35 : Hutan Mysticum
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
" ... Kekuatan dan kemampuan itu beda lagi, apa kau ini bodoh?"
Suara Viktor terdengar jelas. Perjalanan menuju Pulau Xeenoon memang memakan waktu kurang lebih satu hari dari Ibukota kekaisaran. Menuju pulau Xeenoon, mereka berenam harus menyebrangi jembatan penghubung Pulau Xeenoon dengan Wilayah Vipponah, dan kini mereka masih menyebrangi jembatan dengan menggunakan kuda.
Ketika hari sudah mulai petang, mereka baru sampai di pertengahan jembatan. Selama di perjalanan, Viktor terus mengoceh bersama Kartel, melakukan sesi tanya jawab seputar dunia sihir dan kebetulan sekali Kartel sangat pemula di dunia sihir. Beruntung Viktor mau menjelaskan, terkadang Theo ikut memberi arahan, sedangkan Fried bersama dua yang lain hanya memperhatikan.
Viktor berbaring tengkurap di atas punggung kuda, matanya menatap Kartel, kedua tangannya menjuntai ke bawah di setiap sisi tubuh kuda. Dia tidak takut jatuh sama sekali, terlihat wajahnya yang begitu santai ketika kudanya berjalan dengan dirinya yang tengkurap.
"Kekuatan itu sudah kita dapat sejak lahir seperti sihir kita .... " Mengangkat satu tangannya, menunjukkan sedikit sihir api jingga miliknya di permukaan telapak tangan.
" ... Sedangkan kemampuan adalah bagaimana kita menyatukan pengetahuan dan keterampilan kita untuk mengembangkan kekuatan kita menjadi ke tingkat yang lebih tinggi." Viktor memekarkan tangannya, api yang menari di permukaan tangannya berubah menjadi lebih besar, membuat suhu di sekitar mereka menjadi lebih panas.
Kartel membolakan kedua matanya. Takjub dengan ajaran Viktor. Kagum pula dengan keindahan sihir api milik dia.
"Kontrol sihir diperlukan tidak sekadar untuk menjaga kekuatanmu supaya terus terkendali, tetapi juga meningkatkan kemampuanmu. Semakin kamu mempunyai pengetahuan, semakin kamu terampil dengan kekuatan dasarmu, kau bisa menjadi terkuat hanya dengan satu sihir saja. Sihir itu tentang bagaimana kita berkreasi, semakin kita dekat dengan sihir, semakin pula kita tahu potensi diri kita sendiri. Sihir itu sesuatu yang mudah, yang sulit adalah bagaimana kita membuat sihir itu menjadi keunggulan kita." Tiba-tiba api jingga Viktor berubah menjadi sebuah pedang nyata berwarna jingga mencolok, berubah lagi menjadi bunga yang berguguran, dan yang terakhir menjadi kembang api di sekitar mereka.
Kartel menganggukkan kepala paham. Dia bertepuk tangan memberi apresiasi kepada Viktor yang telah mengajarnya, alhasil perbuatannya membuat Viktor tersenyum pongah di atas kuda.
"Kau hebat, Viktor!" puji Kartel tulus.
"Tentu saja, diriku ini memang hebat!" Menampilkan senyum pongah lebih lebar dari tadi, wajah Viktor sangat puas dengan pujian Kartel yang begitu polos.
Theo memutar tubuhnya ke belakang, menatap Viktor dengan alis naik sebelah, senyum mencurigakan meluncur dari bibir tebalnya.
"Pantas saja kau belajar sihir baru, karena kau tidak mampu menguasai sihir apimu," cetus Theo dengan nada merendahkan.
"Bahkan aku bisa mengalahkanmu hanya dengan satu sihirku, Viktor!" tanggap Fried. Dia tetap menatap ke depan, jarinya sibuk menjentik-jentik pada percikan api yang dibuat oleh Viktor barusan, merasakan rasa panas di ujung jarinya menjalar ke seluruh tubuhnya menjadi begitu nyaman hingga mengusir udara dingin di sekitarnya.
