39 : Fried Hilang
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Melintasi taman bunga yang begitu menawan, rupa-rupa bunga menarik hati, semerbak aroma bunga memanjakan hidung, begitu menarik hati Alexa. Meski dalam kondisi tidak baik, entah kenapa ketika kakinya menapak pada jalanan penuh bunga membuat ia merasa seolah baik-baik saja.
Menyeka air mata pada pipi, Alexa meneguhkan hati untuk terus mengikuti pengawal yang membawanya ke paviliun di mana pimpinan kerajaan berada. Kaki tertatih, hati yang merintih, pada siapa lagi Alexa mempertaruhkan diri selain menceritakan seluruh pedihnya kepada Kaisar?
Ia berada di pulau lain, tidak mungkin ia menuju Pulau Panchita dalam hitungan detik, ia tidak mempunyai sihir teleportasi atau sihir semacam itu. Sakit hatinya tidak bisa ia tahan selama itu, pun tidak ada jaminan ia bisa selamat sampai ke markas, bisa saja iblis itu memburunya di tengah perjalanan pulang. Sebuah keberuntungan ia bisa sampai istana dengan tubuh lengkap, walau anggotanya telah tidak lengkap.
Dari kejauhan ia bisa melihat siluet tiga orang yang sedang duduk-duduk di sebuah bangunan kecil tanpa jendela yang langsung menghadap pada sebuah danau buatan. Salah satu dari mereka adalah seorang gadis berusia belia, mempunyai rambut pirang bergelombang, jika diingat-ingat sedikit mirip dengan Oliver.
Alexa mendekat, membuang pikiran persamaan antara gadis cantik di depan sana dengan gadis lain yang berada di markas yang sama dengannya. Akan tetapi, semua pikirannya untuk menghalau semua itu kacau ketika ia berpapasan langsung dengan gadis itu, hingga ia benar-benar menatap dia hingga sudut matanya terasa sakit. Dia dan Oliver benar-benar mirip, dari lekuk tubuh hingga polesan wajah, benar-benar serupa.
Dia Maggie Valentine, tepatnya Maggie Gyllenhaal Valentine. Seorang putri mahkota yang akan mewarisi seluruh tahta Kaisar. Pantas begitu memesona.
Namun, jika dipikir-pikir lebih dalam, masih cantikan Oliver? Alexa berusaha membandingkan, yang ia temui hanya tinggi badan mereka yang berbeda beserta taraf cantik sedikit ada perubahan.
Membiarkan seluruh pikirannya luruh, Alexa segera memberi hormat kepada Kaisar yang kini sudah berhadapan dengannya, menundukkan kepala dengan rasa takut yang luar biasa.
"Bangunlah," perintah sang Kaisar dengan nada suara tegas.
Alexa bangkit dengan tubuh agak sempoyongan. Netra hijau mudanya menatap betapa agung Kaisar bersama ajudannya. "Saya Alexa Beatrice dari Tim Holy Eagle ingin meminta pertolongan kepada Yang Mulia," pinta Alexa.
Di sisi kanan ada Galen Stein Valentine, sang Kaisar, yang dihormati oleh seluruh rakyat atas namanya yang agung. Tubuh kekar tinggi dibalut oleh pakaian istimewa, ditutupi oleh jubah berwarna merah, memperlihatkan tahtanya yang paling tinggi. Mahkota yang bertengger di atas kepalanya sebagai penghias rambut pirang pucatnya yang tergerai indah. Mata sewarna dengan langit mempunyai sorot yang begitu tajam.
Di sisi kiri Kaisar ada Akash Zachary, seorang yang selalu mengikuti Kaisar ke manapun dia berada, menjaga Kaisar dengan sepenuh hati. Menjadikan nyawanya sendiri sebagai bayaran atas keselamatan sang Kaisar. Dia mempunyai sorot mata bagai burung gagak, mempunyai mata merah dengan lingkaran emas, rambut hitam panjangnya diikat rendah dengan sebuah ikatan berwarna emas. Pakaian kebangsawan juga menunjukkan tahta besarnya. Riasan pada wajah dan tubuhnya tidak terlalu mencolok, sederhana tetapi mampu menonjolkan ketampanan pemuda itu.
"Apa yang bisa aku bantu?" Kedua tangannya masuk ke dalam jubahnya, berada di belakang tubuh saling berpegangan. Ia menatap Alexa dengan rasa prihatin di hatinya, sebab corak warna merah beserta tubuh lusuh itu seolah sudah menceritakan seluruh kepedihan yang telah dia alami.
