Untold - SenAi

Diam-diam rasa ituada, tapi tak terucap.

by cheesecakebox

"Senkuu-san."

Seorang hawa memanggil, membuat Ishigami Senkuu menoleh dan mendapati perempuan pemilik mahkota hitam berjalan menghampiri.

"Oh, hai," jawabnya lalu kembali pada batu yang baru saja dia ambil dari sungai. Rasa penasarannya semakin tinggi ketika melihat keanehan dari kumpulan mineral tersebut, bahkan ia tak ingin diganggu sama sekali—Ainawa juga mendengarnya. Katanya, Senkuu tidak mau dikacau karena satu dan lain hal tetapi hawa itu tak tahu apa.

Ainawa juga merasa menjadi tumbal, mengingat dia dipinta untuk menghampiri Senkuu di pinggir sungai. Takut dimakan siluman air kata teman-temannya, yah walau rasanya tidak mungkin mengingat seberapa kuat sang adam. Boleh jadi siluman itu yang dimakan Senkuu.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Ainawa berinisiatif melontar pertanyaan setelah mengambil posisi—duduk di samping sang lelaki. Dari kacamatanya ia dapat melihat Senkuu asik pada dua batu berukuran besar di tangan. Baginya dua benda itu hanya batu biasa, tapi bagi Senkuu bisa menjadi hal luar biasa. Walau tadinya Ainawa tidak mengerti jalan pikir lelaki tersebut, tetapi lama kelamaan dekat membuatnya paham kalau semua yang dilihatnya akan menjadi "penemuan" besar. Kalau batu ... ya, tidak ada yang tahu.

"Tidak, hanya melihat-lihat," Senkuu menjawab cuek tanpa sedikit pun menoleh pada sang hawa. Pada dasarnya memang mereka tak saling mencintai, menjalin hubungan karena terpaksa dan Ainawa paham akan hal tersebut. Sudah biasa menyimpan rasa pedih seperti itu, jikalau diabaikan oleh lelaki yang berstatus sebagai "suami" ini secara resmi, dia bisa menyembunyikannya. Saat mendengar jawaban sang lelaki pun, Ainawa mengangguk paham dan tidak berniat untuk bertanya lebih jauh—walau sebenarnya ia penasaran, bukan sebagai seorang "istri" tapi "partner kerja". Namun, jika dilihat-lihat ...

Wajah serius Senkuu benar-benar membuat Ainawa terpana.

Refleks ia menepuk pipinya sendiri—hampir membuat kacamatanya terpental dari wajah—membuat Senkuu terlonjak kaget, mengernyit dan menatap perempuan di sisinya bingung.

"Kau kenapa heh?" tanyanya. "Nyamuk?"

Pipi merah Ainawa menjadi bukti bahwa tamparannya begitu keras, bahkan Senkuu saja terkejut saat mendengar suaranya. Pihak yang ditanya menggeleng cepat, menggaruk pipi canggung dan menjawab kikuk, "T-Tidak, maaf sudah mengganggumu, Senkuu-san."

"Yah, memang agak mengganggu, sih." Senkuu berucap, meletakkan batu di dalam keranjang lalu mengambil botol kecil—yang kemungkinan adalah lotion—dan berhadapan dengan Ainawa. "Berikan tanganmu."

"Eh?"

Terdengar decakan dari sang lelaki, spontan ia menarik tangan Ainawa, menyingkap lengan hoodie yang dikenakan si hawa lalu menuangkan lotion beraroma sereh ke tangan Ainawa. Wanita berambut hitam itu tersentak saat Senkuu meratakan lotion anti nyamuk ke tangannya, membuatnya ingin sekali menarik anggota tubuhnya karena bersentuhan dengan sang lelaki.

Setelah kedua tangannya sudah dibaluri lotion, Senkuu menuangkannya lagi ke telapak tangannya lalu menggosoknya dan menempelkan kedua tangannya ke pipi Ainawa. Ia dapat merasa rasa panas dari pipi sang wanita—lebih tepatnya karena bekas tamparan tadi—membuat Ainawa bersemu merah karena jarak mereka begitu dekat.

"A-Anu ... Senkuu-san—"

"Aku memberimu ini di wajahmu biar gak digigit nyamuk." Ia menjawab, memotong ucapan Ainawa.

"M ... Memangnya boleh dipakai di wajah?"

"Kenapa tidak boleh?" Senkuu bertanya lagi, mengusap pipinya guna telapak tangan yang masih tersisa lotion. "Biasa kupakai juga di wajah, kayak skincare. Sejuk."

"Gak boleh," Ainawa merespon, spontan memegang kedua tangan Senkuu agar sang lelaki tak menyentuh wajahnya lagi. "Kulit wajah tipis, kau tidak bisa memakai sesuatu sembarangan di wajahmu."

"Mau bagaimanapun wajahku kayaknya kau tetap menempel denganku deh." Sang lelaki menjawab, menurunkan tangannya yang masih digenggam Ainawa. "Sebagai partner."

Tadinya Ainawa ingin senang, tetapi mendengar tambahan dari Senkuu membuat perasaannya kembali menciut. Memang, apa yang diharapkan dari pernikahan tanpa tujuan?

Walau sebenarnya, Senkuu malu mengatakannya. Tentu ia ingin Ainawa menjadi partner sehidup semati, bukan sekadar partner meneliti. Biarlah, lambat laun dia akan mengatakannya lagi ... sembari membawa cincin yang dibuatnya dari batu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top