Viktor bergerak cepat, mengambil posisi duduk, kemudian memaki, "Dasar sialan! Kalian berdua tidak tahu yang namanya apa itu menggali potensi lain!"
"Potensi katanya ... " seloroh Theo kemudian dia tertawa terpingkal-pingkal bersama Fried dan Kartel, membuat Viktor merasa jengkel hingga kepalanya terus berdenyut-denyut.
Kedua tangannya memegang tali ikat kuda. Melirik ke belakang, melihat teman-temannya yang bergurau. Menutup mata sekilas, tanpa dirinya mereka bisa mengajari Kartel beberapa informasi soal penggunaan sihir. Setidaknya, mereka tahu bagaimana menjadi guru bagi anak baru di tim mereka.
Sedangkan Kallen memasukkan penjelasan Viktor pada hatinya, bertekad akan mempraktikkan ajaran manusia itu pada latihannya, mungkin manusia menjadi kuat karena percaya dengan kemampuan mereka tentang sihir utama. Keterampilan dan pengetahuan, keduanya didapat dari belajar sesuatu, dan sekarang ia akan belajar sesuatu selain terus mengasah kemampuan sihirnya.
Lebih dari itu, ia harus belajar bagaimana ia menguasai sihirnya sendiri, dan mengetahui lebih banyak soal sihirnya, selama ini ia sedikit buta.
Kallen hanya belajar dari apa yang sudah diajari oleh gurunya semasa kecil, kemudian ia terus berlatih hingga menjadi kuat dengan sihir serupa, tetapi ia lupa untuk tidak melakukan keterampilan pada sihirnya sehingga kemampuannya menjadi sangat tumpul. Mungkin alasan kenapa ia lemah karena pengetahuannya soal sihir utamanya masih kurang, pengalamannya masih belum sebanding dengan manusia, dan ia belum dekat dengan kemampuannya sendiri.
"Kita berhenti di sini," ucap Jeri. Dia turun dari atas kuda, mengikat kudanya pada pohon yang berdekatan dengan rumput liar. Menatap teman-temannya yang ikut turun dari atas kuda, memperhatikan satu persatu dari mereka mengikat kuda.
Kartel mengikat kudanya di dekat kuda milik Fried. Matanya menatap lurus pada jembatan yang baru saja mereka lalui. Mereka pasti sudah sampai di Pulau Xeenoon, pulau yang akan menjadi misi pertamanya. "Kenapa kita menaruh kuda di sini?" tanyanya pada Jeri.
"Di depan kita adalah Hutan Mysticum, tidak bisa untuk dilewati dengan kuda. Banyak orang yang masuk ke hutan ini tetapi tidak bisa keluar lagi," jawab Theo dengan wajah serius.
Mimik wajah yang belum pernah Kartel lihat dari sosok Theo membuatnya merespon dengan rasa takut dan khawatir yang berlebihan, bahkan bulu kuduknya ikut meriang. "Mereka kenapa?" Begitu lirih suara Kartel bertanya.
"Karena mereka manusia biasa, tidak mempunyai sihir, jadi mereka binasa di dalam sana. Hahaha ... " Theo dengan mudahnya menjelaskan tanpa merasa berdosa, bahkan dia tertawa girang hanya karena melihat wajah Kartel menjadi kian suram.
Berjalan ke pinggir hutan bersama Jeri dan Kallen, Fried menoleh ke belakang, kemudian berkata, "Apapun bisa terjadi di dalam hutan ini, jika kau tidak bisa melindungi diri sendiri, kau akan mati."
Wajah Kartel menjadi pucat pasi. Melihat temannya bringsut ketakutan, Viktor langsung merangkul bahu Kartel, memaksanya melangkah maju bersamanya, ia terlihat peduli terhadap sesamanya. "Tidak apa-apa, ada aku yang akan melindungimu," ucap Viktor.
Hati Kartel melega, tetapi ketika matanya menatap senyum seringai jahil di bibir Viktor, tiba-tiba ia kembali merinding dan berupaya kabur dari rangkulan Viktor.
"Kenapa kau begitu takut? Apa kau selemah itu?" sungut Kallen sambil menatap Kartel yang bergerak liar di dalam rangkulan Viktor.
