20 : Hilang Kesadaran

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.

Kejadian mengerikan petang tadi masih terekam jelas di otak mereka. Setelah membawa dua orang yang telah kehilangan kesadaran, mereka membersihkan lokasi secepatnya, meskipun begitu bekas pertarungan masih terlihat jelas di sana. Bahkan beberapa warga yang tahu tentang perkelahian itu bergerombol, mereka menanyai beberapa pemburu iblis yang datang untuk mencari tahu.

Beberapa warga menyatakan ketika pertarungan terjadi mereka merasa cemas, ada satu warga yang datang melihat tetapi setelah tahu tim Jeri melawan akhirnya mereka semua tenang, akhir yang seperti tadi tidak seperti dugaan mereka semua.

Seluruh anggota duduk di ruang tengah, ruangan itu dekat dengan kamar Jeri---yang sekarang dihuni dua orang serta dimasuki oleh Jakob beserta satu orang lain---keseluruhan anggota berkumpul di ruangan ini dengan wajah cemas.

Jakob dan Choky, keduanya mendengar kabar dari warga bahwa di sungai terdapat pertarungan sengit antara satu pemburu iblis dengan iblis kuat. Mereka berdua tidak menyangka saat mereka buru-buru ke lokasi malah yang mereka temukan adalah Kartel dengan Jeri yang sudah tidak sadarkan diri.

Jakob selaku pimpinan para pemburu segera menyuruh Qenan dan Len untuk membawa dua orang tak sadarkan diri itu ke rumah dengan dibantu teman-teman yang lain. Lalu sisanya ia suruh untuk membersihkan lokasi.

Jakob yang mempunyai kemampuan layaknya dokter, maka dialah yang merawat luka Jeri dan Kartel dibantu satu asisten lain dan Choky.

Anggota yang berada di luar kamar mulai gigit jari, sudah hampir lima belas menit tidak ada pergerakan dari kamar. Setidaknya ada satu orang yang keluar, tetapi tidak ada satupun orang yang keluar, membuat mereka cemas akan apa yang terjadi pada dua rekan mereka. Terlebih pada pimpinan mereka yang terlalu memaksa diri saat melawan Kartel.

Gadis berambut putih berjalan ke sana sini seperti setrika, wajahnya menampakkan rasa khawatir yang berlebihan. Sungguhpun semua merasakan apa yang dirasakan Oliver, tetapi mereka tidak seperti gadis itu yang terlalu menunjukkan rasa khawatir.

Banyak di antara mereka yang malah bersalah karena telah membiarkan kapten mereka menanggung semuanya sendiri. Ada yang sampai menundukkan kepala sampai tak bisa untuk menunjukkan wajah ke rekan-rekannya karena malu mereka hanya besar omongan tetapi nol perbuatan, mereka adalah Fried, Viktor dan Theo. Ketiga pemuda itu menyudutkan diri sendiri ke sudut ruangan, duduk meringkuk dengan kepala menunduk dalam menatap lantai.

"Ini semua karena kalian!" Tiba-tiba Fried berkata dengan nada suara yang keras, matanya menatap sinis semua teman-temannya, terlebih kepada Carl. "Seandainya kau tidak menyuruh kami untuk berdiam diri, Jeri nggak akan terluka!" lanjutnya sinis sambil menunjuk Carl dengan jari telunjuknya.

"Fried, sudah!" Aaric berdiri, menatap Fried tajam, berharap anak itu tidak memperkeruh keadaan.

Carl tidak bisa menjawab. Ia semakin menundukkan kepala. Mungkin benar kata Fried bahwa ini semua salahnya. Kedua tangannya saling bertemu dan meremas, menyudahi rasa bersalahnya tidak cukup dengan ini, ia takut menghadapi Fried.

"Kalian semua penakut! Pengecut! Ti---"

"Fried!" Aaric memotong ucapan Fried, dia berjalan mendekati pemuda itu, langkah kakinya menguat begitu kencang.

"Apa---"

"Kita semua lemah. Karena kita lemah, kita takut, itu semua wajar. Jeri berjuang karena dia tahu dia yang hanya bisa mengimbangi Kartel, dia melindungi kita yang tidak seberapa ini, karena kita semua lemah. Semua ini bukan salah kita, jadi jangan---"

"Sala---uuhhhkkkk!!" Fried hendak memotong ucapan Aaric, tetapi tiba-tiba mulutnya dilempari sebuah perban yang digulung, entah kenapa itu bisa langsung masuk ke dalam mulutnya. Ia menatap Len selaku pelaku, tetapi ia tahu perban ini milik Rafe. 

Dia hendak marah, tetapi melihat Qenan dan Theo mengisyaratkannya untuk diam dengan cara menggesek leher mereka dengan dua jari---itu terlihat ancaman pembunuhan daripada isyarat untuk tutup mulut---membuat ia tidak melanjutkan perkataannya dan memilih memalingkan wajah.

Aaric sebagai wakil ketua Black Wolf tak bisa untuk menenangkan timnya, ia sendiri tidak memiliki keahlian untuk itu, bahkan Carl yang terlihat selalu bijak kini diam membisu.

Efek terlukanya Jeri membuat mereka terpengaruh hal negatif. Mereka tanpa ketua tim layaknya kapal tanpa nahkoda, tidak ada tujuan sama sekali.

