2 : Phantera

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.

Sudah beberapa bulan berlalu, ramalan Apollo terus bertambah fokus kepada kehancuran dunia yang diyakini beberapa Dewa sebagai keinginan God. Di sisi lain ketika bumi terancam dari luar, di dalam bumi juga terancam, banyak perkara yang muncul bersumber dari dunia bawah.

Hades tidak tinggal diam, dia sering membuat segel sihir untuk menutup pintu penghubung antar dunia bawah dan dunia manusia, demi menghindari adanya gejolak iblis yang keluar dari dunia bawah.

Sering juga Hades keluar dari dunia bawah menuju dunia manusia, membantu melenyapkan iblis-iblis yang berani melanggar aturannya, takkan segan baginya menghancurkan para penjahat dari dunia yang dia pimpin.

Sampai sekarang pun Hades masih belum mengetahui siapa yang membantu kumpulan iblis itu keluar dari dunia bawah, sebagian Dewa sering menegurnya untuk mengatasi kekacauan yang sedang terjadi sebelum semuanya terlambat, akan tetapi meski ia sering disuruh demikian Hades belum bisa untuk mengatasi semua masalah dunia bawah sendiri.

Asumsinya masih tetap pada Lucifer, meski bawahannya itu tampak tidak melakukan apa-apa, selain pekerjaan yang sering ia lakukan terkecuali mengikuti dirinya.

Hades mengawasi Lucifer dari jauh. Ia telah mendengar lebih lanjut dari beberapa anak buahnya yang mengatakan Lucifer agak berbeda akhir-akhir ini, ternyata bukan hanya Hades yang merasa tapi seluruh penghuni Underworld merasakan hal serupa dengan apa yang Hades rasakan kepada Lucifer.

Kali ini Hades berhadapan langsung dengan Lucifer, berdiri di tempat penghubung dunia manusia dan bawah, dengan dalih sedang mengawasi segel sihir padahal sedang berusaha mendekati sosok yang menjadi alasan Hades merasa harus was-was.

"Apa pekerjaanmu baik-baik saja?" tanya Hades dengan mata yang melirik ke arah Lucifer. Pakaian serba hitamnya bergerak pelan diterpa angin, rambut hitam panjang dengan dihiasi beberapa pernikan emas murni juga ikut berkibar sekilas.

Lucifer mengangguk sebagai jawaban, kemudian membiarkan diantara mereka berdua menjadi senggang kembali, membiarkan kesunyian bertahta di sekeliling tanpa menyentuh sebuah suara sebagai balasan lain. Ia berdiri tegak di samping Hades, menatap langit yang begitu gelap, menikmati waktunya sendiri dengan mengacuhkan sosok yang begitu ia kagumi.

Menggerakkan kepala ke arah lain, Hades tak memiliki kata-kata untuk dikeluarkan pada Lucifer. Membiarkan waktu terus berlalu dengan keterbekuan di antara mereka.

"Tuanku." Panggilan dari Lucifer, suara yang begitu dalam karismatik mengetuk gendang telinga Hades.

Hades menoleh, menatap Lucifer dalam diam, menunggu bawahannya mengucapkan kata-kata sebagai lanjutan.

"Anda tidak ingkar janji, kan, kepada kami?" Lanjut Lucifer dengan nada suara yang begitu pelan, hampir saja Hades tidak mendengar jika tidak fokus kepada gerakan bibir Lucifer.

Tertegun.

Hades berdiam di tempatnya. Memikirkan sesuatu yang ada dalam otaknya sendiri, melambung tinggi kemudian menyelam dalam, menafsirkan soal janji yang pernah ia semayamkan di sini, di tempat yang ia pimpin.

Lucifer dahulu kala adalah pimpinan tempat ini, yang berkuasa atas Underworld, dan yang memerintah seluruh iblis.

Namun, semenjak Hades datang untuk menghakimi beberapa iblis yang menghancurkan dunia manusia, disitulah Hades dan Lucifer saling bertemu berhadapan langsung, berkat kekuatan serta kasih sayang Hades membuat Lucifer kagum dengan cara Hades bertindak juga berpikir.