Bibir Alexa terbuka kemudian menutup, menceritakan apa yang ia alami seolah suatu keberatan trauma pada jiwanya, sehingga ia merasa ragu untuk bisa menceritakan dengan lancar. Mengepalkan kedua tangannya, bibirnya ia gigit dari dalam, ia harus lebih tangguh untuk membuat lidahnya lincah untuk bergerak mengurai sebuah cerita.
Melawan perasaan traumatis, Alexa menceritakan seluruh tragedi yang menyerangnya tadi malam, sejauh nadanya keluar hanya suara getaran yang terus terdengar.
Penuturan dari Alexa membuat Kaisar dan Akash terkejut bukan main, mereka tidak menyangka di wilayah yang bersandingan dengan istana mereka menyimpan iblis tingkat tinggi yang selama ini para venator buru. Gadis di depan mereka memohon untuk menghubungi Jakob segera, supaya Alexa mampu menceritakan ulang apa yang terjadi, supaya iblis itu segera diringkus.
Tanpa pikir panjang, Kaisar langsung menarik tangan kanannya keluar, dua jari menempel pada pelipis, kemudian sihir telepati menyambungkan antara Kaisar dengan Jakob.
"Tuan Jakob, ini saya, Kaisar Galen. Sekarang saya sedang berbicara di dalam pikiran Anda," kata Kaisar.
Jauh dari lokasi Kaisar, Jakob langsung memberi hormat. "Salam bagi Yang Mulia," ucap Jakob penuh rasa hormat. "Apa yang membuat Yang Mulia Kaisar menghubungi hamba secara pribadi seperti ini? Suatu kehorma---"
"Maafkan saya karena harus memotong ucapan Anda, Tuan Jakob, ini dalam kondisi mendesak." Setelah memotong ucapan Jakob, Kaisar menceritakan seluruh kronologi dengan terperinci seperti yang diceritakan Alexa kepadanya. "... Oleh karena itu, kirimkan bantuan untuk datang ke sini, saya juga akan memberikan bantuan dari tim Kekaisaran."
"Ampuni hamba Yang Mulia, seluruh tim di markas saat ini sedang menjalankan misi. Namun, ada satu tim yang menjalankan misi di Pulau Xeenoon, mungkin mereka bisa membantu dengan cepat. Di sini saya juga akan mengirim bantuan."
"Baiklah!" Memutus sambungan telepati, Kaisar langsung menatap Akash, kemudian memberikan saluran telepati sehingga detik berikutnya seseorang bernama Akash langsung menghilang.
Kaisar menatap Alexa prihatin. Sambil menunggu Akash kembali, ia meminta dua orang pelayan untuk mengantarkan Alexa ke kamar mandi umum istana, sedangkan dirinya sendiri mencari salah satu orang yang menurutnya cocok untuk dijadikan bala bantuan Alexa untuk melawan iblis.
"Padahal lebih mudah jika dia meminta bantuan kepada Baron di Reelbok, tetapi dia malah pergi ke sini? Dia terlalu panik hingga logikanya menutup segala kemungkinan."
°°ρђลи†эяล°°
Di sisi lain, Jeri dan kawan-kawan terpaksa untuk meninggalkan istirahat mereka setelah lelah melawan ratusan zombi, demi mencari keberadaan Fried yang menghilang. Mereka semua tahu bahwa pemuda bermulut mercon itu sudah tidak ada di pulau ini, akan tetapi Jeri dan Kartel meminta untuk mencari ulang, siapa tahu dia tertimbun oleh mayat zombi.
Namun, sejauh mata memandang hanya tumpukan zombi yang berhasil memasuki netra Jeri, tidak ada tanda-tanda akan kehadiran pemuda itu, semakin membuat hatinya cemas.
Langkah kaki Jeri sudah semakin berat, peluh membasahi kening juga pipinya, lebih-lebih stamina tubuhnya sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Ia sudah sangat lelah, merasa yakin juga kalau teman-temannya yang lain merasakan hal serupa.
"Lebih baik kita meminta bantuan, akan le---siapa?" Xander maju selangkah menutupi tubuh Jeri dengan punggungnya. Kedatangan seorang pemuda di hadapan mereka secara tiba-tiba membuat pikirannya langsung menebak jika dia berkemungkinan adalah iblis yang membawa Fried pergi.
Melihat reaksi Xander yang berlebihan, Akash tidak bisa menahan senyum geli, dengan ramah ia memperkenalkan diri sambil menundukkan badan sembilan puluh derajat. "Saya Akash, bawahan Yang Mulia Kaisar. Saya datang kemari untuk menjemput kalian ke istana," katanya dengan suara lembut nan tegas.
Xander langsung memberi hormat, begitu juga Jeri, mereka berdua sama-sama terkejut akan kehadiran Akash.
