jauh meski sebenarnya sangat dekat.
Jenuh dengan kesenyapan di antara mereka berdua, Arden berdehem sebentar. Jujur harus memulai percakapan terlebih dahulu membuat ia terlihat seperti orang konyol, padahal aslinya dirinya ini sangat menjengkelkan dan angkuh. Menurunkan sedikit pamornya saja membuat Arden Grey merasa lelah lahir batin.
"Kau sudah menentukan langkah selanjutnya?"
Dan usaha keras Arden terbalas dengan respon cepat Kallen, meski hanya sekedar anggukan kecil dari iblis pemilik anjing itu, setidaknya hal kecil membuat hati Arden merasa lega dan tidak merasa marah.
Kembali membisu. Kembali bungkam. Kembali saling berdiam diri. Entah apa yang sesungguhnya melingkupi mereka berdua hingga kesenyapan ini terulang kembali. Arden sudah lelah berada di ruang lingkup seperti ini, sifatnya tidak mungkin bersama dengan sifat Kallen, keduanya seolah musuh alami.
"Maafkan teman-temanku." Pada akhirnya ia memilih membicarakan hal lain, sedikit membuat Kallen keluar dari posisi diamnya.
Peduli setan dengan tindakan teman-teman Arden. Lebih baik melupakan tindakan konyol serta alasan tidak masuk akal mereka yang masuk di kelompok ini.
Kallen menatap datar Arden. "Apa alasanmu masuk kelompok ini?"
Arden tersenyum lebar, wajah masamnya berubah menjadi segar bugar seperti mendapat energi baru. "Tentu saja menjadi raja iblis, bukankah semua iblis memiliki alasan serupa?"
"Namun, tidak untuk teman-temanmu," batin Kallen sambil mengerlingkan mata sebal. Menunduk menatap anjingnya yang terbangun, ia usap pipi anjingnya, membuat hewan peliharaan miliknya menjadi lebih mendekatkan diri kepadanya.
Melihat Kallen yang sedang memanjakan anjing membuat Arden merasa sedikit terhibur, sosok yang pendiam seperti Kallen ternyata memiliki sisi lembut.
"Aku pikir selain menjadi raja iblis, aku juga ingin menjelajahi tiap-tiap wilayah yang sudah dipisah-pisahkan olehnya. Mengelilingi pulau-pulau, itu tampak seru, kan?" Arden tersenyum lebar, merasa senang telah mengutarakan isi hatinya mengenai perjalanan misinya.
"Apa kau tak memiliki alasan lain?" tanya Arden berikutnya sambil menoleh ke Kallen.
Kallen menghembuskan napas pelan, matanya terarah pada mata patung raja iblis. "Mempelajari sejarah iblis dunia dari tiap-tiap wilayah," balasan yang diberikannya memang tidak terlalu memuaskan, tetapi itulah yang paling mendekati alasannya menjadi raja iblis.
kelompok ini berada di Wilayah Dapnah, negara paling utara sendiri, dan berada di Desa Loats yang berada di tengah-tengah pulau. Seperti diisolasi dari dunia luar. Kallen ingin melihat pulau-pulau lain dengan berbagai macam sejarah.
"Oh, kau tertarik dengan sejarah? Sama, aku juga!" Memalingkan wajah dari Kallen, Arden menatap kedatangan teman-temannya dari arah lorong sebelah kiri, membuat ia mengerutkan kening mengapa mereka datang di sini.
Kallen mengamati Arden. Diawal mereka jumpa, ia merasa iblis ini memiliki tekad kuat, berwibawa, penuh ambisi dan tegas. Sekarang dia terlihat seperti agak berubah, atau jauh berubah? Dia memiliki berapa kepribadian?
"Arden!"
"Arden,"
Eksistensi Kallen langsung luntur dari patung, ia menolehkan kepala ke sisi kiri, menatap kehadiran empat iblis yang mengarah pada Arden. Menghela napas, sepertinya ia harus segera pergi dari sini menuju tempat tujuan misinya, berlama-lama dengan kawanan Arden bisa membuat Kallen dijebloskan lagi ke penjara.
Baru selangkah pergi, tangannya ditahan oleh salah satu teman Arden, membuat Kallen berhenti melangkah dan memilih menarik tangannya dengan keras.
"Masih berlanjut urusan kita?" protes Kallen. Dia mulai kesal dengan anak buah Arden.
Yang mencekal tangan Kallen langsung bringsut mundur, sesaat Cade merasakan aura mengerikan memancar di dalam tubuh Kallen, meski hanya sesaat tetapi aura itu lebih mengerikan dibandingkan milik Gerald pembimbing mereka di kelas tadi.
