23 : Markas Besar Venator

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.

Markas venator berlokasi di Wilayah Panchita, berada di Desa Yeresmiel, tersembunyi di balik pepohonan yang melingkari desa. Tempat ini adalah satu-satunya tempat resmi untuk menyatukan seluruh umat manusia untuk membasmi iblis. 

Dari markas ini pula berhasil mencetak beberapa manusia kuat. Bahkan bisa bersaing dengan sempurna melawan iblis. Gelar venator terbaik berada di Wilayah Panchita.

Menjadi bagian dari markas besar venator adalah suatu kehormatan bagi mereka, sebab seleksi masuk ke sini akan diadakan sebuah battle yang mana setiap calon venator akan bertarung satu dengan yang lain, mempertaruhkan nyawa demi kelulusan.

Siapapun yang kalah dan tewas saat seleksi, maka semua dianggap gagal, tidak ada cara lain untuk masuk ke satuan para pemburu iblis ini. Kekuatan uang takkan mampu untuk menggoyahkan sistem di sini.

Oleh karena itu markas ini dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki kemampuan melebihi akal naluriah manusia, sebab tak jarang manusia mampu memiliki sihir sekuat orang-orang yang telah masuk ke sini.

Jangan pernah berpikir jika masuk markas ini hidupmu akan terjamin, tidak, salah besar jika kau berkata demikian. Setiap anggota yang bergerak secara kelompok maupun individu selalu memiliki seseorang yang telah dinyatakan gugur, bahkan ada yang sampai melebihi setengah isi kelompok telah dilabeli tewas secara terhormat, semua karena misi menemukan iblis.

Misi menemukan iblis ini berasal dari Kaisar, bangsawan, warga dan seluruh aspek di dalam dunia ini yang kemudian disetujui oleh pimpinan. Informasi yang beredar mengenai iblis di dalam markas berasal dari para petinggi markas dan permintaan dari kerajaan ataupun dari masyarakat yang sudah disaring oleh Jakob, setiap anggota yang mendapatkan misi serta kembali dengan membawa informasi sekecil apapun akan mendapatkan imbalan uang. Dari misi inilah banyak korban terjadi, banyak yang gugur, sebab lawan mereka iblis yang jauh melebihi perkiraan manusia.

Markas besar venator hanyalah sebuah gedung yang didatangi ketika seluruh anggotanya usai dengan misi panjang mereka, bertemu di sini hanya untuk berbagi informasi, atau terkadang melakukan kegiatan bersantai seperti orang normal.

Markas ini telah memiliki tiga kelompok yang didedikasikan menjadi tim utama markas yang dibimbing langsung oleh pemburu iblis tingkat tinggi. Tim pertama dipimpin oleh Nicolaus Odolf, tim kedua dipimpin oleh Choky Egon, dan tim ketiga dipimpin oleh salah satu petinggi cantik yang menjadi istri Choky.

Setiap satu tahun sekali, bertepatan di bulan ke enam, akan ada sebuah praktik khusus untuk mengukur taraf kekuatan sihir, dengan tujuan melihat setiap perkembangan para pemburu iblis muda.

Inilah mengapa alasan tim Black Wolf masuk ke markas hari ini, mereka akan melakukan praktik itu, entah musuh mereka tim pertama atau tim ketiga, atau individu lain yang bekerja di markas ini. Yang pasti mereka takkan segan untuk menunjukkan perubahan mereka, terlebih mereka semua hampir semuanya kalah di tahun lalu.

Jeri dan teman-temannya yang waktu itu masih sangat muda dan belum berpengalaman, mengikuti praktik melawan tim tingkat pertama, tentu saja secara logika mereka kalah dengan begitu mudahnya.

Anak-anak Black Wolf berjalan berbaris melewati lorong, pakaian seragam khas mereka yang serba hitam begitu mencolok bagi orang-orang yang berkumpul di sekitarnya, mereka seolah dibuat kagum dengan anggota Black Wolf yang sangat ramai dengan tampang-tampang rupawan dan diakui sebagai tingkatan paling brutal dalam menjalankan misi.

