14 : Persiapan Latihan

"Kau tahu sejarah manusia dan iblis tidak?"
.
.
.

Pohon pinus menjulang tinggi bukan berarti tidak bisa untuk ditanjaki. Seorang pemuda tampan berambut hitam sebahu, dengan jubah hitam yang dipakainya terlihat gagah, pemuda itu duduk di cabang pohon pinus. Ia duduk di ketinggian lebih dari sepuluh meter, akan tetapi dirinya tak memiliki rasa takut akan jatuh.

Jubah hitam yang ia kenakan berkibar-kibar bak bendera, terpaan angin yang sangat kuat membuat jubahnya mengikuti alur yang dibuat angin. Sorot hitam gagaknya menyapa awang-awang yang tak bisa disentuh, menatap teduh langit yang telah meredupkan cahaya matahari.

Menghadap barat saat ini bukanlah hal buruk, karena lukisan agung dari dunia telah terlihat jelas. Pandangan Jeri lurus ke depan, menyorot sinar matahari, mengamati warna indah senja hari yang diciptakan matahari yang akan berpulang.

Sesekali matanya mengikuti arah burung yang terbang cepat.

"Chck," berdecak pelan, matanya melirik kepada burung merpati hitam yang baru saja melewati dirinya.

Menundukkan kepala. Jeri merasakan ada pergerakan seseorang di bawahnya.

"Oh, kau di sana ternyata!"

"Jeri, kamu jadi melatih Kart, kan?"

Netranya bergeser ke bawah, menatap pemuda berambut hitam panjang yang dikuncir tengah, serta seorang gadis berambut putih panjang ditambah memakai dress berwarna biru. Mengembuskan napas sedikit berat, sekilas ia menatap semburat oren di langit bagian barat, menikmati untuk sementara keindahan langit senja.

Entah sudah berapa lama ia berada di sini, duduk menyendiri di atas pohon pinus, yang pasti sejak tadi setelah mengantar Kartel ke rumah sampai senja ini ia tidak pergi dari pohon pinus yang biasa ia duduki ketika ia ingin menyendiri.

Dalam sekali hitung, Jeri melompat ke bawah. Kepalanya berada di bawah, dan kakinya ada di atas, jubahnya terbawa angin menuju atas. Jeri meluncur ke bawah dengan kecepatan penuh, melintasi batang pohon pinus yang cukup kasar. Tidak, ketua tim itu tidak sedang melakukan bunuh diri, ia hanya turun dengan melakukan hal yang paling biasa para orang sakti lakukan.

Sebelum kepalanya membentur tanah, ia mengubah arah turunnya, sehingga saat ia mendarat kedua kakinya dahulu yang menyentuh tanah. Jeri berhasil mendarat dengan berdiri tegap di depan Viktor dan Oliver. Jubahnya bergerak kasar karena baru saja diajak melakukan hal ekstrem oleh Jeri.

Kelamnya mata Jeri menatap Viktor. "Di mana Aldane?" Biasanya pemuda yang suka memakai pakaian jubah berwarna hijau gelap itu selalu bersama boneka kekuatannya, di manapun dan kapanpun Aldane dengan Viktor tak bisa dipisahkan.

Viktor tersenyum misterius, bahkan sorot matanya terlihat licik, rencana sudah terpatri di otak cerdiknya itu.

Baik Oliver maupun Jeri telah menduga akan terjadinya hal-hal konyol yang akan dilakukan manusia penyuka tempur itu.

Telapak tangan Viktor saling bertepuk kemudian mengusap lembut, wajahnya kian memperlihatkan kesadisan. "Aku butuh energi lebih, jadi Aldane aku istirahatkan. Jeri, biarkan aku yang mengetes kekuatan Kart, aku ingin tahu seberapa kuat alat milik Tuan Jakob."

Tepat sasaran, Jeri menatap jenuh Viktor tetapi ia mengangguk mengiyakan, ia tak sampai hati untuk menolak wajah penuh keinginan Viktor.

Meloncat pelan, Viktor merasa girang sampai wajahnya berseri-seri. Telah lama setelah beberapa bulan terlewatkan, Viktor baru berseri-seri seperti itu, karena setahun lebih ini mereka semua dibuat stres karena pemburuan iblis yang semakin sulit.

"Semoga kamu tidak mendapat imbas yang buruk," harap Oliver yang diaminkan Jeri dalam hati. Gadis cantik itu menunjukkan senyum lebar, memunculkan aura cantiknya sehingga Viktor salah tingkah dengan hal itu.

Viktor berdehem. "Kan ada Jeri." Daripada ia ketahuan tengah bersemu dan salah tingkah, lebih baik mengalihkan pembicaraan secepat mungkin.

Jeri hanya mendengus dirinya dijadikan sasaran. Biasanya Viktor akan berlagak sombong dengan mengatakan dirinya lebih kuat dari siapapun, tapi hari ini ia paham kalau pemuda itu tengah salah tingkah karena ulah Oliver.

Jeri diam-diam begini mengamati teman-temannya dengan jeli, ia juga sadar bahwa Viktor mencintai Oliver.

Akan tetapi, Jeri juga sadar kalau Oliver mencintainya.

Tidak ada tanggapan darinya tentang rasa yang disimpan gadis itu padanya, meskipun demikian, ia membiarkan gadis itu bertingkah seperti biasanya. Setiap manusia berhak mencintai siapapun, Jeri hanya tak ingin melukai hati siapapun, jadi selama Oliver tidak terlalu jauh dalam mencintai dirinya maka ia takkan menghindari gadis itu.

