3 : Kelompok Rahasia
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Setelah semua berkumpul di dalam aula. Lima belas menit kemudian beberapa iblis yang mungkin sudah senior datang dengan membawa beberapa peralatan seperti meja dan kursi, sebuah tongkat, serta satu set papan tulis beserta perlengkapannya.
Barang-barang yang dibawa mereka ditata dengan rapi di depan para iblis yang baru masuk Phantera, kegiatan mereka menjadi tontonan iblis-iblis baru, hingga akhirnya mereka mengundurkan diri setelah semua tertata rajin.
Sepasang mata biru tua yang terlihat seperti warna palung sedang menatap datar pada setiap kegiatan yang terpampang jelas di depannya, tidak ada niatan di hatinya untuk ikut bergabung dalam sosialisasi di kelompok ini.
Melirik kelompok Arden, kelompok itu tampak lebih ramai dari kelompok lain. Ia sedikit mendengar alasan tidak masuk akal mereka masuk kesini, itu membuatnya sebal.
Mendecih. Entah kenapa Kallen ingin pulang kemudian membaringkan diri, daripada di sini hanya mendengar alasan-alasan tidak masuk akal para iblis masuk ke tempat ini.
Kedua tangan Kallen memeluk anjing putihnya dengan erat, menundukkan kepala demi menatap keimutan anjingnya, bagi Kallen hanya anjing yang ia bawa inilah yang lebih diam dibandingkan gerombolan iblis di tempat ini.
Matanya melirik buku bersampul hitam yang sempat jatuh tadi, buku itu ia taruh di sisi kiri tubuhnya, di dalamnya berisi sejarah iblis yang selalu ia baca setiap saat.
"Dia tidak sedang bercandakan? Megaphentes yang itu?"
"Aku pikir dia sudah mati."
Mata biru tua Kallen melirik dua iblis yang sedang melakukan percakapan mengenai dirinya. Memang ia adalah kriminal, tetapi seorang iblis kriminal bukannya bisa lepas kapan saja? Apa pula sampai disebutkan ia mati?
Memutar bola mata, Kallen memilih tak mengindahkan obrolan tidak penting mereka. Lagipula, bagaimanapun cara orang memandang dirinya, berkomentar apapun tentangnya, takkan mengubah satu persenpun tujuan ia datang ke sini.
Ucapan buruk mereka takkan menghentikan tekad Kallen untuk menjadi raja iblis.
Kallen hampir saja terkena tendangan keras dari salah satu iblis yang datang kemudian mengarahkan satu kaki ke wajahnya. Untung saja ia menyadari pergerakan tiba-tiba iblis tersebut ketika dirinya sedang mengusap lembut bulu anjing.
Menatap pergelangan kaki yang sekarang ia pegang dengan satu tangan, Kallen menaikkan satu alis mengamati bagaimana bulu kaki yang menendangnya tampak lebat, kemudian pelan-pelan ia dorong kaki tersebut hingga sang pemilik kaki melangkah mundur.
"Apa maumu?" tanyanya kalem sambil menatap iblis berambut putih dengan mata tajam bak elang. Melirik ke sisi lain, di belakang punggung pemuda itu ada kelompok yang sedang menatap dirinya, dan seseorang yang sedang cari perhatian. Kelompok itu adalah kelompok milik Arden Grey.
Dan setahunya, seseorang yang sedang berhadapan dengan dirinya saat ini ialah salah satu oknum yang bersama Arden tadi. Kini Kallen bisa melihat dari arahnya duduk bahwa Arden tengah berdiri tegap dengan menampilkan wajah congkak, seperti dia raja; tampilannya yang sudah sebagus putra mahkota dengan setelan hitam putih yang diberi corak emas, dasi hijau tua juga mengetatkan leher Arden, disertai sebuah jubah putih yang seolah menonjolkan keagungan namanya.
Tampilan Arden membuat Kallen merasa silau melihat style dia.
Berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya memakai pakaian serba hitam yang dibalut dengan jubah hitam, di kerah jubahnya berhiaskan bulu domba dan satu kalung berharga miliknya, tidak terlalu 'wah' seperti iblis muda di depan sana.
Rambut panjang Kallen hanya dibiarkan tergerai ke bawah, di sisi kanan serta kiri rambutnya ia kepang kemudian ada pita merah yang melilit kepangannya, ini adalah tampilan paling sederhana miliknya.
Berhenti membandingkan penampilan dirinya dengan Arden, Kallen kembali menarik eksistensi kepada seseorang yang masih saja setia di depannya tanpa mengatakan apapun.
"Jika tidak ada hal yang ingin kau bicarakan, segeralah pergi."
Dia bersedekap dada, pakaian mahalnya semakin menonjol menyilaukan mata, kemudian menyeringai tipis. Dia berucap, "Kau yakin keturunan Megaphentes yang itu? Dilihat dari segi manapun kau tidak sekuat rumor yang beredar."
Sehabis iblis dari kelompok Arden berbicara demikian, suara tawa mulai bersahutan, berusaha menjatuhkan mental Kallen menggunakan tawa merendahkan mereka.
Namun, seseorang yang seperti Kallen sama sekali tidak terpengaruh oleh suara gelak tawa yang sedang memojokkan dirinya, malah ia tampak menikmati bagaimana iblis-iblis lain merendahkan dirinya.
Sejatinya makhluk hidup, mereka akan terus merendahkan makhluk lain sebelum melihat kehebatan makhluk tersebut, karena itulah yang hidup pasti naif menjurus bodoh. Bagi Kallen, apa yang dilakukan para iblis itu hanyalah kebodohan belaka, sedang menutupi keterpurukan mereka dengan menjatuhkan mental makhluk lain.
Kallen menatap datar iblis yang tertawa terbahak-bahak di depannya, entah apa yang lucu, sehabis dia menurunkan hujatan untuknya tak lama setelah itu dia tertawa kesetanan.
"Dia benar-benar telah gila," ulas Kallen tanpa pikir panjang membuat iblis di depannya terdiam dan menatapnya sengit.
"Kau habis berbicara apa? Ap---"
"Semua ambil sikap duduk!"
"---Awas kau!" Amarahnya harus terhenti karena datangnya iblis laki-laki dengan wajah yang cukup tampan mempesona.
Iblis muda yang sedang marah-marah segera meninggalkan Kallen, langsung mengambil posisi duduk di atas lantai berdampingan dengan Arden, wajahnya yang tersulut api amarah oleh Arden diberi ucapan-ucapan provokasi yang lain, membuat Gary makin geram sambil melirik tajam Kallen.
Kallen menggelengkan kepala pelan, kenapa ia harus menghadapi hal tidak masuk akal di tempat ini? Ia belum apa-apa saja sudah dibenci banyak iblis. Membenarkan posisi duduknya, mata Kallen tak henti memandangi iblis lain yang juga sibuk menata diri menyiapkan pelajaran pertama.
Iblis yang akan menjadi pembimbing terlihat lebih santai dari ekspektasi. Sang guru hanya memakai pakaian tidak berlengan, rambut hitam panjang milik dia hanya diikat tinggi tanpa hiasan lebih, entah dia bukan tipe yang suka berdandan atau memang tadi dia buru-buru akan mengajar.
Pembimbing itu berdiri di depan papan, berdiri tegap dengan mata sipitnya yang menatap ke seluruh permukaan aula yang dipenuhi oleh iblis-iblis penerus baru. Matanya tampak berbinar bagai jutaan bintang jatuh pada netra gelap itu, disusul oleh tarikan senyum yang lebar membuat wajah tampannya terlihat lebih segar dari biasanya, senyumannya lebih lebar dari senyuman iblis lain.