Mereka semua menuju belakang markas, mengarah pada koloseum yang begitu megah dengan warna pastel. Di tempat itulah setiap tingkatan bertemu kemudian saling adu mekanik.

Anggota Black Wolf terlihat santai dengan pakaian seragam serba hitam yang mereka kenakan, menunjukkan sisi berani juga tegas yang begitu mempesona, tak lupa barisan yang terdiri dari dua belas orang dengan satu boneka sihir dipimpin oleh ketua tim---Jeri---dan didampingi perempuan cantik berambut putih susu---Oliver---membuat keduanya terlihat seperti pasangan mempelai yang baru saja dipertemukan.

Memasuki pintu koloseum, cahaya matahari berhenti menyinari mereka, menjadi sangat suram dengan pencahayaan yang seadanya. Akan tetapi di tengah-tengah lorong penghubung dunia luar dengan lapangan di dalam koloseum terjadi pertemuan beda arah antara dua tim.

Seketika suasana menjadi sangat panas. Anggota Black Wolf menatap tak suka, sedangkan lima anak dari tim bernama Holy Eagle berlagak sombong, sehingga menimbulkan perbedaan yang cukup menonjol. Kedua tim ini seperti rival atau malah masuk kategori musuh bebuyutan, terlihat dari reaksi antar anggota yang tidak menunjukkan sikap ramah.

Pakaian seragam anggota Holy Eagle sangat mewah dengan warna putih dengan beberapa hiasan emas, menunjukkan keagungan tingkat mereka.

Salah seorang pemuda dari tim itu melangkah maju, mata secerah mata elang dengan warna cokelat terang itu menusuk beberapa mata yang menatapnya balik. Wajah tampan dan tubuh terbentuk sempurna, salah seorang yang memiliki rambut hitam pendek, dia Henry Leon---seseorang yang sedang menatap rendah pada kelompok Jeri.

"Aku tak salah lihat bukan? Kalau tim kalian belum berkurang?" ucapan Henry begitu rendah, nadanya yang tidak mengenakkan telinga, serta senyum licik di bibirnya telah menunjukkan betapa buruk sikapnya kepada tim Black Wolf.

Jeri tak menggubris, ia mengambil langkah untuk segera pergi, tetapi oleh pemuda lain dari tim itu menahan langkahnya, sehingga Jeri dan pemuda bercodet di mata kiri saling bertatapan dingin.

Kartel yang baru melihat seteru ini memundurkan langkah, berpikir ada apa dengan dua kelompok ini.

Aaric menggeram pelan, sebagai wakil ketua tim ia sangat tersinggung dengan ucapan yang dilontarkan Henry. "Ketua kami takkan membiarkan anak buahnya terluka," sungutnya sambil menukikkan alis, menatap tidak suka kepada wakil ketua tim Holy Eagle.

Mendengar sungutan Aaric, Henry hanya menyeringai, kemudian berjalan melintasi kelompok Jeri dengan wajah angkuh, tak sekedar hanya itu dia juga menyenggol setiap bahu yang berdekatan dengan dia. Bibirnya penuh dengan seringai.

"Dasar gila," umpat Fried. Dia membalik badan, mengutuk Henry yang menyenggol bahunya, ketika ia saling bertatapan ia langsung menunjukkan jari tengah yang dibalas serupa dengan Henry.

"Ingat, tim kami tidak seperti tim kalian. Kalian hanya bisa menumbalkan nyawa teman-temanmu untuk kemenangan, tetapi setelah timmu hanya tinggal lima anggota, kemenangan apa yang kalian incar? Siapa lagi yang akan kalian tumbalkan? Kasihan sekali mereka harus mati tanpa melihat adanya kemenangan yang kalian capai. Tim kami bahkan masih lebih baik daripada kalian!"