Lucifer takluk sebab kekuatannya tak sebanding dengan Hades, awalnya ia tak ingin menjadi bawahan, tetapi pelan-pelan ia merasakan perubahan di Underworld menuju pada dunia yang berbeda yang belum Lucifer lihat selama ini.

Tempat yang urakan menjadi lebih teratur, pemerintahan ditata rapi tak berserakan, serta aturan-aturan begitu kuat menjamin kesejahteraan bersama. Sungguh di saat itu juga Lucifer kian kagum kepada Hades, menganggap Hadeslah sosok pemimpin yang sesungguhnya.

Raja akan takluk kepada raja lain ketika dia mengakui kehebatan musuhnya, begitulah dengan Lucifer, ia dengan keinginan sendiri menjadi bawahan setia Hades. Bersumpah akan terus meluruskan apa yang telah Hades perintahkan, bahkan janji yang telah lama terucap, Lucifer masih menanti waktu tergenapinya.

Hades mendongak ke langit yang begitu gelap tidak berdasar, bayangan masalalu terjabar di kegelapan cakrawala, bagaimana mungkin ia melupakan ucapannya sendiri?

Dia berjanji akan melindungi Underworld sekuat tenaga, tidak akan mengkhianati para iblis, membawa kedamaian serta kebebasan bagi para iblis. Ia juga menjanjikan harapan-harapan mereka akan ia tampung untuk disampaikan kepada yang lain supaya iblis tidak dipandang sebagai makhluk rendahan.

Menutup mata. Hades menilai dirinya sendiri, apakah dia bersalah dalam kasus ini atau tidak. Meskipun iblis bersikap baik, tapi mereka takkan bisa membohongi hakikatnya sebagai iblis yang durjana, begitu pula Lucifer yang dulu serakah akan kekuasaan pasti akan ada hari sifat aslinya sebagai iblis akan muncul.

Hades tahu betul sifat-sifat iblis itu seperti apa, sebab ia yang memimpin tempat ini, dan keburukan iblis adalah suatu hal permanen yang tak bisa dirubah maupun dihapus.

Oleh karena itu Hades dalam memimpin tempat ini tak pernah sekalipun terlalu mengekang, berusaha tidak memiliki urusan terlalu dalam dengan para iblis, akan tetapi sepertinya janji yang ia lepaskan akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Mata itu terlihat sendu, entah apa yang dia pikirkan sampai sorot matanya menjadi seperti itu, Hades bergumam pelan.

"Apa aku ingkar janji?"

Kedua netra berwarna gelap saling bertemu, mencari jawaban masing-masing atas pertanyaan diri sendiri melalui kontak mata. Manghabiskan waktu dengan mencari teka-teki---

Brugh!!

---Buku tebal bersampulkan warna hitam dengan sebuah hiasan berbentuk lingkaran dan bintang di tengahnya jatuh menimpa tanah. Mata biru gelapnya meniti pada debu-debu yang berterbangan setelah buku tersebut jatuh.

Menghela napas kasar, ia membungkukkan badan lalu mengambil buku itu. Menegakkan badan menatap punggung sosok yang menabraknya tadi, sedangkan kedua tangannya sibuk membersihkan partikel-partikel kecil yang menempel pada sampul buku.

"Guuk!"

Menundukkan kepala, seekor anjing kecil berwarna putih terlihat tidak terima buku yang ia bawa jatuh, atau malah tidak suka majikannya disenggol oleh orang lain. Ia terkekeh pelan menanggapi kelakuan hewan itu, kemudian mendongak pada papan yang menjulang tinggi di depannya, mata sewarna palung lautan menajam melihat papan itu.

Phantera, papan berukuran sedang bertuliskan nama tersebut menjulang tinggi di atas pintu yang sudah mulai rapuh. Pintu yang terbuat dari kayu berwarna cokelat keruh, kondisi kayunya sudah lapuk, pertanda bahwa bangunan di depannya sudah berusia lama.

