Reassurance - OliRhi
Sinopsis :
Dari sekian banyak gelisah yang bersarang, Oliver hanya takut kehilangan yang terkasih.
---
By rey_asha
Rhizu hanya bisa pasrah ketika Oliver memenjarakannya dalam pelukan. Matahari belum meninggi, tapi sifat manja pria bernetra biru itu sudah bangkit. Bukannya tidak suka—ia diam-diam menyukai sentuhan penuh kasih sayang suaminya, tapi jika sang suami memeluknya dengan mata yang berkilat dengan air mata, siapa yang tidak bingung?
"Jadi, kenapa memelukku sepagi ini?" Rhizu menghela napas ketika rengkuhannya semakin erat. "Kadar manjamu tidak bisa dikurangi sedikit? Aku tidak bisa napas."
Dahinya mengerut ketika Oliver mengangkat kepala. Iris birunya masih berkilau, kini memandangnya penuh kesungguhan. Bibir pria itu mencebik lucu—sesuatu yang tidak akan diakui oleh Rhizu meski dipaksa.
"Kau..." Oliver berdehem pelan. "Kau tidak akan meninggalkanku, kan?"
"Hah!?"
Rhizu memandang Oliver bagai pria itu memiliki tiga kepala. Bagaimana bisa gagasan absurd itu menguasai pikiran Oliver? Apa pula yang membuatnya berpikir kalau ia mampu meninggalkan pria berambut merah muda itu.
"Cupcake, aku tidak akan kehilanganmu, kan?" Oliver kembali mengulang pertanyaannya.
Rhizu mengerang lemah. Sejujurnya ia tidak sanggup berada dalam situasi dimana ia harus menenangkan Oliver, tetapi jika dibiarkan seperti ini terus maka ia akan kesulitan menjalani hari. Oliver akan menempel padanya bagai kulit kedua jika mendapat jawaban yang diinginkan.
"Apa aku punya alasan untuk pergi darimu, Ollie?" Sebelah alisnya terangkat.
Oliver terdiam sejenak lalu menggeleng. "Tidak ada."
"Kalau begitu tidak ada yang perlu ditakutkan," gumam Rhizu kikuk, tidak terbiasa dengan nada lembut. "Kecuali kalau kau mulai menggila atau aku yang menjadi korbanmu."
Oliver mencebik lalu menyusupkan wajahnya ke lekuk leher Rhizu, meninggalkan serangkaian kecupan ringan di sisi leher wanitanya. "Mana mungkin. Aku masih ingin makan cupcake bersamamu. Masih mau mendandanimu. Masih butuh tahu kau milikku, Cupcake."
Rhizu mendengus pelan lalu menggeliat tidak sabar. "Kalau begitu lepaskan. Buat sarapan sana."
Bukannya tidak suka diselimuti hangatnya tubuh sang suami. Hanya saja, sirat di netra biru Oliver sudah berganti menjadi antusias yang familiar. Jika tidak segera melarikan diri, ia bisa terjebak di bawah pakaian girly pilihan sang suami.
"Masak bersama ya?" pinta Oliver seraya mengulas senyum.
Matanya memicing tajam. Oliver membelai telinganya sesuai dengan kesukaannya, usaha agar ia tidak menolak permintaan sederhana. "Aku temani. Kau yang masak."
Hanya itu. Hanya itu yang diperlukan agar Oliver kembali pada sifatnya yang biasa. Rhizu setengah pasrah ketika tangannya ditarik, bangkit dari tempat tidur. Yah... lebih baik begini daripada melihat prianya dirundung kecemasan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top