"Maafkan saya, Tuan," ucap Xander merasa bersalah.
Akash mengangguk. "Di mana teman-teman kalian? Bisa Carikan mereka? Aku akan menunggu di sini."
Tidak menunggu perintah Akash untuk yang kedua kalinya, baik Jeri maupun Xander segera berpencar mencari orang-orang yang sedang berkeliaran di pulau kecil ini.
Memastikan apa yang terjadi di depan matanya ini adalah kenyataan, Akash menatap satu persatu tumpukan zombi yang berserakan seolah mereka menjadi karpet. Kondisi Pulau Xeenoon harus ia bicarakan dengan Kaisar, karena tempat ini harus dibangun kembali supaya tidak menjadi pulau tidak berpenghuni.
Melangkah pelan, menginjak tiap tubuh zombi tanpa perasaan, kemudian ia langsung duduk jongkok dengan kedua tangan menumpu ke punggung salah satu mayat zombi. Di dalam hati ia merapalkan sebuah doa, bersamaan dengan itu sebuah cahaya emas melingkar di sekitar tubuhnya, mengelilingi tubuh Akash bagai pelindung.
Sinar emasnya menjulang tinggi seperti akan menyentuh langit, pelan-pelan lingkaran itu melebar dan meluas melingkupi seluruh Pulau Xeenoon, bangkai-bangkai zombi yang tergeletak di sana-sini kemudian menjadi samar sebelum lenyap. Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat, penyucian yang dilakukan Akash berhasil melenyapkan partikel yang mengandung kejahatan, dengan begitu pulau ini telah menjadi bersih tanpa sampah tubuh zombi.
Sedangkan enam orang yang baru saja sampai di titik temu hanya bisa terkagum-kagum dengan apa yang baru saja Akash lakukan dengan sihirnya. Sedangkan seseorang yang menjadi fokus dari beberapa orang di belakangnya merasa sedikit bangga, dengan tenang ia berdiri menghadap mereka, kemudian menunjukkan senyum ramah bagai ayah ke anak mereka.
"Itu tadi keren sekali, itu tadi sihir apa?" Kartel berjalan mendekat, menggebu-gebu meminta penjelasan, dia sangat bersemangat hanya karena melihat kemampuan luar biasa milik Akash.
Matanya menatap tangan Kartel yang tanpa sungkan membolak-balikkan tangannya bagai anak kecil bermain mainan kesukaan. Membiarkan dia memainkan tangannya, Akash berbicara, "Itu adalah sihir penyucian, apapun partikel kejahatan akan musnah jika terkena sihirku."
Seketika Kartel berhenti memainkan tangan Akash. Sebodoh-bodohnya dirinya, ia masih sadar bahwa seseorang di antara mereka adalah iblis.
"Namun mengapa dia tidak musnah?" Kartel melirik ke Kallen curiga.
Jeri, Theo, dan Viktor memasang wajah paling datar mereka. Dalam situasi yang agak mengerikan ini, setelah penjelasan dari Akash, mereka bertiga langsung mengawasi Kallen dan Kartel, kedua orang itu adalah iblis.
"Ah, apakah aku bis----uuukkkhhh," belum sampai Kartel melanjutkan ucapannya, secara tiba-tiba ia memuntahkan darah dari dalam mulutnya, kemudian dia jatuh tersungkur dengan kedua tangan menyentuh dada kirinya. Kartel merasakan sakit luar biasa di dalam tubuhnya, seolah satu persatu organ dalamnya diremas kemudian ditarik keluar.
Akash segera duduk menolong Kartel bersama Xander. Jeri, Theo dan Viktor berwajah gelap. Kallen menatap curiga kepada Kartel yang kesakitan.
" Jangan-jangan? Tapi kenapa?" Mengelus Lefko, Kallen berusaha mengamankan posisi anjingnya dalam gendongannya.
Mata Kallen langsung menatap Jeri meminta penjelasan, tetapi yang ia lihat adalah ekspresi pemuda itu, jarang sekali ia melihat Jeri seperti tertekan akan sesuatu. Wajah ketua tim itu sangat kaku dan tegang, begitu juga kawan-kawannya yang lain, apa mereka sedang menyembunyikan rahasia lain selain identitas dirinya?
Namun, dari segala hal yang ia pikirkan, ia lebih bingung kenapa ia tidak binasa setelah terkena sihir penyucian dari Akash.
"Akan segera aku obati, mungkin dia tanpa sadar dirasuki oleh iblis," kata Akash khawatir, malah membuat Jeri semakin cemas.