"Selamat datang para Phantera yang terhormat. Saya Gerald Odolx selaku pembimbing kalian selama kalian---" Senyuman iblis dewasa itu sirna dengan sekejap mata, digantikan oleh mata yang tajam berwarna merah, kemudian aura mengerikan muncul dari belakang tubuhnya menyebar menekan seluruh iblis yang berada di ruangan ini. "Jangan ada yang membuat masalah selama kalian berada dalam koordinasi saya, dan jangan ada suara saat saya menjelaskan sesuatu di tempat ini."
Mengetahui semua telah diam, pembimbing itu melanjutkan ucapannya, "Saya pikir kalian sudah paham, jadi tak perlu saya tanyakan, paham atau belum, kan?"
Aura kelam nan berat itu menghilang beriringan dengan iblis yang mengaku bernama Gerald itu melangkah menuju kursi, dan duduk di sana dengan salah satu kaki yang menumpu di kaki yang lain. Sosok yang penuh karisma, tetapi bisa membuat semua orang takut dengan wibawanya, juga pemilik sihir tingkat tinggi. Dia mungkin menjadi iblis yang disegani oleh para venator.
Aura yang sempat dirasakannya memang tidak asing, ia berkali-kali merasakan tekanan hawa kekuatan yang luar biasa itu sendiri, bahkan mungkin dirinya juga memiliki tekanan kekuatan yang serupa.
Kallen cukup kagum dengan Gerald, sebab hanya sekali mengeluarkan tekanan aura kekuatan, seluruh iblis di sini langsung bungkam, dan mematuhi petuahnya. Mungkin hanya dirinya satu-satunya makhluk yang sibuk celingak-celinguk demi melihat ekspresi teman-teman sekelasnya, ia seperti tidak merasa takut dengan pembimbing itu.
Waktu terus berlalu, para iblis tak pernah bosan untuk mendengar penjelasan dari Gerald. Sang pebimbing yang sedang mengajar di kelas iblis ini tengah membahas tentang sejarah iblis, sudah banyak cerita tentang itu, tetapi akan selalu diulang lagi untuk menjadi patokan iblis itu ada untuk apa.
Kallen yang sejatinya sudah tahu semua sejarah iblis hanya bisa duduk diam sambil menikmati wajah anjingnya yang tidur, sesekali juga ia akan mengusap bulu lebat anjingnya yang bernama Lefko. Cukup malas bagi dia mendengar cerita yang serupa, sampai menurut Kallen sendiri ia bisa menjadi guru sejarah bagi mereka.
Sejarah yang terus mengalir bersama zaman terkadang membuat Kallen berpikir, mengapa tujuan iblis demikian? Mengapa harus demikian? serta siapa yang menulis sejarah iblis?
Sejauh pengamatan Kallen sendiri, dari banyaknya buku yang ditulis mengenai sejarah iblis, tidak ada yang menyangkutkan sumber informasi tentang penulis atau pencetus regulasi sejarah ini.
Bagaimanapun pusingnya Kallen dalam berpikir jernih, berupaya memecah sejarah iblis, tetap saja dia akan percaya tentang sejarah iblis tanpa penyangkalan apapun.
Sejarah mengatakan bahwa Hades telah mengingkari janjinya, Lucifer tidak puas dengan yang dilakukan oleh Hades, terlebih setelah Lucifer sang raja iblis mengetahui bahwa Hades ialah yang membunuh beberapa iblis di dunia manusia membuat perang besar terjadi.
Konflik terjadi di dunia bawah, Lucifer dan Hades berusaha untuk menang dalam pemikiran masing-masing, raja iblis yang begitu kagum dengan Hades tampak gelisah dengan pikirannya tentang dunia bawah yang akan hancur di tangan raja baru.
Lucifer sangat menghormati Hades selaku pimpinan saat itu, dia juga berkali-kali membuat jalan supaya Hades semakin menuju puncak kejayaan, tetapi ia tidak menyangka kepercayaannya dihanguskan oleh Hades begitu saja.