Berkat ucapan provokasi Theo, kini dua orang itu saling menarik kerah leher. Menyatukan kening, saling menatap dengan sinis, dan bibir yang sama-sama menggeram. Kedua orang itu saling bersitegang.

Carl yang melihat itu langsung berusaha menarik bahu Theo supaya tak terjadi pertikaian, tapi tampaknya Theo benar-benar tidak memedulikan peringatan Carl, emosi yang dipendam Theo seolah meluap.

Viktor, Daniel dan Rafe yang berada di barisan belakang bersama Carl dan Theo hanya menyeringai bahagia, tak ingin melerai, mereka malah siap kalau adu sihir dengan Henry.

"Kau akan malu mengatakan itu setelah melihat timku lebih maju dibandingkan timmu!" Mata Henry menajam, manik matanya seolah siap membunuh Theo dengan sihirnya.

Energi sihir Henry mulai keluar, bersiap menyerang Theo.

Mata Theo menyipit, dia kemudian mulai bersungut,  "Yakinkan aku, sialan." Tersulut dengan tindakan Henry, ia juga ikut mengeluarkan energi sihirnya siap untuk bertanding.

Tiba-tiba beberapa tulang manusia dan tangan yang kuat melerai mereka berdua. Memisahkan kedua orang yang telah siap untuk menunjukkan taring. Bahkan ketika mereka ditawan, Henry dan Theo masih bersikeras mengeluarkan sihir.

"Hentikan itu, Henry, kita lanjutkan di battle nanti." Pemilik codet di mata kiri, Jay Otis, mengurung temannya dengan beberapa tulang yang berhasil ia ciptakan dari sihirnya.

"Lepaskan aku, Carl, akan kubuat---eeekkh!" meringis sakit, mata Theo melirik sinis Carl yang memegang bahunya seperti cengkraman burung elang kepada ular, mata ungu muda temannya membuat ia segan dengan segera ia mengalah dan membiarkan dirinya ditarik mundur oleh Carl.

"Maafkan tindakan Theo, Jay," kata Carl kalem sambil tersenyum kaku.

Yang dipanggil sebagai Jay hanya tersenyum misterius, kemudian membawa pergi Henry dengan sihir tulangnya menuju keluar dari koloseum.

"Kenapa juga kau lerai, makhluk sialan itu benar-benar tidak sedap kupanda---akkh!" Viktor yang mengomel langsung kena tinju Carl, membuat perutnya merasa sembelit.

Rafe bungkam, tak ingin merasakan apa yang dirasakan Theo dan Viktor.

Seorang gadis berambut cokelat muda dengan mata serupa yang begitu indah, tatanan rambut bergelombang diikat bawah dengan hiasan bunga pada ikatannya, menunjukkan batang hidungnya demi mendekati Kartel. Dia berdiri berhadapan dengan pemuda pirang itu, membelai dagu Kartel sambil tersenyum menggoda.

"Kamu anak baru, kan? Berhati-hatilah, ketuamu sama seperti Gavrill, suatu saat kau akan dibinasakan oleh ketuamu."

Alexa Beatrice menyeringai sambil melirik sinis tim Jeri.

"Jaga bicaramu, Alexa!" bentak seorang gadis dari sisi belakang Alexa, dia memiliki mata yang begitu tajam sebagai sosok perempuan, dan dia terlihat tidak menyukai omong kosong yang diberikan Alexa pada salah satu tim Jeri.

Seketika seluruh anggota tim Jeri memasang wajah datar, menatap Alexa dengan tatapan hina, tak suka. Wajah mereka menggelap dengan hati yang terbakar. Jeri bahkan memandang perempuan itu dengan mata tajamnya, seolah-olah ia ingin membunuh perempuan itu sekarang juga dengan sihir matanya.

Kartel melangkah mundur, merasa risih dengan sifat terbuka perempuan di depannya, menepis tangan yang membelai dagunya.

