Written - ToVier

Terkadang, sesuatuyang tertulis adalah salah satu cara Takdir memberitahu bagaimana dirinyabekerja.

By Healerellik

Vier melirik ke sekelilingnya sebelum mengempaskan tubuh di salah satu bangku penonton. Menaikkan salah satu kaki di atas yang lain, Vier pun memangku wajah. Menatap penuh minat pada para pemain yang mulai memasuki lapangan.

Teriakan menggema bersahutan dengan tanda permainan dimulai. Vier memusatkan perhatiannya kepada para pemain di kedua sisi, memicingkan mata guna mengingat pasti rupa setiap pemilik nomor punggung, sebelum lirikannya teralih pada sebuah guratan di lengan kirinya. Sebuah tulisan cursive yang terbaca jelas jika diperhatikan dengan seksama.

Pertandingan voli kali ini harus aku menangkan!

Vier hanya menahan senyum melihat tulisan yang baginya penuh semangat membara itu. Tulisan itu juga yang membuatnya meluangkan waktu guna menonton pertandingan voli untuk seleksi tingkat distrik tersebut. Hari ini hanya ada pertandingan final, antara SMA Karasuno melawan Akademi Shiratorizawa. Membuat perempuan berambut perak itu yakin dia akan menemukan soulmate-nya di antara belasan pemain di bawah sana.

Entah sejak kapan adanya, tetapi sebuah fenomena aneh mulai bermunculan di antara manusia, terutama para remaja. Fenomena itu disebut "Written", karena kejadiannya berupa munculnya tulisan cursive di lengan kiri yang bersangkutan. Konon katanya, apapun yang tertulis di sana adalah emosi terkuat dari soulmate pemilik lengan pada saat tertentu, sehingga akan berubah seiring waktu. Jika sesama soulmate bertemu, maka tulisan itu akan berubah menjadi nama satu sama lain dan tidak akan hilang. Menjadi abadi, sama seperti sebuah perasaan yang langsung terjalin saat itu juga.

Awalnya Vier tidak mempercayai itu, tetapi begitu sebuah kalimat "Hari ini latihan voli sangat melelahkan" muncul mendadak di lengannya, saat itu juga rasa penasarannya membuncah. Ingin mengetahui siapa pemilik perasaan nan asing tersebut, sekaligus ingin mengetahui perasaan apa saja yang dia sampaikan di lengan si lawan.

"Dasar maniak voli," adalah sesuatu yang selalu Vier gumamkan setiap tulisan cursive tersebut berubah. Sebab dia menyadari bahwa semua tulisan di lengannya tidak jauh dari olahraga bola besar itu, membuat Vier menarik kesimpulan; soulmate-nya adalah seorang atlit voli.

Berbekal informasi dari Written, Vier sampai di titik ini. Jika perkiraannya tepat, si "Maniak Voli" ada di antara pemain Karasuno. Namun, bisa jadi dia salah, kan? Jadi dia berharap bahwa akan ada tulisan lain yang memberikan petunjuk baru baginya.

Karena itu, manik violet kemerahan itu pun kembali fokus ke lapangan.

*****

Gemuruh penonton memenuhi tribun begitu bola telak mengenai wajah pemain Karasuno bernomor punggung 11 di paruh akhir permainan. Servis dari pemain nomor 1 Shiratorizawa sejak awal memang mengerikan, tak ayal membuat para blocker Karasuno kewalahan olehnya. Namun, daripada itu, yang membuat Vier mengerjapkan mata adalah lengan kirinya yang meremang. Sebuah tulisan baru terbentuk.

Lenganku sakit! Rasanya seperti akan patah! Tapi aku tidak boleh mundur sekarang!

Tulisan itu muncul ketika bola dari Shiratorizawa gagal dihadang oleh 3 blocker Karasuno, yang untungnya ditahan oleh pemain nomor 9 mereka. Lagi, perasaan aneh memenuhi dada Vier dengan kuat.

'Apakah dia orangnya? Pemain nomor sembilan ya ...'

Begitu kuatnya hingga tatapan pemilik surai keperakan itu hanya tertuju pada pemain berseragam hitam-oranye dengan nomor 9 di punggungnya.

*****

Suasana stadion hening sejenak sebelum tertelan oleh euforia kala Karasuno akhirnya mencetak angka 21 di papan skor. Pihak Shiratorizawa yang tidak percaya dengan kekalahan mereka, serta tangisan dari pihak Karasuno itu sendiri menjadi highlight yang begitu berbeda. Bertahan hingga semua pemain memberikan penghormatan kepada satu sama lain dari pinggir lapangan.

Vier tertawa kecil melihat lengannya yang memberikan tulisan abstrak berupa huruf yang tersusun acak. Apakah saking senangnya dia memenangkan pertandingan kali ini hingga perasaan si nomor 9 sulit dituliskan? Yang jelas, Vier juga merasa senang untuknya.

Membawa perasaan bangga setelah upacara penutupan berakhir, Vier pun beranjak dari bangkunya.

*****

"Hei, jangan lupa Pelatih Ukai akan mentraktir kita!"

Teriakan itu disambut teriakan penuh semangat dari lainnya. Tapi tidak membuat Tobio mengalihkan fokus dari lengannya. Sejak upacara penutupan berakhir, manik biru gelap itu terpusat kepada kalimat yang muncul.

Keren sekali dia!

Haha, wajahnya terlihat lucu kala mengajak si rambut oranye berbicara dengan nomor 1 Shiratorizawa.

Permainan yang hebat! Aku bangga padamu, Nomor Sembilan!

"Jadi, dia menontonku? Dia sudah tahu siapa aku?" gumam Tobio heran sekaligus kesal karena dia tidak mengetahui apapun tentang soulmate-nya, sementara identitasnya sendiri sudah diketahui.

"Kageyamaaa! Kalau tidak cepat, kau akan kami tinggal lho!!"

"Berisik, Boke!"

Teriakan Hinata menyadarkan Tobio bahwa hanya tersisa dirinya yang ada di ruang tunggu. Maka dia pun segera mengemasi barang-barangnya, mengangkat tas, lantas meninggalkan ruangan tersebut yang pintunya dia tutup sedikit kasar.

Saat berlari menuju rombongan timnya, Tobio memicing menyadari ada sosok perempuan yang berdiri di jalannya. Seolah menunggu Tobio sendiri. Rambut peraknya yang bermandikan cahaya senja menimbulkan sebuah ilusi yang membuat langkah bungsu Kageyama melambat. Sebelum akhirnya berhenti di depan perempuan itu.

Keduanya tidak berbicara. Hanya saling menatap. Biru gelap mengunci violet kemerahan. Hingga kedua pasang mata itu pun serentak memicing begitu rasa seolah disetrum menjalar di lengan kiri mereka.

"Tobio."

"Vier."

Ucapan mereka yang membaca bersamaan tulisan di lengan masing-masing sontak membuat keduanya bertatapan kembali. Tatapan baru yang diiringi oleh detak asing, tapi terasa nyaman.

Sepasang nama tersebut membuat cerita mereka mulai dituliskan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top