Iblis yang menjadi pasukan Lucifer dibinasakan dalam semalam, Hades membantu manusia untuk memburu iblis yang keluar dari segel, sehingga Lucifer tidak terima dan kemudian terjadilah sebuah tragedi besar di mana Lucifer melepas seluruh pasukannya yang berada di Tartaros menuju dunia manusia dan membuat para Dewa muncul untuk menghentikan aksinya.
Disitulah ramalan Apollo terjadi. Kemarahan Dewa Dewi terhadap Hades maupun Lucifer membuahkan kekuatan besar untuk mendatangkan meteor ke bumi. Lucifer yang tidak ingin iblis-iblis yang ia awasi dibunuh oleh Hades, Lucifer yang mengharapkan begitu besar tentang kejayaan dunia iblis, melampaui batasnya hingga menjadi monster rubah berekor sembilan dengan kekuatan bagai pertengahan iblis dan Dewa sampai membuat Dewa Dewi tak bisa berkutik melawannya.
Beberapa negara yang dulunya bersatu menjadi terbelah menjadi beberapa bagian membentuk pulau, dipisahkan oleh lautan yang tiba-tiba muncul dengan sebutan Laut Deathly, segel penghubung dunia bawah dan dunia manusia telah rusak. Monster berkeliaran dan petaka telah diturunkan. Kejadian itu, perang itu, terjadi selama empat puluh hari empat puluh malam yang menyebabkan bumi menjadi tidak berbentuk, sedangkan manusia disembunyikan di suatu tempat oleh Dewa untuk diselamatkan.
Dewa Dewi akhirnya berhasil menyegel bawahan-bawahan Lucifer, tetapi mereka tak bisa menghentikan Lucifer, juga mereka tak bisa untuk membinasakan seluruh iblis tingkat rendah yang berjumlah banyak, sampai saat itu tiba-tiba Dewa Dewi hilang dari permukaan tanpa kabar membuat Lucifer terus mencari mereka hingga sekarang.
Lucifer menciptakan iblis-iblis baru demi memancing Dewa dan Dewi kembali muncul, tetapi yang muncul malah umat manusia yang semakin kuat dengan sihir yang begitu hebat, ia yakin kekuatan itu tidak semata-mata mereka dapat melainkan dari Dewa Dewi yang bersembunyi.
Maka Lucifer menciptakan Phantera sebagai kelompok yang akan fanatik dengannya, sebab ia tahu melenyapkan Dewa Dewi butuh waktu lama, dan ia sadar umurnya takkan bisa ia tebak.
Lucifer menginginkan adanya raja iblis baru supaya tekadnya diwariskan kepada era baru, karena ia tak cukup kuat jika berurusan dengan waktu, ia tak bisa melawan waktu---kapan waktu membinasakan dirinya?
Sebab ketakutannya mengenai waktu yang akan menghilangkannya, Phantera yang ia bentuk terus berkembang tetapi tidak ada yang bisa mengalahkannya. Sampai ratusan tahun berlalu ia belum mati, Dewa Dewi belum ditemukan, di sisi lain manusia semakin kuat.
Lucifer ingin ketika ada yang mengalahkannya, seluruh kekuatan serta ingatannya akan ia wariskan kepada raja iblis baru, dan dengan begitu raja iblis barulah yang akan membinasakan para Dewa Dewi.
Lucifer begitu dendam. Dia adalah raja atas seluruh kegelapan di dunia.
Akan tetapi Phantera yang dulu adalah sebuah kelompok bebas, kini menjadi kelompok rahasia yang hanya diketahui sebagian iblis, sebab pernah terjadi pemusnahan kelompok besar ini oleh tiga manusia yang menjadi hakim para kaum iblis.
Siapapun yang meneruskan tekad raja iblis, mereka yang berjalan atas nama Phantera, maka sebutan iblis liar berada di benak mereka dan para pemburu akan mengejar mereka.