"Gavrill?!" gumam Kartel setengah membentak. Ia juga merasakan perbedaan yang berada di diri teman-temannya setelah nama Gavrill disebutkan.

Oliver menarik tangan Kartel supaya mendekat padanya. "Jangan dengarkan Alexa, dia hanya gadis menyesatkan!" ungkapnya yang diiyakan oleh Kartel.

Mata biru Kartel menatap pergelangan tangannya yang dicekal Oliver, tersenyum tenang, berbeda dengan sentuhan perempuan asing itu, sentuhan Oliver lebih menenangkan.

Alexa tersenyum, kemudian melangkah pergi bersama rekan-rekannya. Mengabaikan tatapan tak suka dari tim Jeri. Bahkan, dia tidak peduli ketika teman perempuannya tadi memperingati dirinya untuk menjaga ucapannya.

"Aku tak sabar melawanmu lagi, Qenan." Menepuk bahu Qenan, William Roger menyerukan keinginan terbesarnya sambil tersenyum ramah, namun sorot matanya begitu menekan.

Qenan mengangguk. "Ya," balasnya singkat kepada William.

Seorang perempuan anggun berambut hitam panjang berhadapan dengan Jeri, terlihat malu-malu, dia mendongak menatap Jeri. "Maafkan teman-temanku, Jeri."

Jeri hanya menatap tanpa merespon, menunggu ketua tim dari tingkat ketiga pergi dari hadapannya.
Oliver memanas, melepas pegangannya ke Kartel, ia langsung menyanding Jeri, menatap tak suka kepada perempuan feminim itu.

"Kalau begitu, aku pamit," pamit Genoveya Kathe sambil melangkah pergi dengan langkah yang anggun, rupa ayunya memang mempesona, tetapi kekuatannya begitu mengerikan. Dia adalah orang yang memperingati Alexa.

Membalik badan, menatap punggung Genoveya tidak suka.

"Sok banget!" gerutu Oliver sambil menggembungkan pipi.

"Kau kenapa?" goda Daniel sambil menarik turunkan alis.

"Cantikan dia, sih, nggak apa-apa juga kalau ketua kita bersanding dengan Genoveya." Len ikut-ikutan, wajahnya langsung berseri-seri saat menggoda Oliver.

Jeri segera melangkah pergi diikuti teman-temannya, wajahnya masih saja datar seolah apa yang baru saja terjadi tidak pernah ada.

"Jangan menggodaku," seru Oliver sambil menatap sinis Len dan Daniel.

"Aku nggak mau punya ponakan dari seseorang yang satu tim dengan Henry," Dengan suara lantang, Viktor menyuarakan keinginannya dalam menolak aksi perjodohan Jeri dengan Genoveya.

Rafe, Theo, Aaric, Fried dan Qenan mengangguk setuju.

"Aku setuju, kok," sanggah Kartel yang langsung mendapat pukulan di belakang kepala dari Fried, Viktor dan Theo.

Oliver mendesis sebal, melangkah cepat demi menyamai langkah Jeri, ia meninggalkan teman-temannya yang sedang berdebat.

"Bahkan guru pembimbing Black Wolf tidak seba---"

"HENRY SIALAN!" Theo murka, berusaha lepas dari rangkulan Aaric dan Carl, kedua kakinya menghentak-hentak berusaha berlari ke arah Henry dan menusuk sampai mati pemuda sialan yang berani-berani menjelekkan nama guru mereka.

Entah kenapa Henry masih memiliki keinginan menarik emosi Theo, padahal dia sudah berada diujung lain lorong.

"Biarkan aku membunuh dia!" Tidak hanya Theo, kali ini Fried sudah berlari cepat menuju Henry, tetapi Rafe menahan pergerakannya menggunakan sihirnya. Hal itu membuat Fried kesetanan hingga tim Holy Eagle tidak terlihat.

"Mereka benar-benar perkumpulan manusia rendahan," gumam Viktor seenaknya.


9 Juli 2022,

Ersann.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top