Third Wheel - OliRhi

THIRD WHEEL
[OliRhi]

Terkadang yang tidak terlihat itu turut melihat, katanya.

by HeairaTetsuya

"Cupcake! Popcorn-nya sudah siap!"

Suara Oliver terdengar menggema dari ruang dapur, seiring dengan harum khas biji jagung mengembang yang menyeruak berasal dari tempat yang sama. Tak lama, terdengar balasan Rhizu yang mengatakan bahwa tempat mereka juga sudah siap.

"Kau sudah menentukan filmnya?" tanya Oliver begitu kembali ke kamar mereka. Tangannya membawa nampan berisikan dua minuman kaleng dan semangkok besar popcorn yang menggunung. Lawannya mengangguk, tapi menggeleng tak sampai satu detik kemudian.

"Belum ya?"

"Aku bingung. Kurasa kita sudah menonton semua series dan belum ada lagi film terbaru."

'Ayolah. Satu film saja. Jarang-jarang Ollie mau mengalah seperti ini. Aku tidak boleh menyia-nyiakannya,' pikir Rhizu seraya terus mengganti channel.

"Well, mungkin akhir-akhir ini jarang yang melirik genre film kesukaanmu itu? Secara pembuatannya ribet sekali," kata Oliver seraya mengambil tempat di sisi Rhizu. Tangan lelaki itu menyelip ke belakang, lalu merengkuh pinggang Rhizu dengan erat. Si empunya kaget sebentar, sebelum kembali fokus pada televisi di depan mereka.

Malam ini mereka berencana untuk menonton film bersama. Hal yang sedikit jarang mereka lakukan, mengingat Oliver lebih suka mengajak Rhizu keluar rumah untuk menghabiskan waktu. Namun, karena hari ini "klinik" mereka begitu ramai, jadi mau tidak mau mereka harus sedikit lembur, berujung pada keduanya yang mengalami insomnia dan memutuskan untuk me time berdua seperti itu.

"Ollie, kau tidak masalah kan jika kita me-rewatch saja?" lirih Rhizu sendu.

"Iya, tidak apa-apa, Cupcake. Kita rewatch film favoritmu saja," jawab Oliver segera. Di matanya, telinga dan ekor kucing milik Rhizu yang dia sembunyikan berubah. Yang semula lesu menjadi tegak dan bergerak antusias.

'Cupcake-ku manis sekali, argh!'

Jadilah mereka menonton ulang film kesukaan Rhizu. Seraya menatap layar yang mulai menampilkan adegan pembuka, Rhizu pun menyandarkan bahunya pada Oliver. Lawannya hanya melirik sebentar, sebelum turut menimpa kepalanya pada milik sang istri.

Tak terasa, waktu berjalan demikian cepat kala mereka berdua terhanyut ke dalam tontonan itu. Kini mereka ada di pertengahan film. Namun, sepertinya Oliver tidak bisa lagi menikmatinya. Bukan karena bosan, melainkan karena gangguan dari pihak luar. Dapat dia rasakan sebuah energi yang terpusat pada Rhizu, berasal dari jendela kamar yang terhubung dengan kebun mereka.

Awalnya dia tidak mempermasalahkannya, karena energi itu memang sudah ada di tempat yang sama sejak beberapa hari lalu. Namun, makin ke sini rasanya energi itu kian memburuk. Memburuk dalam artian yang sangat tidak Oliver sukai.

Bila diumpamakan, seperti ada lelaki asing yang menatap mesum pada Rhizu-nya.

"Biarkan saja. Lagipula mereka tidak akan bisa masuk ke sini. Kau kan sudah memperbaharui pelindung rumah ini tadi sore, kan? Makanya mereka cuma diam di sana," celetuk Rhizu dengan mata yang masih terfokus pada film. Dia sepertinya menyadari juga apa yang membuat Oliver gelisah sedari tadi.

"Bukan seperti itu, Cupcake," desah Oliver kesal, "mereka sepertinya tertarik karena energi roh kucing yang kau punya dan mengira kalian itu sama. Makanya mereka merasa kau itu bisa diambil, lalu dibawa ke dunianya."

Rhizu seketika mendongak mendengar itu. Di matanya, kini Oliver tengah merajuk. Bibirnya yang mengerucut begitu serasi dengan alisnya yang mencuram. Begitu kentara bahwa lelaki itu tengah cemburu. Membuat Rhizu memiliki niat iseng.

"Sudahlah. Ollie fokus ke filmnya lagi ya?" bujuk Rhizu. Oliver mendengkus sedikit, sebelum mulai rileks kembali. 'Lagipula ini sudah larut malam,' pikirnya. Di satu sisi, Rhizu bisa merasakan tangan di pinggangnya kian memeluknya erat.

Namun, tidak sampai 10 menit dari itu, emosi Oliver kembali memuncak. Bagaimana tidak? Energi itu kian memadat, lalu mulai mengambil bentuk rupa. Sepertinya mereka benar-benar mencari mati begitu mewujudkan diri dalam bentuk lelaki tinggi dengan sorot mata yang menatap tajam pada Rhizu. Persis seperti yang Oliver bayangkan sebelumnya.

"Enough with this shit."

Rhizu tidak bisa menahan lelakinya yang segera bangkit dari tempat mereka. Dapat dia rasakan amarah yang menguar, seiring dengan Oliver yang kian dekat dengan energi itu. Dipikir-pikir, apa yang Oliver katakan tentang energi yang tertarik padanya itu benar juga. Karena dia sekarang bisa melihat dengan jelas sosok lelaki yang menatapnya dengan mata menyalang. Seolah predator yang menemukan mangsa.

Selanjutnya adalah sesuatu yang bisa dipastikan akan terjadi. Oliver pun memurnikan sosok tersebut dengan energinya sendiri. Walau sepertinya sedikit berlebihan, mengingat yang semacam itu biasanya akan musnah secara perlahan seperti kabut setelahnya. Namun, tidak dengan kali ini. Sosok itu segera menghilang begitu sebuah api berwarna biru keputihan membakar dirinya. Rhizu yang melihat itu menjadi sedikit takut.

Karena tahu hal yang seperti itu amat jarang Oliver lakukan.

"Nah, sekarang si Berengsek itu sudah pergi." Oliver menepukkan kedua tangannya, seperti membersihkan sesuatu. Dia berbalik, menatap lembut pada Rhizu yang meringkuk di atas kasur. Senyumnya yang melebar itu justru membuat detak jantung Rhizu kian kencang.

"Jadi tidak akan ada yang berani mengganggu Cupcake-ku lagi, kan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top