Phantera adalah sebuah kelompok yang memiliki tujuan untuk menjadi raja iblis, ataupun memusnahkan manusia, dengan tujuan paling jahat mereka. Tekad iblis berada di pundak mereka, menggebu-gebu, menganggap diri mereka lebih pantas dari orang lain untuk menjadi raja iblis.

Meskipun di dalam kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan tempur besar, sejauh ini belum ada sejarah yang menyatakan dari Phantera ini muncul raja iblis baru, bahkan belum terdengar kabar bahwa iblis menemukan posisi raja iblis itu sendiri.

Sebab siapapun yang memiliki tekad menjadi raja iblis, mereka akan disebut sebagai Phantera yang terhormat!

Sejauh ini, raja iblis hanya cerita dari berbagai mulut, dan tulisan sejarah dalam buku. Yang konon sang raja iblis memiliki kekuasaan penuh terhadap alam iblis dengan kekuatan yang mengerikan, dan dia memberi titah bahwa ia akan menyerahkan kekuasaannya jika bertemu dengan sosok yang bisa mengalahkannya.

Siapapun pasti ingin menjadi pemimpin, oleh karena itu para iblis berupaya semampu mungkin untuk menantang raja iblis untuk bertempur.

Apakah kalian tahu iblis?

Iblis adalah suatu makhluk yang memiliki kekuatan supranatural tinggi, mereka selalu mencari jalan sesat untuk membenarkan sesuatu kemudian menyeret orang lain untuk ikut ke dalam jalan hitamnya, suatu makhluk yang dibenci beberapa ras karena sifatnya yang perusak.

Banyak Venator  yang telah datang untuk membasmi keberadaan makhluk-makhluk dengan kekuatan mengerikan, akan tetapi banyak nyawa yang hilang karena perbedaan kekuatan yang tidak setara, tetapi terkadang juga iblis harus tetap waspada terhadap kemajuan kemampuan umat manusia.

Berhubung hari ini adalah hari pertama masuk bagi pemuda dan pemudi dari ras iblis, mereka semua masuk melalui pintu depan dengan membawa barang yang besar-besar.

Setelah memasuki pintu, para iblis akan disapa dengan patung gagah berani, patung itu membentuk sebuah pola dengan tinggi dua puluh kaki. Patung raja iblis. Selanjutnya adalah gedung yang bernuansa gelap, auranya seperti sel penjara, tetapi ini versi lebih layak huni.

Lebih terlihat suram lagi bahwasanya gedung ini berada di bawah tanah, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, juga tetap merahasiakan pergerakan mereka.

Mata mereka tidak dimanjakan dengan ornamen-ornamen indah berbahan emas ataupun hal-hal mewah yang sering mereka lihat di tempat biasa, karena sejauh mereka memandang mata hanya bisa mengorbit senjata-senjata yang dipakai oleh raja iblis dari yang versi kecil sampai versi jumbo, ada pula wujud-wujud perubahan raja iblis yang juga terekam jejaknya pada sebuah lukisan.

Ornamen gedung juga sangat simpel tetapi bernilai misterius, sangat cocok dengan tempat khusus iblis.

Iblis-iblis yang baru masuk digiring semakin masuk ke dalam ruangan yang bercahaya suram, nuansa mistik terasa mencolok, dan hawa dingin menerobos kulit.

Sedangkan di bagian terdalam bangunan di bawah tanah ini sudah terlihat banyak iblis yang berkumpul di beberapa sudut, berkumpul bersama beberapa iblis yang mereka kenal, atau menyendiri dengan membaca buku dan menulis sesuatu.

Fokus beberapa iblis tertuju pada sosok tinggi dengan rambut abu-abu, mata bulatnya itu sering menjadi salah paham karena terkadang terlihat polos dan terkadang terlihat tajam. Kelompok yang melingkar di tengah ruangan menjadi sorot yang berbeda dari kelompok lain, sebab mereka mempunyai wajah yang menawan, dan sedikit lebih ramai dari yang lain.

"Aku tidak menyangka kalian memiliki keinginan untuk bergabung di sini," kata seseorang yang berambut coklat keriting dengan wajah berbinar---dia adalah Byron Shun---yang membuat rekan-rekannya mengangguk antusias.