"Bentuklah kelompok minimal tujuh anggota, maksimal sepuluh anggota, kelompok ini akan menjadi kelompok sementara kalian selama perjalanan mencari Raja Iblis," perintah Gerald.
Tongkat kayu yang dipegang Gerald menghentak pada papan tulis hitam, yang kemudian secara tiba-tiba papan hitam itu berubah wujud menjadi papan pengumuman yang dipenuhi beberapa kertas. Semua iblis berdecak kagum.
"Perjalanan kalian ini mungkin akan mendekatkan diri dengan Raja Iblis, saya akan menyiapkan akses untuk kalian keluar dari pulau ini. Mungkin banyak rintangan yang terjadi ketika kalian diperjalanan, seperti para venator yang mengincar nyawa kalian."
Gerald menatap para iblis yang mulai aktif membentuk kelompok, mereka terlihat bersemangat, jika dihitung ada lima puluh iblis muda yang bergabung. Namun, detik berikutnya ia menyadari bahwa ada satu iblis yang tampak tenang di sudut aula tanpa berpindah dari posisinya. Segera ia menuju tengah-tengah aula, bersama dengan iblis-iblis muda yang sedang membuat kelompok.
"Saya harap, Arden Grey dan Kallen Megaphentes, menjadi satu kelompok."
Bagai ada petir yang menyambar di siang hari, kelompok Arden dan Kallen saling berpandangan, kemudian membuang muka acuh tak acuh.
"Kenapa kita harus bersama Kallen," seteru Byron sambil menunjuk Kallen tidak sudi.
Teman-teman Arden mengangguk setuju, membuat Gerald menggelengkan kepala lelah. "Karena Arden memiliki sihir pheonix yang sangat langka, Kallen dari klan Megaphentes. Bukannya kalian harusnya senang di kelompok kalian ada dua petarung yang kuat? Sejauh ini, hanya kelompok kalian yang mencolok."
"Tapi kami tidak sudi berkelompok dengan iblis yang berkhianat seperti dia!"
Sebelum ucapan Byron semakin menggatalkan dirinya untuk membunuh teman Arden, Kallen segera memotong ucapan Byron. "Saya sendiri saja bisa membunuh Raja iblis, saya juga tidak mau berkelompok dengan iblis-iblis yang kekuatannya dibawahku." Dia berdiri sambil menggendong anjingnya, melirik Byron datar, kemudian pergi begitu saja.
"Sombong sekali dia," ucap salah satu iblis.
Gerald mengurut pangkal hidung. "Terserah pada kalian, tapi saya percaya, Kallen pemenangnya." Setelah berucap demikian, ia menghilang begitu saja.
Byron ditenangkan oleh Ed dan Drake, sedangkan Arden hanya menatap datar teman-temannya.
"Kalian bergabunglah dengan kelompok lain, aku akan berdua saja dengan Kallen," tegas Arden. Dia menghela napas pelan kemudian berjalan pergi meninggalkan teman-temannya.
Byron dan Ed tercengang, Drake melongo, sedangkan Cade dan Gary mengutuk Arden sekuat-kuatnya.
"Bajingan Arden, dia mengambil keputusan sesukanya! Dia mau bergabung dengan Kallen? Jangan bercanda!" Gary menggenggam kedua tangannya kuat, ia marah.
Cade menepuk pundak Gary, berusaha menenangkan. "Namun, keputusan Arden juga ada baiknya, lebih baik kita temui Arden saat ini juga."
Gary menatap sengit Cade. "Kau?!"
Cade menghela napas. "Ini untuk keuntungan bersama. Kalau kita sudah mencapai tujuan, kita bunuh Kallen, supaya hanya Arden saja yang menjadi Raja. Paham?" Menyeringai sadis, seorang seperti dia memiliki siasat buruk.
Gary seketika tenang, ia langsung mengangguk mantap.
"Benar juga!"
Byron, Ed, dan Drake menyeringai misterius bersamaan dengan kelimanya melangkah pergi meninggalkan aula.
28 Juni 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top