Berhenti bergerak. Kartel menatap bingung kepada Kallen, tepatnya ia tidak tahu harus membalas apa ucapan manusia di depannya. Viktor sendiri menatap sensi pada Kallen.
Theo menukikkan alis tidak suka. Menatap tajam Kallen. "Daripada kau mengurusi Kartel, alangkah lebih baik kau belajar menggonggong bersama anjing manjamu itu, benar?" Di akhir kalimat dia tersenyum miring, menatap rendah Kallen secara terang-terangan.
Menatap Lefko yang tertidur di balik jubahnya, Kallen mengeratkan pelukannya pada hewan peliharaannya. "Kau se---"
"Nah, ayo kita masuk, aku tidak sabar berkelahi di dalam sana!" Tangan kanannya mengepal, tangan kirinya terbuka, kemudian ia persatukan kedua tangannya di depan dada. Senyum menawan Fried melebar, diimbangi dengan langkah kakinya yang melebar masuk ke dalam hutan.
Jeri dan Kallen langsung mengikuti langkah Fried, begitu pula dengan Viktor, Theo dan Kartel.
Ketika mereka berenam berhasil masuk ke Hutan Mysticum, mereka semua disambut oleh tanaman yang ukurannya beberapa kali lipat ukurannya dari mereka. Rumput ilalang yang seharusnya hanya sebatas lutut menjadi tinggi bagai pohon pinus. Mereka tampak mengecil di hutan ini, dan pohon-pohon itu bagaikan raksasa.
Meskipun kondisi di luar hutan sangat gelap, tetapi di dalam hutan ini sangat terang, sebab banyak pohon berbentuk bunga tulip yang memancarkan cahaya bagai lampu. Bagi seorang pemula seperti Kartel pasti terkagum-kagum dengan keunikan hutan ini, bahkan pemuda itu menganga dengan mata berbinar, menatap satu persatu tumbuhan asing yang mengintari tubuhnya.
Kallen cukup terpana. Lefko terbangun dan langsung menggonggong karena ia berada di tempat asing. Setelah mendapat elusan di kening, Lefko berhenti menggonggong, dan memilih diam di pelukan tuannya.
"Kau harus hati-hati, banyak tanaman buas yang bisa mengejarmu," beritahu Theo. Dia menepuk bahu Kallen pelan, kemudian berjalan mendahului iblis itu, berjejer dengan Jeri.
"Dia mengejar!" teriak Kartel horor. Dia berlari mendahului Kallen dan Viktor yang sedang berjalan santai. Kepalanya menoleh ke belakang, menunjuk tumbuhan berbentuk kaki dengan kepala, mengejar dirinya bagai anjing. Parahnya, tumbuhan itu tidak hanya satu, melainkan bergerombol bagai kawanan bebek.
"Cepat naik ke atas!" Viktor segera melompat ke atas diikuti yang lain, sedangkan Kartel berusaha memanjat jamur berwarna merah muda dengan sekuat tenaga.
Kaki Kartel hampir digigit oleh tiga dari tumbuhan itu, untung saja Fried segera menarik tangannya. "Tumbuhan macam apa itu!" keluhnya frustrasi sambil menatap ke bawah, menatap tumbuhan itu yang mempunyai akal untuk naik ke pohon dengan saling menggendong.
"Cepat tarik!" Fried berhasil turun menyelamatkan Kartel dengan menggunakan tanaman sulur raksasa. Tangan kirinya menggenggam batang pohon sulur, sedangkan tangan kanannya menahan pinggul Kartel. Kepalanya mendongak ke atas, sedangkan netranya melirik ke bawah, setelah itu dia berbicara, "Tanaman sialan, mereka hanya memakan kaki makhluk hidup lain."
Kartel meneguk ludah. Hutan yang indah tetapi juga mengerikan. Terlebih nanti mereka akan pulang akan melewati hutan ini lagi. Makin pucat wajahnya.
Jeri yang mendapat bagian menahan ujung lain tanaman sulur segera menarik cepat tanaman itu, membuat pelan-pelan Kartel dan Fried terlihat ke permukaan pohon berdaun hati.
