25 : Oliver VS Genoveya
"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.
Suara terompet menggelora dari setiap sudut arah mata angin, di langit ternoda warna-warni bak kembang api, kertas-kertas yang terpotong kecil penuh warna meledak di langit melalui lubang terompet dan menyebar bersama angin yang menuntun.
Sorak sorai, tepuk tangan dan juga bunyi ledakan petasan memperiuh pembukaan turnamen praktik. Seluruh peserta juga penonton bersemangat dalam kegiatan yang terjadi dalam setahun sekali.
Di dalam menara ada tiga orang yang berdiri di pinggiran dinding, menatap antusias pada kekisruhan yang terjadi pada sekitar arena, sungguh seperti pertunjukan yang luar biasa. Acara ini salah satu acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para pemburu iblis, atau penyihir biasa, di mana seluruh kekuatan yang disembunyikan markas terbuka lebar.
Ah, sebenarnya tujuan adanya acara ini selain menjadi pengukur pertumbuhan peserta, juga sebagai ajang promosi kepada masyarakat luas bahwa sihir yang mereka pakai bisa digunakan dalam hal yang lebih bijak untuk mengalahkan iblis.
Turnamen ini sudah tentu ditonton ratusan orang, pasti sebagian dari mereka akan kagum, atau tergerak hatinya untuk menjadi hebat seperti peserta turnamen. Menarik hati masyarakat adalah tujuan lain dari acara ini, berharap dengan adanya kegiatan mengaduk emosi seperti ini membuat kelompok ini semakin terkenal dan memiliki venator yang lebih kuat dari generasi sebelumnya. Menjaring bakat-bakat sihir yang unik dan hebat adalah misi acara ini.
Kedua tangan Nicolaus saling bertemu di belakang tubuh, tepat di atas pinggul, dia menyembunyikan tangannya yang penuh urat.
Mata tajamnya menatap lurus ke depan, tersenyum tipis merasakan nikmatnya menonton turnamen yang akan dipenuhi orang-orang berbakat. “Aku merasakan udara yang mulai bergerak. Instingku mengatakan turnamen saat ini akan berlangsung lebih membahayakan dari turnamen sebelumnya. Saya harap, kita tidak kehilangan venator di turnamen ini, Tuan Jakob.”
Di akhir kalimat Nicolaus menatap Jakob yang berada di sisi kanannya.
Jakob mengangguk singkat. Ia juga merasakan angin yang lumayan buruk itu. Sehingga yang ia lakukan adalah waspada ke depannya supaya ia tidak kehilangan keturunan-keturunan yang mungkin akan menjadi kunci kemenangan umat manusia.
Choky tidak ikut andil pembicaraan antara mereka berdua, ia malah terfokus kepada dua perempuan cantik yang memakai baju seragam khas masing-masing mulai bergerak menuju tengah-tengah arena, mereka berdua bersiap memulai turnamen. Riuh penonton sedikit mengganggu fokusnya, tetapi wajah yang berubah dari anak didiknya membuatnya sadar ia tak perlu khawatir.
“Wajah itu. Kheh, dasar Oliver, kau bertumbuh cukup lumayan.” Tersenyum tipis, Choky merasa bangga dengan gadis tersebut. Dahulu Oliver memiliki wajah yang begitu penakut, bahkan saat melakukan turnamen pertamanya dialah yang paling ingin segera didiskualifikasi.
Sekarang lihatlah wajah ayu itu, sudah dipoles dengan keberanian dan kesombongan. Choky harap bukan Theo atau Viktor yang dia tiru.
Melihat wajah sumringah Choky, Nicolaus ikut tersenyum. “Coba tebak, siapa yang menang?”
“Tentu Oliver,” balas Choky dengan segera yang dibalas senyuman menawan dari dua pria di sampingnya.
"Kau meremehkan Genoveya," sahut Nicolaus.
Di tengah-tengah arena, di bagian tempat yang dipoles oleh lantai berwarna putih, terdapat dua orang saling berhadapan. Di antara mereka berdua terdapat wasit yang akan mengaba-ngaba perjalanan pertarungan.
Mata biru bak berlian murni milik Oliver menatap tegas kepada Genoveya. Pelan-pelan tangannya bergerak ke atas, mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda, ia tak bisa bertarung dengan serius jika harus mempertahankan rambut panjangnya.
Genoveya melakukan hal yang sama, mengikat rambutnya dengan cepat, dia tak bisa meremehkan Oliver. Ini bukan seperti turnamen yang dulu, bukan Oliver si pengecut, dia tampak berbeda.