"Jangan sampai kau mati!"

Mulut Viktor terbuka, matanya melotot lebar, ia ingin mengucapkan sesuatu tetapi apa yang ingin ia ucapkan terasa bingung untuk ia keluarkan.

Kakinya mengejar langkah Jeri yang berjalan berdampingan dengan Oliver. "Hey! Kenapa kau berbicara seperti Theo saja! Jeri!"

Sudah menjadi rahasia umum kalau Theo, lelaki berambut pirang ikal panjang itu suka sekali menarik emosi orang lain, dan hari ini Jeri melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Theo setiap harinya. Jelas Viktor tak terima kalau ketuanya meniru kelakuan buruk milik rekannya yang aneh itu.

"Jangan menyebalkan seperti itu! Diri ini tak kuat menahan hasrat ingin memakimu."

Jeri menanggapi ocehan Viktor dengan lirikan mata, seketika pemuda yang sejak tadi berbicara, pelan-pelan memelankan volume suaranya hingga Viktor berhenti mengoceh.

Rusa-rusa yang bertempat tinggal di dalam hutan pinus, menunjukkan diri dari balik pohon, mereka tampak ketakutan hingga berlindung di balik pohon. Mungkin karena ucapan Viktor yang menggelora, hewan-hewan di sekitar hutan merasa terancam.

"Viktor segera ambil Aldane, aku akan memanggil Kart dan yang lain, lalu Jeri kamu tunggu di halaman saja," perintah Oliver yang langsung diiyakan oleh dua manusia tampan yang berjalan mengapitnya.

Viktor segera melangkah cepat untuk pulang dengan diikuti Oliver dari belakang, sedangkan Jeri masih melangkah santai dengan mata yang menatap siluet punggung dua temannya yang telah menjauh. Harapnya, setelah ini---setelah iblis berhasil dimusnahkan, mereka akan terus bersama menjalankan hari lebih baik lagi dari ini.

Berhasil di depan halaman, Jeri mengambil duduk di bawah pohon maple. Daun warna merah berjatuhan, gugur menyentuh tanah, dan semua pergerakan jatuhnya daun maple itu tak luput dari pandangan Jeri.

Menarik napas kemudian membuangnya pelan, kepalanya ia senderkan ke pohon kuat itu, kemudian Jeri menutup mata menikmati bagaimana angin menerpa permukaan kulit wajahnya.

Di bawah pohon inilah tim Black Wolf pertama kali berkumpul, saling berkenalan kemudian saling memahami. Di bawah pohon ini juga pernah terjadi perkelahian hebat untuk pertama kalinya antara Fried, Viktor, Theo, dan Rafe karena kesalahpahaman.

Menyenderkan punggung di pohon. Mata Jeri menatap seluruh permukaan halaman rumah. Sangat luas ukuran halaman ini, hingga Fried mampu membuat ladang stroberi di setiap pinggiran halaman, juga ada enam pohon maple yang memutari halaman, di sudut timur halaman ada taman bunga yang dibuat oleh Viktor khusus hobi bertaman Oliver juga Aldane.

"Beneran yang melatih Kart adalah Viktor?" Suara Rafe terdengar tidak percaya.

"Huh? Kupikir Jeri, karena Kart dipercayakan kepada Jeri," sahut Daniel.

"Kartel dipercayakan kepada tim kita, jadi siapapun bisa melatih Kart," ucap Len bijak.

"Aku ingin dilatih Jeri bukan Viktor!" seruan tak terima Kartel ikut terdengar.

"Tidak apa-apa, nanti kau akan dilatih Jeri, sekarang terima saja pelatihan dari Viktor. Lagi pula Viktor mungkin cocok dengan kekuatanmu, dan Jeri yang mengawasi pelatihan," tegas Carl.

Kartel mendengus tidak suka, tetapi ia tetap mengangguk.

"Intinya, kau, Kart, harus bisa mengontrol sihirmu sebelum minggu depan kita ke markas untuk menerima misi baru," suruh Theo sadis.

"Aku menunggu melawanmu dalam pelatihan ini, akan kubakar habis kepalamu." Ambisi Fried untuk menghabisi Kartel sangat menyudutkan pemuda yang baru saja menjadi bagian dari tim Black Wolf.

Aaric mendengus pelan, "Kita bertemu mereka lagi." Kemudian ia berjalan mendekati Jeri yang duduk di bawah pohon maple.

Qenan terkekeh, ia tahu kalau Aaric dan Jeri memiliki dendam pribadi dengan tim yang lain, meskipun begitu ia sendiri juga merasa tidak suka dengan tim senior. Terkejut saat Daniel tiba-tiba merangkul bahunya, hampir saja ia memaki Daniel jika pemuda itu tidak meminta maaf terlebih dahulu.

"Hoy, aku dan Aldane telah siap!"

Mereka yang sedang berjalan beriringan mendekati Jeri dan Aaric yang berada di bawah pohon maple, langsung menatap Viktor yang tengah berlari dengan menggendong Aldane.

Wajah Viktor itu sangat bahagia, sampai sinar dari kebahagiaannya menyilaukan mata mereka. Senja hari ini ditutup dengan kembalinya semangat Viktor serta wajah sangar Fried yang memiliki dendam kepada Kartel.

29 Juni 2022,

Ersann.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top