Arden yang juga merasakan aura menekan dari Kallen yang luar biasa mencekam, membuat ia memilih bisu. "Dia sekuat itu?"
"Maaf, maaf, aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu lagi. Kami datang ke sini untuk meminta maaf, karena tadi telah mencelamu. Bisakah kami bergabung denganmu?" Cade berkata dengan wajah penuh penyesalan, tetapi di dalam hatinya terdapat niat terselubung yang sangat mengerikan, berbagai rancangan jahat dan siasat buruk ada di balik hatinya.
Kallen menaikkan satu alisnya, mata biru indah miliknya menatap teman-teman Arden satu persatu seperti sedang menguliti mereka. "Terserah asal alasan kalian bukan untuk terlihat keren, atau hanya sekedar membuang harta kekayaan orang tua kalian."
Ed dan Gary yang bersangkutan dengan sindiran Kallen langsung berhenti bernapas, punya dendam apa Kallen sampai berani mengatakan alasan mereka masuk ke sini?
Lebih mengerikannya lagi, Kallen melirik mereka dengan tatapan tajam nan sombong yang penuh tekanan, membuat keduanya hanya bisa diam sambil terus melihat Kallen yang mulai berjalan pergi bersama Arden dan Byron.
"Jangan tersinggung," tutur Drake sambil menepuk bahu Ed dan Gary, kemudian mendorong dua temannya untuk segera mengikuti langkah Arden, Kallen dan Byron.
Sedangkan Cade berjalan di belakang Drake, Ed dan Gary dengan kekehan geli yang dia keluarkan dari mulutnya. Cade merasa terhibur dengan wajah tidak terima Ed dan Gary, tetapi mereka berdua seperti tidak bisa untuk melawan kekuasaan Kallen.
Gary melirik ke belakang, menatap Cade sinis. "Berhenti menertawaiku dari belakang, mau kubunuh kau, iblis bangsat!" umpat Gary sambil mendelik emosi.
Cade tak bergeming, dia tetap terkekeh menyudutkan Gary.
Drake memegang bahu Gary, berupaya supaya temannya tidak mencari keributan di dalam gedung ini.
"Dia yakin rencana membunuh Kallen akan berjalan lancar? Bukan dia dulu yang mati? " batin Ed.
Mata Ed menatap Cade penuh tuntutan, ia sekarang merasa takut dengan Kallen dibandingkan harus takut dengan tawa Cade.
"Cade, apa uangku bisa menyelamatkan jiwaku?"
"Tentu saja bisa, hahaha!" sahut Cade tanpa pikir panjang, tak menyadari kalau Ed semakin ciut nyalinya. Bahkan dia tertawa lebar, seolah-olah beban di dunia ini bisa dibereskan hanya dengan otak jeniusnya.
Ed merinding hebat, seluruh tubuhnya dingin.
Byron yang berjalan bersama Arden dan Kallen akhirnya bersuara, "Kita akan pergi ke mana?"
Kallen membalas, "Desa Rodoox, aku dengar ada batu segel iblis yang terbuka, aku ingin melihatnya langsung."
Arden menyahut, "Tidak ke wilayah sebrang dulu?" Yang hanya digelengi Kallen.
"Lagipula misi kita adalah mencari hal-hal yang bersangkutan dengan Raja Iblis," balas Drake.
Tanpa sebuah diskusi, tanpa sadar mereka mengikuti Kallen, seolah Kallen adalah ketua kelompok mereka.
Selama perjalanan menuju Desa Rodoox, mereka juga memperkenalkan diri ke Kallen, beserta jenis sihir yang mereka pakai.
Dari Arden yang mewarisi kekuatan Pheonix, Byron berkekuatan cahaya, Ed memiliki kekuatan air, Drake pemilik kekuatan es, Cade yang ahli di jurus tanah, Gary petir, hingga Kallen yang menunjukkan nama kemampuan yang dia miliki---Omniarch.
Mereka semua terdiam.
Omniarch adalah sihir yang setara dengan kemampuan Dewa. Kekuatan yang mampu menguasai seluruh elemen, bisa dikatakan alam mendukung kekuatan itu. Bisa disebut kekuatan dari segala kekuatan, puncak dari seluruh sihir, sesuatu yang ditakuti orang lain.
Apakah Kallen benar-benar menguasai kekuatan sebesar itu?
Tiba-tiba Ed ingin mati bunuh diri, dan berhenti memikirkan kekayaannya.
"Lebih baik aku terjun dari jurang sekarang."
28 Juni 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top