Tangan kanan wasit berada di depan dada Oliver dan Genoveya, mata sipitnya menatap secara bergantian dua perempuan cantik itu, menurutnya kedua orang ini sudah serius sejak awal masuk arena.
“1 ... 2 ... 3 ... ” aba-aba wasit telah terdengar, tangan wasit juga telah berpindah ke atas, serta pria botak yang menjadi wasit telah melompat keluar dari arena menuju dinding arena dan berdiri di sana.
Setelah hitungan selesai. Bersamaan dengan wasit yang melompat, Oliver juga melompat jauh menjaga jarak dari Genoveya, mengamati gadis pemilik kekuatan tak lumrah dari kejauhan.
Genoveya tersenyum misterius.
Mata Daniel mengerjap, gerakan Oliver sangat cepat. “Bagus, dia menciptakan jarak.”
Carl mengepalkan tangannya di depan dada, kemudian bergumam, “Dengan menjaga jarak, Oliver bisa menghindari serangan Genoveya.”
Aaric merangkul dua temannya yang sedang berdiskusi. “Apa kalian yakin soal itu?” Jari telunjuk Aaric menunjuk pada pergerakan cepat Genoveya untuk menyerang Oliver dari jarak dekat.
“Jika terus seperti itu, Oliver akan dipaksa untuk melakukan serangan jarak dekat juga.” Kemudian Aaric menepuk bahu Daniel dan Carl, membuat dua temannya setuju.
Bukan berarti menjaga jarak adalah kesalahan, itu hanya sebuah penguluran waktu untuk Genoveya mengaktifkan kekuatan mengerikannya. Mereka semua tak ingin berurusan dengan Genoveya karena sihir yang dia punyai.
Genoveya tersenyum misterius. Dia terus melompat mengikuti pergerakan Oliver. Ia bagaikan kucing yang memburu tikus. Kedua tangannya membawa senjata berupa dua besi panjang dengan ujung lancip, bagai jarum ukuran jumbo.
Melakukan gerakan menusuk, menebas, juga menyilang demi melukai Oliver. Genoveya terus berusaha mempersempit jarak.
Oliver terus berfokus untuk menghindari serangan Genoveya, jika terkena jarum itu habis sudah riwayatnya. Matanya terus menatap arah dua jarum yang terus berusaha mencabiknya, meringis pelan ketika ia hampir terkena salah satu tusukan jarum.
“Bagaimanapun caranya, aku harus melumpuhkan dia terlebih dahulu!” batin Oliver sambil melompat menjauh dari serangan Genoveya.
Ia tak bisa terus menghindar. Ia harus melakukan serangan. Merasa sedikit ada ruang bergerak, Oliver langsung menarik kedua tangan Genoveya, ia arahkan ke pinggulnya kemudian ia tahan kedua tangan Genoveya.
“Dia mengenainya?” Jay melotot bahagia, dari sudut sisi kanan dan kiri posisi mereka berdua seolah Oliver terkena tusukan.
William menggelengkan kepala, “Tidak, Ketua justru terkunci.”
Mendongak menatap William sekilas, kemudian menatap lamat-lamat pada Oliver, selanjutnya dia mengutuk, “Oh, sial, sejak kapan gadis penakut itu menjadi licik.”
William hanya menyeringai. Alexa mengepalkan tangan, bibirnya dia gigit dari dalam, merasakan gejolak lain dalam dirinya.
Genoveya mendecih, kedua tangannya tersangkut di pinggul gadis albino di depannya. Berusaha melepaskan diri, dia bersungut, “Kau berani juga, ya?!”
Di dalam hati, Genoveya takkan sudi untuk menatap mata Oliver, takkan pernah dilupakannya bahwa gadis ini memiliki mata jahat yang bisa membuat musuh masuk ke dalam hipnotisnya, bisa-bisa ia akan mati jika masuk ke sihir mata Oliver. Ia yakin gadis ini memiliki rencana lain saat mengunci dirinya seperti ini. Jika dia telah berubah, pasti Oliver takkan melakukan kegiatan percuma.
Beberapa detik posisi kedua gadis itu tetap sama, tak ada yang bisa lepas dan melepaskan, membuat penonton semakin greget.
Oliver semakin sebal. Tanpa memikirkan rasa malu dan akal sehat, dia melakukan hal nekat.
Tanpa diduga-duga oleh siapapun, Oliver melakukan gerakan menendang tegak lurus membuat rok yang dia kenakan terbuka, menayangkan celana pendek yang dia kenakan.
Kartel dan Viktor bersemu beserta laki-laki yang lain. Kaisar dan Jakob menggelengkan kepala, merasa tidak masuk akal dengan tindakan bar-bar Oliver.
