Tease - ErnestOcha

Bagi Ernesto, ekspresi dan reaksi Ocha setiapkali mereka berinteraksi, adalah harta yang berharga.

By RainAlexi123

"Dokter, ini adalah rekam medis pasien yang akan Anda periksa hari ini."

"Terima kasih, Warfarin. Letakkan saja berkasnya di meja."

Warfarin, perempuan dengan penampilan albino itu hanya bisa menghela napas saat melihat atasannya merespons tanpa menoleh ke arahnya. Sang dokter sendiri tampak fokus dengan laptopnya, mengetik dengan cepat seolah dirinya sedang dikejar hantu.

"Dokter Ocha."

"Aku sudah mendengarmu pertama kali Warfarin, jadwal pemeriksaan pasien pertama itu jam 10 kan? Aku akan siap sebelum itu."

Warfarin mau tak mau tersenyum mendengar respons Ocha, sebelum akhirnya berjalan keluar dari ruangan Ocha. Begitulah keseharian Ocha di Rumah Sakit Rhodes Island. Sebagai salah satu dokter yang bekerja di sana, Ocha sudah terbiasa menghadapi tumpukan pekerjaan dan pasien. Namun itu tak membuat Ocha menunda-nunda pekerjaannya, hingga dirinya dianggap sebagai salah satu orang penting di rumah sakit.

Oleh karena itu juga kini dirinya sedang berkutik dengan laporan tentang perawatan pasien yang harus dia presentasikan saat rapat dengan petinggi rumah sakit nanti sore.

"Dan selesai!" ucap Ocha saat dirinya menekan tombol save.

Sang perempuan meregangkan kedua tangannya lalu menghela napas panjang. Tangan kanannya kemudian berpindah ke pundaknya, meremas bagian yang terasa kaku tersebut. Iris birunya kini berpindah ke meja kerjanya yang lain, mendapati terdapat segelas kopi berada di samping rekam medis pasiennya.

'Apa Warfarin membawanya bersama rekam medis pasien?' batin Ocha mengambil minuman tersebut.

Perhatiannya berpindah ke kertas kecil yang berada di bawah gelas saat Ocha mengangkat gelasnya.

[In case you'll fall asleep when meeting later.]

Dengus tawa keluar dari mulut Ocha saat dia selesai membacanya, dengan tulisan tangan serapi ini dan kiriman segelas kopi, Ocha sudah tahu siapa pengirim pesannya: salah satu rekan sejawatnya, juga pemilik kafe yang membuat kopi yang sedang Ocha nikmati mengingat rekannya yang satu itu sangat terobsesi dengan kopi. Ocha sendiri hanya bisa menggeleng pelan, sebelum akhirnya tangan kanannya mengambil rekam medis pasien yang akan dia periksa hari itu, dengan tangan kirinya memegang minumannya.

[][][]

Suara pintu ruangannya yang terbuka sukses menyadarkan Ocha dari konsentrasinya membaca rekam medis ketujuhnya.

'Aku yakin masih ada waktu setengah jam sebelum jadwal pemeriksaan,' batin Ocha melihat jam tangannya, dan benar saja jamnya masih menunjukkan pukul 09.30.

"Siapa—"

"Kau melupakan ini di meja ruang tamu kita."

Baru saja Ocha memutar kursi kerjanya, dirinya dihadapkan oleh map merah. Perlu beberapa saat bagi Ocha untuk mencerna informasi, sebelum akhirnya dirinya berdiri dengan tiba-tiba dan menyambar map tersebut.

"Ah! Rangkuman bulan lalu!" sahut Ocha menatap map dan si pengirim bergantian, "terima kasih sudah mengantarkannya ke rumah sakit, Ernesto."

"Anything for you."

"Tak biasanya kau mengantar barangku sendiri, biasanya kau menitipkannya pada satpam," komentar Ocha meletakkan map merah tersebut di atas laptopnya yang sudah dia tutup.

"Aku ingat jadwal kerjamu dimulai jam 10, jadi aku langsung ke ruanganmu," jelas Ernesto melihat ruangan Ocha.

Alis Ernesto mengerut khawatir melihat banyaknya pekerjaan Ocha, sebelum akhirnya sang laki-laki menoleh ke arah Ocha lalu mengelus pipi sang perempuan. Jarinya tampak mengelus bagian bawah mata Ocha dengan lembut.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu, oke?" gumam Ernesto.

Ocha sendiri hanya tersenyum lalu sedikit ndusel ke tangan Ernesto, membuat sang laki-laki merasakan panah imajiner menusuk dirinya.

"Aku akan istirahat jika melelahkan," ucap Ocha, "kesampingkan itu, aku berterima kasih kau membawa map itu kemari, Ernesto. Jika tidak aku yakin Dokter Kal'tsit akan menyuruh kucing peliharaannya untuk menggigitku."

Kali ini Ernesto yang tersenyum, kemudian membuka mulutnya untuk membalas ucapan Ocha.

"Like I said before, anything for you, dear."

"Mhm, and I love you for that."

"Yeah, I love me too."

Ocha yang asyik ndusel di tangan Ernesto spontan berhenti, lalu menatap sang laki-laki dengan tatapan tak percaya. Ernesto hanya tersenyum seperti biasa, walaupun di dalam hati dirinya merasa gemas dengan ekspresi belahan jiwanya itu. Ocha yang tak terima dengan balasan Ernesto kemudian mengerutkan alis tak suka dan menepis tangan sang laki-laki dari pipinya.

"On second thougt, I hate you."

Komentar Ocha sukses membuat Ernesto tertawa, sebelum akhirnya sang laki-laki menarik Ocha masuk ke dalam pelukannya, dan melakukan eskimo kiss pada sang perempuan.

"I'm kidding. Love you too, dear."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top