"Aku ingin buang-buang uang saja," respon yang lebih pucat dengan nama Ed Hideaki sambil tersenyum penuh kebahagiaan.

"Biar kelihatan keren dan gaul." Menarik rambut putihnya ke belakang, Gary Panahashi mempertontonkan keseksiannya yang membuat ia mendapat tonjokan maut dari pemuda yang tingginya tak seberapa.

Cade adalah pelakunya.

"Cih!" Berdecih keras, melihat Gary yang terlalu eksis membuat Cade ingin membuat wajah pemuda itu menjadi menjadi lenyap dalam hitungan detik.

"Dia ke sini dengan membawa anjing?" Pemuda tinggi memutar badan, matanya menatap tajam pada arah lain membuat rekan-rekannya ikut melihat apa dilihat Arden Grey.

Satu ruangan dibuat hening karena masuknya seorang pemuda tinggi berkulit putih susu, jangan lupakan tampilannya yang nyentrik, tak lupa dengan menggendong anjing putih, menjadi pemandangan sangat langka bagi mereka yang terdidik sebagai calon pemimpin.

Gary dan Cade tertawa terbahak-bahak, mata Ed menelisik sumber-sumber kekayaan pemuda serba nyentrik itu, sedangkan Arden hanya menatap datar dengan tubuh tetap berdiri tegap.

Tetap melangkah maju, wajahnya juga tak terlihat terganggu. Bukannya ia tidak merasakan apa yang terjadi di sekitarnya, ia tahu sekali kalau dirinya telah menjadi sumber fokus mereka, tetapi ia tegaskan bahwa ia tidak peduli dengan siapapun yang melihatnya saat ini.

Baginya di depan matanya, di bawah telapak kakinya, serta di sisi manapun tubuhnya adalah kekuasaan mutlaknya. Ia akan menjadi pimpinan dunia gelap dan membuat dunia takluk pada telapak kakinya. Maka dari itu tatapan dari beberapa orang kepadanya takkan memengaruhi mentalnya.

Ia sudah bertekad akan menang di sini!

Sampai ia berhadapan dengan pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya, ia menghentikan langkah, menatap iblis itu dingin. Dari jarak sedekat ini ia bisa melihat betapa tajam sorot mata hitam yang ditujukan dia padanya. Wajah oval pemuda itu berbanding terbalik dengan wajahnya yang cukup sedikit berisi.

Ia tidak tahu maksud tatapan datar itu, ia kembali melanjutkan langkah dengan mengusap lembut bulu anjing manisnya. Namun, kakinya terhenti ketika pemuda ras iblis yang menghadangnya tadi menanyakan namanya.

"Namamu?"

Melirik sebentar ke belakang, usapannya ke bulu dan anjingnya berhenti. "Kallen Megapenthes, kau?" Sebenarnya ia tak sudi menanyakan nama pemuda itu, tetapi mulutnya tanpa sadar mengatakan itu.

"Arden Grey,"

Mendecih pelan, kemudian kembali menggerakkan kaki, menjauhi seseorang yang mengaku namanya sebagai Arden. Ia menyudutkan diri di sudut aula, memeluk anjingnya dengan sayang.

Arden menatap kepergian iblis itu intens tanpa mengatakan apapun lagi.

Sedangkan para iblis yang mendengar nama iblis pembawa anjing putih itu langsung terbungkam. Nama itu familiar di otak mereka. Satu hal yang pasti, nama itu sudah musnah di bumi ini karena suatu hal mengerikan. Yang lebih mengerikannya lagi ialah adanya penerus dari marga yang sama yang sekarang berada di hadapan mereka semua.

Megaphentes. Entah hanya suatu kebetulan atau memang dia masih hidup sampai sekarang. Harapan yang mereka timbang setelah munculnya nama marga yang tak seharusnya ada adalah tidak ada hal mengerikan terjadi pada dunia ini, lagi.

"Aku yang akan menjadi raja iblis," kata Arden dengan nada rendah, tak lupa mata bulatnya menatap tajam pada sosok yang tengah duduk di sudut lain ruangan.


28 Juni 2022,

Ersann.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top