Kartel berhasil berdiri di permukaan daun raksasa, ia menatap ke bawah di mana pohon kaki dan mulut itu terus berusaha naik.
"Ayo kita pergi sebelum tumbuhan itu naik! Hati-hati terhadap daun, kau bisa hilang keseimbangan karena salah pijak!" peringat Viktor sambil berlari mendahului yang lain, sisanya mengikuti Viktor dari belakang, bersamaan dengan itu tumbuhan nakal yang awalnya di bawah berhasil naik ke permukaan daun dan mengejar mereka.
"Wah, sial, mereka mengejar kita!" kata Fried semangat. Dari semua orang-orang yang sedang berlari melompat dari daun satu ke daun lain---seperti katak---hanya dia yang mempunyai wajah paling bahagia, bahkan matanya berbinar-binar.
"Ucapan dan wajahmu itu sangat berbeda, sialan!" teriak Viktor sambil menarik sebuah tumbuhan sulur. Dengan sangat cepat ia menarik ke belakang tanaman itu, kemudian mendorongnya keras ke depan, melompat tinggi bagai kera yang bergelantungan di pohon. Viktor menggunakan tanaman sulur itu untuk kabur.
Yang lain mengikuti jejak Viktor. Kartel adalah yang paling serius dalam misi kabur dari tanaman penyuka kaki manusia itu.
Fried tertawa kencang ketika tanaman sulur terus melaju ke depan. Rambut putih jabriknya terkena angin sehingga melambai-lambai dengan keras.
Mereka semua terus melakukan kabur dari tanaman itu, melompat ke daun satu ke daun lain, melakukan aksi konyol dengan bertindak bagai kera, semua mereka lakukan demi menghindari tanaman itu. Ada alasan mengapa mereka memilih tidak menyerang, karena setelah mereka selesai menyebrangi hutan ini, mereka akan langsung berhadapan dengan zombi.
"Hati-hati, daun itu sangat payah!" beritahu Fried keras. Dia menoleh ke belakang untuk memberitahu Kartel.
"Awas depan---hahaha!" peringatan Viktor berubah menjadi tawa ketika Fried jatuh dari atas daun bersamaan dengan Kartel yang berada di belakangnya ikut jatuh.
Kartel terjatuh ke bawah setelah tidak sengaja menginjak daun yang sudah layu. Matanya terbelalak ketika di bawahnya terdapat tanaman volare, tanaman bagai bunga eceng gondok dengan daun yang digunakan seperti sayap, belum lagi akarnya yang lebar bergerak mengarah padanya.
"Arrkkk, sialan!" teriak Kartel sebab tidak bisa menghindari tumbuhan itu, sehingga ia dibawa terbang oleh tumbuhan sialan yang melilitkan akarnya ke kedua kakinya. Kepala Kartel berada di bawah, merasakan pusing luar biasa ketika tubuhnya dibawa terbang secara bebas.
"Ugh, aku ingin muntah," gumam Kartel.
Fried sendiri setelah memberitahu Kartel, tepat ketika ia menatap ke depan, siapa sangka bahwa di depannya ada batang pohon raksasa. Tidak bisa menghindar, Fried langsung menabrak pohon itu, dan jatuh ke bawah. Matanya menatap Kartel yang dibawa pergi tanaman volare. Ketika ia menghadap ke bawah, dengan tergesa-gesa ia membalik posisi, menciptakan sebuah tali dari sihirnya untuk menancap ke batang pohon.
Nahas, ketika ia berhasil berhenti di awang-awang, tali yang ia ciptakan putus sehingga ia terjungkal menjerumus pada tanaman kantong semar raksasa. "Dasar sialan!" makinya sambil berusaha keluar dari dalam tabung kantung semar, menggunakan sihir peledak ia mampu berhasil keluar dari dalam tanaman itu, tetapi ia malah dimakan oleh tanaman sejenisnya yang membuat ia kewalahan.
"Bagus, mereka semua tertangkap!" keluh Viktor sambil menepuk kening. "Lebih baik kita selamatkan mereka sebelum kita terpencar jauh," katanya sambil berlari pergi mengikuti ke mana tumbuhan valore membawa Kartel pergi.