Dalam sekejap mata, mereka tiba-tiba berada di sebuah ruangan yang tak lain adalah sebuah kamar, membuat mereka semua terkejut. Sedangkan Akash langsung menggendong Kartel menuju tempat tidur, dia langsung membaringkan tubuh Kartel ke atas kasur, kemudian ia melangkah menuju sudut kamarnya.
Melenyapkan keterkejutannya karena berpindah begitu cepat, Jeri menatap Kartel yang kesakitan di atas tempat tidur bersama Xander yang berusaha menenangkan ringikan Kartel. Dengan cepat ia mendudukkan diri di samping Kartel, ketika dia menatap dirinya, segera ia mengaktifkan sihir matanya yang membuat Kartel langsung tidak sadarkan diri.
Setelah kejadian ia terkena serangan dari Kartel, setelah ia bangun dari kesadarannya, di dalam perjalanan misi, ia melatih kemampuan matanya kepada hewan-hewan yang ia temui. Kemudian ia berhasil membuat mereka tidak sadarkan diri, alih-alih menjadikan hewan itu binasa, akhirnya ia mulai sedikit bisa mengontrol sihir matanya yang ia takuti.
Xander terkejut ketika Kartel tidak bergerak sama sekali, ia menatap Jeri, tetapi ia bungkam.
Akash datang dengan membawa alat-alat asing untuk dijadikan bahan penyembuhan, akan tetapi melihat Kartel tidak kenapa-kenapa, ia jadi sedikit bingung.
"Maaf Tuan, teman saya tadi terlalu banyak menggunakan energi sihir, maaf jika merepotkan." Jeri berkata dengan tegas, berusaha meyakinkan Akash begitu juga Xander, ia tidak ingin ada kecurigaan di sini terhadap teman satu timnya. Seperti kata Tuan Jakob, keberadaan Kartel adalah sebuah kerahasiaan.
"Namun, kenapa Kallen baik-baik saja?!" Tidak hanya Jeri, Theo dan Viktor menatap Kallen penuh tanda tanya, batin mereka terus berusaha memecahkan misteri yang baru saja muncul.
"Jadi begitu, yasudah, biarkan dia istirahat di kamarku. Kalian ikutlah aku, ada teman kalian yang meminta bantuan." Mendengar penuturan Akash, mereka semua langsung memantapkan diri, mungkin teman itu adalah Fried----
---Tapi siapa sangka bahwa dia adalah gadis penggoda, si Alexa? Wajah Theo dan Viktor berubah menjadi penuh dengan ekspresi merendahkan. Perpindahan yang terlalu cepat membuat Jeri beserta kawan-kawannya tercengang kembali.
"Kenapa malah gadis rendahan ini yang di sini?" Viktor memalingkan wajah tidak peduli.
"Sialan, aku ingin kembali ke markas saja," batin Theo.
Alexa yang berhadapan dengan mereka mulai menatap tampilan satu persatu dari Jeri hingga orang asing berpakaian serba hitam, mereka masih dalam kondisi lusuh, dan hal itu membuat ia yakin bahwa mereka juga baru saja menjalankan misi.
Akash tidak diam begitu saja, ia menjelaskan kembali secara rinci apa yang menimpa Alexa, hal itu membuat Jeri beserta teman-temannya termasuk Xander merasa marah dan terkejut.
"Namun, kita juga kehilangan Fried, mana mungkin kita membantumu!" tukas Theo tanpa peduli akan hati Alexa yang merasa sakit karena penolakan permintaan tolongnya. Wajah Theo tidak bisa digolongkan sebagai orang baik, dia benar-benar mirip seperti orang jahat yang sesungguhnya.
Alexa menundukkan kepala, air matanya hampir tumpah ketika Jeri mengambil keputusan yang membuat matanya kembali berbinar-binar.
"Mungkin Fried ada di sana, jikapun tidak, kita tidak bisa meninggalkan tanggung jawab sebagai venator."
Theo membuang ludah ke atas tanah, merasa kurang suka dengan keputusan Jeri.
Viktor menghela napas. "Sembuhkan dulu Kartel, jika kau tidak berhasil menyembuhkan dia, kami tidak akan membantumu!" Dan satu orang yang mempunyai watak sama dengan Theo akhirnya mengeluarkan suara.
Xander dan Akash yang tidak tahu dengan hubungan buruk antara dua belah pihak hanya bisa menjadi penonton.
Muncullah sebuah kesepakatan. Alexa berhasil menyembuhkan Kartel menggunakan sihir medisnya. Setelah Kartel bisa bangun, mereka semua langsung membuat rencana untuk melakukan pembalasan kepada iblis itu.
" ... Dia akan ikut dengan kalian," kata seseorang dari belakang punggung mereka semua.
6 November 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top