Pintu kamar terbuka, seketika seluruh orang di ruang tengah langsung menoleh ke sumber suara dengan mata yang penuh dengan rasa ingin tahu. Secara berurutan Jakob, Choky dan asisten keluar dari dalam kamar yang menyimpan dua manusia tak sadarkan diri.

Rafe dan Carl berdiri, mempersilakan Choky dan Jakob untuk duduk di tempat mereka, sedang sang asisten berdiri di belakang Jakob.

Sementara Aaric melangkah ke belakang kursi Fried, berdiri di sana dan mendengarkan dengan tenang.

"Bagaimana keadaan Jeri, Tuan Jakob?" tanya Oliver.

"Keadaan mereka berdua bagaimana? tidak ada yang kritis bukan, Tuan?" tanya Carl dengan wajah sendu, mata ungu terangnya menatap dua petinggi dengan penuh harap.

Senyuman menawan menghasilkan raut penuh tanya dari yang lain. Jakob terkekeh melihat reaksi tim Jeri yang menurutnya lucu. Berdehem pelan, ia mempersiapkan diri untuk menceritakan apapun yang ia ketahui dari kondisi dua manusia yang ia rawat tadi.

"Kartel baik-baik saja, dia hanya kehilangan kesadaran karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Dia akan segera sadar. Sedangkan untuk Jeri ..." Perkataannya mengambang, matanya melirik seluruh orang yang mengelilinginya. "Luka di perutnya cukup dalam, tetapi bukan itu masalahnya." Menyatukan kedua tangannya kemudian saling meremas.

Seluruhnya was-was.

"Jeri mengalami ledakan energi. Energi sihir di dalam tubuhnya tidak beraturan dan itu sangat membahayakan tubuhnya. Meskipun Jeri saat ini dalam pengaruh sihir tidurku, dia sebenarnya sedang menahan rasa sakit."

Kondisi yang diceritakan Jakob bukanlah kondisi kritis karena luka pada perut Jeri, melainkan kondisi kritis pada energi sihir.

"Apa yang membuat Jeri mengalami ledakan energi? Kenapa jadi begitu?" Oliver panik.

Jakob tersenyum tipis. Ia berjalan mendekati gadis itu, kemudian menepuk pelan bahu Oliver, dilanjutkan kepada puncak kepala gadis tersebut. "Ada dua kemungkinan, mungkin energi sihir Jeri sempat tidak terkontrol, atau ada sesuatu yang menyerang aliran energi sihirnya."

"Jangan berpikiran yang macam-macam, asal kalian memberikan obat yang telah diresepkan, kondisi Jeri pasti akan tetap stabil." Jakob menepuk pundak Aaric, kemudian berpamitan pergi sambil tersenyum.

Ketika Jakob memilih pergi bersama asisten healer, Choky memilih tinggal. Dia duduk di kursi yang disediakan, walau disebut merampas karena ia menyuruh pergi Len dari kursinya.

Mata hitam Choky mengarah pada teman-teman Jeri, menaruh rasa curiga, kemudian dia bertanya, "Tidak biasanya Jeri mengalami luka serius, sebenarnya apa yang terjadi?"

Teman-teman Jeri saling berpandangan satu dengan yang lain seolah sedang bertukar pendapat melalui trik sulap mata. Choky hanya memerhatikan.

Carl yang berdiri cukup jauh dari tempat duduk Choky berdehem pelan, ia segera mengutarakan pendapat walau mungkin pendapatnya salah. "Jeri melatih Kartel hingga lepas kendali, secara bersama-sama kami berusaha menghentikan Kartel, kemudian Jeri terkena serangan."

Choky mendengar penjelasan Carl dengan jelas lalu menganggukkan kepala. "Lalu bagaimana dengan ledakan energinya?"

Len menukikkan alis. "Benar, aku rasa Jeri tidak mengeluarkan seluruh kekuatannya, mengapa energinya terpengaruh?"

Mengusap dagu, Carl mulai berpikir banyak, kemudian dia berkomentar, "Aku rasa Jeri mengeluarkan seluruh energi sihirnya ketika di akhir perkelahian. Mungkin karena ketidakstabilan energi di dalam tubuhnya, membuat Jeri sedikit kehilangan kendali, dan menimbulkan ledakan energi?"

"Atau Kartel menyerang aliran energi sihir Jeri?" Qenan bercakap dengan suara rendah.

"Akan kuhabisi dia jika benar-benar melakukan itu," Fried memicingkan mata.

Len merasa janggal akan sesuatu, matanya menatap pintu kamar Jeri dengan penuh selidik, kemudian dia berkata dengan amat jelas, " ... Jeri sudah mengerahkan setidaknya hampir seluruh kekuatannya, tetapi Kartel dalam wujud barunya sedikit lebih kuat dari Jeri."

Mendengar itu, mereka semua berhenti berbicara, dan berpikir dalam-dalam. Choky adalah satu-satunya orang yang tersenyum di sana, tatapan pembimbing itu mengarah pada Len.

"Itu berarti?" Viktor melirik ke Len dengan tatapan curiga, berkomat-kamit dalam hati jika tebakannya salah, walau ia yakin tebakannya tepat sasaran.

Len menganggukkan kepala. "Jeri meledakkan energinya sendiri secara tidak sengaja."

29 Juni 2022,

Ersann.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top