Theo mengangguk setuju, ia segera melompat ke bawah untuk menyematkan Fried. "Kalian tetaplah di sini," ujarnya sebelum menjatuhkan diri.
Jeri dan Kallen saling berpandangan. Merasa perasaan Jeri tidak karuan, ia langsung menyusul Viktor, sedangkan untuk Kallen mau tidak mau dia menyusul Theo.
Ketika Jeri datang menjumpai Kartel dan Viktor, yang ia lihat di depannya adalah di mana keduanya sudah dililit oleh tanaman rambat. Tanaman itu berbahaya, sebab tanaman tersebut menyerap energi sihir seseorang hingga habis. Keduanya berhasil lepas dari tanaman volare, tetapi keduanya malah terjebak di tanaman rambat, dan perlawanan mereka tidak berarti sebab energi mereka telah diserap.
Menghela napas. Mata Jeri melirik ke kiri cepat, tanaman rambat yang bergerak dengan kecepatan tinggi mengarah padanya langsung terbakar habis oleh api hitam miliknya. Tanpa banyak kata, Jeri merentangkan kedua tangannya, bagai sedang menari balet ia membakar habis tanaman itu hanya dengan sekali putaran.
Kartel dan Viktor berhasil lepas dari tanaman rambat, akan tetapi kondisi mereka berdua malah seperti orang pingsan. Jeri kembali menghela napas, tetapi detik berikutnya ia semakin membuang napas kasar, ada tumbuhan serupa yang melilit kakinya membuat ia kehilangan energi sihir. Tidak ingin terus diserap, Jeri langsung membakar habis tanaman itu.
Berbeda dengan yang dihadapi Jeri, yang Kallen hadapi lebih banyak dari total tanaman rambat. Entah apa yang terjadi, Fried masih terperangkap di kumpulan tanaman kantong semar, dan Theo sedang nelangsa sebab kepalanya masuk ke tanaman yang mempunyai mulut besar. Kedua jenis tanaman itu mempunyai banyak koloni, membuat Kallen yang sibuk menggendong Lefko harus semakin menambah kadar waspada.
Dia tidak akan mungkin melepas Lefko di sini, anjingnya sekarang bahkan meringkuk takut di dalam jubahnya.
Menendang tanaman bermulut besar, meninju kantong semar yang berusaha memakannya, Kallen mengeluarkan pedang cahaya dan langsung menyerang seluruh tanaman buas itu dengan sihirnya.
Dua puluh menit berlalu. Kallen dan Jeri berhasil bertemu di titik lokasi awal mereka berpencar. Keduanya sama-sama membawa dua orang yang sedang setengah sadar. Jeri merangkul bahu Kartel dan Viktor, sedangkan Kallen menggendong Theo bersama Fried di atas pundak.
Lefko dengan damai duduk di atas kepala Kallen.
"Kita istirahat di sini atau melanjutkan beban kita?" tanya Kallen. Wajah dia yang memerah akibat keringat yang terus mengucur di sekitar permukaan wajahnya, mata biru tuanya terlihat sangat lelah.
Jeri menurunkan dua bebannya ke atas daun. "Kita istirahat di sini. Kau tetap di sini, aku pergi dahulu." Setelah berkata-kata, Jeri lekas pergi ke arah yang sama saat mengejar Kartel dan Viktor.
Kallen tidak mau tahu. Ia langsung menurunkan dua orang yang nyangkut di pundaknya ke permukaan daun, membaringkan mereka berdua bersama dua orang yang lain. Biar ia tebak, Theo merasakan mual tidak tertolong karena aroma di dalam mulut tanaman tadi begitu busuk, sedangkan Fried terkena cairan racun dari kantung semar. Lalu Viktor dan Kartel, entah apa yang terjadi kepada keduanya hingga mereka berdua tidak sadarkan diri.
Dirinya sendiri terkena racun dari salah satu tanaman berbentuk kaki dan mulut yang sempat mengejar mereka tadi.