Tendangan dari Oliver yang begitu mendadak dalam kondisi dia masih meringkus Genoveya sungguh luar biasa. Dua orang di dalam menara berdecak kagum, mengapresiasi keberanian Oliver.
Oliver sebelum melakukan gerakan brutal tadi sedikit merenggangkan pegangannya pada kedua tangan Genoveya, sedikit mengambil keputusan yang membahayakan nyawanya sendiri---tidak ada yang tahu apa yang terjadi selanjutnya jika Genoveya berhasil kabur, bisa saja Oliver yang mati---demi mengambil langkah lebih awal. Demi kemenangan.
Untungnya tendangan yang ia lakukan berhasil membuat Genoveya mendongak dengan darah yang keluar dari dalam mulutnya. Tak menunggu waktu lama, tak membiarkan Genoveya memiliki waktu untuk bergerak, Oliver melakukan tendangan kepada dua tangan Genoveya setelah ia lepaskan membuat dua jarum itu terlepas ke tanah.
Genoveya mengutuk, ia melayang di udara dengan kepala terlempar ke belakang, tubuhnya setengah kayang karena ulah Oliver. Matanya menatap langit yang sudah memerah, mungkin matanya ternoda darah.
Gadis berambut hitam menjerit pelan tatkala poninya ditarik keras oleh Oliver, dengan amat terpaksa tubuhnya kembali berdiri tegap dengan kepala yang berhadapan dengan Oliver, dan sialnya ia menatap mata Oliver yang membesar.
Kedua mata Oliver benar-benar dekat dengan mata sipit Genoveya, sihirnya segera beraksi. “Ambil senjatamu, tusuklah jantungmu sendiri, bukankah kau prajurit yang setia pada tuanmu?”
Seluruh Tim Black Wolf melongo, sejumlah ratusan penonton juga tercengang dengan cara Oliver bertarung, terlalu brutal untuk ukuran perempuan cantik.
“Gerakan itu ...” gumam Qenan, matanya pelan-pelan bergulir kepada pemuda berambut putih yang sedang menatap kagum kepada Oliver.
“Kau ajarkan apa kepada Oliver, Fried! Akan kuhajar habis-habisan kau!” teriak Viktor tidak terima sambil berusaha meraih Fried, tetapi oleh Carl dan Aaric ditahan, sehingga ia tak bisa menyentuh Fried. Akan tetapi semua itu berbanding terbalik dengan wajahnya yang memerah.
Daniel, Len dan Qenan hanya tersenyum kaku, tidak bisa menanggapi keramaian tim mereka seperti apa lagi.
"Itu gerakan yang indah," puji Rafe sambil bertepuk tangan.
“Teruskan bakatmu, Oliver, aku seratus persen mendukungmu!!!” Fried tidak peduli dengan ocehan Viktor, ia lebih memilih menyoraki Oliver.
"Semangat Oliv!" sorak Rafe.
“Manfried laudza!!!” pekik Viktor emosi, sebelum ia menghajar pemuda pendek itu, matanya melihat Carl sedang menatapnya datar.
Viktor berhenti berteriak, kemudian bersungut-sungut di dalam hati, bersumpah akan membuang Carl ke belahan bumi lain supaya tidak menakut-nakuti dirinya.
Mata Choky menjadi sangat sipit. Wajahnya menjadi sangat datar. Bibirnya mengerut kesal. “Dia meniru Fried ternyata ...” keluhnya sambil menggaruk kepala.
Jakob terkekeh, sedangkan Nicolaus tertawa renyah, merasa lucu dengan reaksi Choky saat mengetahui kebenaran gerakan brutal Oliver.
“Sialan gadis itu,” umpat Henry sambil mencengkram kedua tangannya keras-keras untuk melampiaskan kemarahannya.
Kini Genoveya dalam pengaruh hipnotis Oliver. Kali ini setelah Oliver mengalami perubahan, gadis albino berhasil memulai serangan sebelum Genoveya yang memimpin.
Genoveya bergerak pelan menuju dua senjatanya. Dia mengambil dua jarum yang tergeletak di atas tanah, mengangkat ke atas dengan ujung lancip yang mengarah pada dadanya.
Oliver menyeringai, hawa kemenangan telah ia rasakan.
Penonton tak bisa berkedip.
“Sekarang,” ucap Oliver tegas.
Sehabis Oliver berucap, kedua tangan Genoveya langsung bergerak cepat turun, dua senjata yang awalnya direncanakan untuk menghunus Oliver kini telah menghunus dirinya sendiri. Menancap di dadanya, tetapi tidak tepat pada jantung, membuat Oliver mendengus.
“Kkkkhhh---"
9 Juli 2022,
Ersann.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top