Tautan - ToVier

Untuk Vier, Tobio akan membagi segala kepemilikannya.

By Healerellik

Tobio mengedarkan pandangan, mencoba mencari keberadaan sosok dengan surai perak di antara rerimbunan pohon di taman belakang. Harusnya dia tidak susah menemukan sosok itu, jika saja puan yang dimaksud tidak duduk di atas pohon.

"Hei, turun. Nanti ketahuan sama satpam," ujar Tobio. Namun, Vier menggeleng.

"Enak di sini. Anginnya segar."

"Ngomong-ngomong, celana dalammu kelihatan. Merah muda."

Tobio sebisa mungkin menahan tawa melihat Vier yang langsung melompat dari posisinya dengan wajah yang memerah. Juga segera menghindar kala si puan akan meninjunya.

"Dasar mesum."

"Bukan salahku. Kau yang naik ke atas dan duduk dengan posisi seperti itu," ujar Tobio menimpali dengkusan Vier. Perempuan itu hanya mendelikkan mata, sebelum mengambil posisi duduk dan menyandarkan diri di pohon terdekat. Tobio pun mengikuti.

"Jujur, kukira kau bercanda saat bilang kau akan ke sini sebelum jam pulang," Tobio melirik Vier yang masih memasang wajah masam, "kau bosan di apartemenmu?"

Tidak ada jawaban. Vier masih diam memandangi hamparan rumput dan semak di depan mereka, sementara Tobio pun tidak mau memaksa. Butuh waktu untuk akhirnya si dara membuka suara.

"Ayahku menelepon tadi pagi."

Kalimat itu cukup membuat Tobio tidak mempertanyakan lebih lanjut. Empat tahun mengenal dara keturunan Jerman itu membuatnya bisa menarik kesimpulan dari potongan-potongan cerita akan kehidupan Vier; di mana masalah keluarga memaksanya untuk pergi ke seberang benua.

Namun, bukan berarti Tobio tahu harus menangani suasana seperti ini. Berkali-kali dia melirik Vier, seolah menyiratkan 'apa yang bisa kubantu?' dari manik bluberinya. Sampai membuat Vier menahan tawa kala menyadari hal itu.

"It's okay. Kau mau meluangkan waktu istirahatmu saja sudah cukup kok," Vier mengulum senyum, "nanti sore bagaimana? Kau ada latihan?"

"Huum. Hanya briefing singkat dari Pak Takeda dan Pelatih Ukai untuk pertandingan minggu depan. Mau jalan-jalan setelah itu?"

Tentu saja mata Vier berbinar mendengarkan tawaran tersebut. Hal yang sedikit jarang terjadi mengingat selama ini dia yang lebih banyak berinisiatif. Jadi, melihat Tobio mengajaknya dengan begitu lugas, permasalahan beberapa waktu lalu seolah menghilang.

"Aku tunggu di tempat biasa ya!" Tobio pun mengangguk. Setelah itu mereka kembali terdiam, menikmati hilir angin tengah hari yang hangat. Sampai sang adam menyodorkan sebuah kotak kecil kepadanya.

"Minum. Kau pasti haus siang hari begini."

Lagi, Vier mengulum senyum melihat apa yang dia terima. Sekotak susu dengan rasa kesukaan si bungsu Kageyama. Hal aneh kedua yang terjadi karena Tobio nyaris tidak akan pernah membagi susu kesukaannya, tapi sekarang ada di tangan si dara.

"Terima kasih," ucap Vier tulus. Rasa segar dari minuman itu setidaknya membuat Vier kian merasa lega. Hingga dia tiba-tiba merasakan jemarinya yang bertumpu di atas rumput digenggam oleh Tobio.

"Kau tahu bahwa kau selalu bisa menceritakan apapun kepadaku, kan?"

Ah, seketika hangat di pipi Vier saat ini jelas bukan karena mentari di atas sana.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top