Pieces - KiyoSoph
Walau bertebaran, merekamemang ditakdirkan untuk dipertemukan.
By Healerellik
Pertemuan pertama mereka adalah kala tuannya mengajak dirinya untuk mengikuti pertemuan dengan perwakilan dari seberang lautan. Manik merahnya langsung terpaku kala menatap iris sewarna amethyst yang berkilau di bawah sinar lampu minyak. Dirinya sempat terkecoh, mengira bahwa wanita seberang lautan akan memakai rok super lebar dan atasan dengan kerah menjulang; seperti yang kawannya sering ceritakan. Namun, yang duduk di depannya ini tak ubahnya boneka Ningyo yag sering ada di altar persembahan.
Harus dia akui, lawannya begitu cantik dan elegan.
"Dengan begini, perjanjian di antara kubu kita sudah terjalin. Mohon bantuannya." Bahasa Jepang yang terpatah-patah itu membuatnya sadar, mereka sudah di akhir pertemuan.
Diiringi oleh penghormatan singkat, kedua pihak lantas undur diri. Sekilas, dia bisa melihat bahwa wanita bak boneka porselen itu menatapnya dalam, lantas tersenyum kecil dan mengangguk singkat.
Sepertinya dia telah jatuh cinta.
***
"Maju! Jangan takut oleh mereka! Lindungi Oyakata-sama!"
Bak mimpi buruk berkepanjangan, perang akhirnya tidak dapat dielakkan. Padahal mereka sudah mendapatkan bantuan dari pihak luar, tapi sepertinya kemampuan musuh tidak bisa dianggap remeh. Tanpa peduli dengan sekitar, dia menerabas menuju lautan musuh. Tujuanya adalah rumah di mana sekutu mereka bersemayam. Tuannya meminta agar dia melindungi keturunan seberang benua tersebut.
Walau dia sudah berusaha, mungkin Semesta memang tidak berpihak kepadanya. Lautan darah nan anyir memenuhi indera. Panik, dia tergesa-gesa memeriksa ke dalam. Sekian pintu dia geser dengan kasar, hingga menemukan beberapa onggok tubuh pada ruangan di ujung lorong.
Dia mematung. Melihat kolega tuannya sudah tidak bernyawa. Manik merahnya kian terbelalak kala melihat sosok yang sudah menawan hatinya turut bersimbah darah. Iris bak permata itu melihatnya dengan nanar, lantas bibirnya melengkung sedikit. Sebelum turut menyusul sang ayah.
Terlalu terpaku pada apa yang dia lihat membuat si pemuda tidak peka dengan sekitar. Termasuk kala sebuah anak panah melesat dan menembus telinganya.
===
"Marquess, perwakilan dari Mansion Louvrengrad telah tiba."
Mengiyakan jawaban si asisten, maka dia pun segera bergegas setelah membereskan tumpukan perkamen di mejanya. Pikirannya membayangkan bagaimana skenario diskusi mereka berjalan. Intinya dia harus bisa menjalin kerja sama dengan Marquess dari tanah seberang itu.
Namun, pemikiran itu seketika menghilang kala melihat siapa yang datang. Memang perwakilan wanita sudah biasa, tapi bukan itu yang membuatnya terpana. Melainkan senyum anggun yang berpadu dengan iris sewarna permata kesayangannya.
Tatapan mereka terkunci satu sama lain, seolah sudah pernah bertemu sebelum ini. Hingga dehaman dari asistennya menyadarkan akan waktu. Meminta maaf, dia pun dipaksa untuk kembali ke sikap profesionalnya.
Walau demikian, negosiasi kali ini terasa menyenangkan.
***
Hari itu, dunianya terasa runtuh begitu mendapatkan kabar bahwa kediaman Louvrengard diserang oleh musuh. Bukan hanya itu, bahkan desa dan kapital di sekitarnya turut terkena imbas. Maka dia segera memimpin pasukan terbaiknya untuk membantu. Terlihat seperti dirinya memenuhi perjanjian, walau kenyataannya lebih didasarkan pada perasaan.
Namun, yang menantinya di kediaman nan megah itu adalah berpuluh tombak yang mengacungkan berbagai kepala ke atas langit. Pun detak jantungnya seolah menghilang kala mengenali salah satu di antaranya. Rambut yang dia kenali itu seharusnya begitu panjang, bukan sependek telinga yang sudah menghilang di sana. Wajah yang biasa memberikan senyuman kepadanya kini telah kaku.
Juga tidak ada lagi iris amethyst yang selalu dia rindu.
Teriakannya terdengar memilukan di halaman luas itu. Perasaan bersalah yang memuncak membuatnya memilih untuk menyusul pujaan hati, begitu juga dengan pedangnya yang menembus dada kiri.
===
"Selamat atas lulusnya kalian dari tahap penyisihan! Setelah acara penerimaan, kalian akan resmi menjadi trainee di bawah naungan UniSensei Agency. Sekarang, mari kita dengarkan sambutan dari CEO UniSensei Agency and Musicorum Entertaiment! Kepada Nyonya Louvrengrad dipersilakan."
Rasa bahagia karena terpilih kini tergantikan oleh debar yang kian tidak karuan. Ini pertama kalinya dia mendengar nama itu, tetapi rasanya sudah begitu lama dia nantikan. Terlebih kala matanya menatap sosok wanita berpakaian necis yang menaiki podium. Aura anggun terpancar dari parasnya yang seolah boneka porselen hidup.
"Sebelumnya, saya ucapkan selamat untuk kalian yang telah lulus dalam berbagai ujian yang dilaksanakan oleh pihak kami. Saya—"
Sambutan itu terputus kala tatapan mereka bertemu. Ruby dan amethyst saling mengunci satu sama lain. Kian lama membuat detak jantung si pemuda meningkat drastis. Terlebih kala sang CEO muda itu turun dari podium dan panggung, lantas berjalan ke arah kerumunan audiens. Hingga berhenti tepat di depannya. Kini dia bisa merasakan tatapan itu begitu tajam, tapi di saat bersamaan seolah merindukan.
"Kau ... apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya si wanita. Sekeliling mereka seolah membisu dan menjadi kabur kala dia memutuskan untuk berdiri. Menyejajarkan diri dengan calon pemimpinnya itu.
"Entahlah. Tapi mata anda seolah sudah saya kenal sedari dulu."
Senyum terukir di wajah lawannya sembari berkata, "kalau begitu, kita sama." Si wanita mengulurkan tangan dengan senyum yang kian melebar.
"Philia Sophie Louvrengrad."
"Kashuu Kiyomitsu."
Tangan mereka yang saling menjabat seolah membisikkan sesuatu ke alam bawah sadar mereka; kali ini mereka harus bersama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top