Menurunkan Lefko ke atas pangkuannya. Mendongak ke langit, menatap bunga tulip. Berpikir mungkin Jeri sedang mencari obat untuk keempat manusia yang menjadi beban tim saat ini. Meringis pelan, ia memeriksa kakinya yang berdarah, dengan pelan ia usap darah itu. "Tanaman sialan!" umpatnya.
Membaringkan tubuh, Kallen merasa tubuhnya jadi sangat letih, bahkan keringat dingin terus keluar. Ia seharusnya segera melatih diri untuk bisa menguasai penyembuhan diri, atau tidak mempunyai kemampuan untuk menyangkal racun. Menutup matanya dengan salah satu tangannya, membuka mulut pelan dan membuang napas panasnya dengan sangat berat.
"Sial." Kembali dia mengumpat. Membiarkan Lefko menggonggong panik di atas dadanya.
Jeri datang langsung meminumkan bunga obat untuk teman-temannya, tak lupa juga memberikan bunga obat kepada Kallen yang sudah mengalami sesak napas dalam baringnya.
Mendapat pengobatan, Kallen segera mendudukkan diri, menatap wajah Jeri dengan tatapan yang memburam. Terjingkat kaget ketika pergelangan kakinya disentuh oleh jemari dingin Jeri, ia bisa merasakan perih luar biasa di sekitar lukanya. "Kau tidak sedang membunuhku, kan?" curiganya.
Jeri tidak membalas. Menyobek pakaiannya untuk membuntal luka Kallen. Ia telah usai mengoleskan obat di pergelangan kaki Kallen. "Istirahatlah, besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan," kata Jeri kalem sambil melangkah pergi menjauh dari Kallen, duduk di samping Viktor, ia akan menjaga keamanan mereka sepanjang malam ini.
Lefko menatap Jeri dari jauh, kemudian menjilat pergelangan kaki tuannya yang sudah dibungkus oleh kain. Menemani Kallen yang menuruti perintah Jeri untuk istirahat.
Membuka mata pelan-pelan, kepalanya sedikit pusing karena bergadang semalaman, membuat pandangannya menjadi sangat kabur bagai mata rabun. Ketika netranya berhasil terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah empat pemuda sedang duduk menghadap dia. Sedikit terkejut dengan pemandangan di depannya, Jeri mengusap matanya pelan.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Jeri sambil merapikan pakaiannya.
"Apa tidurmu nyenyak?" Viktor bertanya balik.
Jeri mengangguk. Mengalihkan pandangan pada Kallen, pemuda itu sedang berdiri sambil menatapnya tajam. Kondisi mereka telah sudah membaik.
Bersedekap dada, Kallen melirik empat pemuda yang kemarin telah menjadi beban tim. "Kalian berempat jangan menjadi beban bagi ketua tim kalian, lihatlah dia menjadi terlihat lemah karena kalian berempat!" dongkolnya sambil mengusap puncak kepala Lefko.
Keempat pemuda yang dimaksud Kallen langsung mendongakkan kepala, menatap iblis satu itu dengan mata tajam, mereka berempat sama-sama jengkel dengan makhluk sombong yang berdiri di sisi mereka.
"Kau tidak tahu rasanya aroma busuk tanaman sialan itu," bentak Theo tidak terima.
"Kau juga tidak tahu betapa tidak berdayanya aku dan Kartel ketika energi sihir kami tersedot!" sahut Viktor dengan mata melotot.
Menarik bibirnya horizontal hingga membuat bibirnya menipis. Membalik badan menghadap mereka berempat. "Kalian tidak tahu bagaimana ketuamu kerepotan menggendong kalian semua, bagaimana ketuamu panik mencarikan obat untuk kalian!"
"Kau ini si--"
"Maaf," Kartel meminta maaf, tanpa sengaja memotong ucapan Fried.
Merasa pagi hari ini akan diawali oleh pertengkaran, Jeri segera menengahi mereka dengan menepuk satu persatu bahu teman-temannya untuk segera bangkit.
"Ayo pergi," ajak Jeri singkat sambil menunjuk singkat ke arah tempat mereka harus pergi.
15 Oktober 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top