Tease - SenAi

Ia tak akan berhenti menggoda–karena menyukai reaksi gadis itu.

By Wizardcookie

Menulis laporan tidaklah menyenangkan, terlebih jika kau sedang menulis laporan dengan deadline di depan mata tetapi terus-terusan diganggu oleh makhluk (yang sebenarnya) tak ingin kau lihat. Berkali-kali Ainawa salah-salah menulis laporannya, beberapa kali ia mendecak setiap menghapus dan mengulang kesalahan yang sama, juga kekehan yang ia terima begitu dekat di telinganya. Jika saja dia tak dipepet tenggat waktu, Ainawa benar-benar ingin menjambak rambut putih-hijau milik lelaki tersebut sekuat tenaga sampai ke akar-akar.

"Bisa tidak kau jangan menggangguku?" Perempuan berambut hitam pekat itu berucap ketus. Tak terhitung ia menaikkan kacamatanya yang selalu melorot (menambah kekesalannya dan semakin menjadi) tetapi pihak yang diperingatkan tak menghiraukan–menopang pipi dan menyungging seringai di wajahnya. Tentu, senyum itu membuat perempatan kecil muncul di pipi Ainawa–rasanya ingin menonjok lelaki tersebut detik ini.

"Bukannya kau ada deadline? Kenapa masih sibuk menghiraukanku?"

"Bagaimana–" Suara Ainawa meninggi, ia lalu terdiam sejenak lalu menghembus napas kasar. "Bagaimana bisa aku fokus pada laporanku jika kau terus mengganggu? Kau sadar diri tidak sih?"

"Tidak."

Benar-benar deh.

"Kalau kau terusik, kau bisa mengabaikanku 'kan?" Senkuu bertanya, mengangkat kedua bahu tak acuh–benar-benar membuat Ainawa hampir hipertensi sewaktu-waktu tak dapat mengendalikan emosi.

Jika bertanya apa yang membuat Ainawa terganggu, lelaki itu terus-terusan menggoda dengan kata-kata yang membuat telinganya panas. Setiap kata yang masuk ke telinganya, memupuk dendam pada Senkuu untuk menghajarnya saat itu juga. Namun, apalah daya tangannya masih setia memegang pena dan memikirkan kata-kata pada laporan. Meski tak dapat dipungkiri, kata-kata yang terucap dari bibir Senkuu sering membuatnya menulis kembali apa yang disebut pada kertas di hadapan. Wajar saja Ainawa sampai mendesah kesal bahkan mengulang penulisan, sialnya Senkuu hanya tertawa mengejek di kala gadis itu sedang susah payah menyelesaikan pekerjaannya.

"Kalau kau tidak ada kontribusi apapun mending tidur sana," titah Ainawa, menggerakan kepalanya–menunjuk kasur. Namun, bukan Senkuu namanya yang langsung menuruti perkataan seorang gadis yang masih ingin ia goda.

"Oh, ide bagus," Senkuu menjentikkan jari. "Ayo tidur sama-sama."

"Gila!" Gadis itu berseru, mendorong Senkuu yang mulai mendekatinya. Pendingin ruangan saat ini tak bekerja maksimal, entah karena mesinnya yang rusak atau Ainawa yang kepanasan karena terus-terusan digoda sang lelaki. Yah, walau alasan lain otaknya mulai panas karena terlalu bekerja keras untuk menghindari kata-kata Senkuu, mengabaikan keberadaan sang lelaki, juga menahan amarah agar tidak meledak di hadapan lelaki sawi tersebut.

"Ah, kau marah-marah terus padahal mau 'kan?"

"Banyak omong, laporanku belum selesai."

Senkuu menopang dagu, menatap gadis di hadapan dan menepuk puncak kepala Ainawa. "Kau cinta padaku 'kan?"

Pertanyaan itu tidak membuat Ainawa sadar karena fokusnya terkunci pada laporan. Padahal apa yang ditanyakan Senkuu termasuk menggodanya juga. "Ya ya, aku cinta padamu," Ainawa membalas, masih belum paham dengan pertanyaan sang lelaki.

"Yeah, I love me too." Lelaki itu menjawab diiringi senyum mengejek. Ainawa yang baru menyadari pertanyaan Senkuu kembali kesal, walau tadinya sempat malu (juga sedikit geli) saat sadar dengan ucapan adam tersebut.

Ia mendelik pada lawan bicaranya, "Setan, aku membencimu."

"Bercanda~" ucap Senkuu sembari mengibas tangan. "Aku juga mencintaimu, Ainawa." Wajahnya mendekat pada sang gadis, dimana semburat merah muncul di pipi Ainawa tanpa permisi. "Aku akan menunggumu selesai menulis laporan karena kau tahu–" Ia menyungging seringai. "Aku benar-benar ingin tidur denganmu." 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top