One Thousand Crane - SenAi

Benang merah pembawa takdir, mengikat dua belahan jiwa menjadi satu.sebuah peristiwa yang mepertemukan kedua pihak untuk menjalani sebuahperjalanan baru kehidupan. Bangau yang terbang begitu tinggi membawa permohonantiap tiap insan kepada sangkuasa.

By -KAGEYAMSMILK

"Ainawa dengan tanaman herbariumnya, apa tidak bosan berada di lab hanya untuk membuat tanaman seperti itu?"

Sang dara bersurai kelam itu agak tersinggung, alis menukik tajam tatkala merasa tak nyaman jika hobi yang selama ini ia nikmati direndahkan begitu saja oleh teman sebayanya, "Hentikan kegiatanmu, mari bergosip."

Manik bak tanahnya acuh, sama sekali tak memperhatikan tingkah teman gadisnya yang berulang ulang melambaikan majalah berisikan ramalan rasi bintang dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal mistis.

"Apa menurutmu pria tampan nan rupawan adalah jodohku, Aina-chan?"

"Entah, aku hanya bisa berharap pria yang akan kau temui sabar akan kelakuanmu." Ainawa berucap sembari jari lentiknya membenarkan kacamata yang bertengger manis pada jembatan hidungnya.

"Tck, di sini dikatakan seseorang dengan rasi Sagittarius susah mendapatkan pria pujaannya."

Sang teman gadis tersenyum dengan licik saat mengetahui bahwa dara bersurai kelam itu sedikit terperanjat, "jikalau kau ingin bertemu sang pujaan hati, kuberi majalah ini dengan percuma."

"A-aku tidak peduli." Lagi dan lagi Ainawa dengan sikap sok tidak pedulinya, "terserah padamu, kutaruh majalahnya di sini."

Dengan begitu sang teman gadis mengakhiri pembicaraan secara sepihak lantaran raga segera berlalu menjauh tak kuasa menahan rasa lapar.

Ainawa membuang napas dengan kasar. Hati bergejolak, rasa ingin segera membaca kebenaran yang ada pada majalah yang patut dipertanyakan asal usulnya.

Kacamata yang bertengger pada hidung mancung sang gadis merefleksikan barisan barisan kata yang tercetak pada kertas majalah.

"Permohonan yang abadi, seribu bangau terlipat, jiwa yang bersatu, benang merah penentu takdir."

Sang gadis berguman. Sedikit tidak logis kata kata yang ia baca barusan, setidaknya ada beberapa penelitian ilmiah yang membenarkan pernyataan yang tertulis pada majalah tersebut.

--

Kicauan burung gereja membangunkan sang gadis dari tidurnya, kacamata yang berada pada meja tak lupa digunakan.

Kantung mata terlihat pada wajah ayu sang gadis, tak dapat dipungkiri semalaman otaknya dibuat bekerja keras memikirkan apa yang ada pada majalah.

Diri tak yakin pada pernyatan 'seribu bangau pengabul permohonan.'

Lantas jika ia memohon untuk sang senior menjadi pujaan hatinya apakah akan terkabulkan? Atau itu hanya sebuah lelucon yang dibuat untuk orang orang bodoh yang mudah untuk mempercayai hal gaib?

--

"Ini, hobi barumu Aina-chan?"

Wajah sang dara bersurai kelam memasam. Ia mendapati sang teman gadis yang terus menerus mengusik kertas origami yang berada di atas meja laborat miliknya.

Sang teman gadis hanya terdiam di saat Ainawa memilih untuk membungkam, tak dapat disadari oleh diri Ainawa seseorang memasuki ruang laborat.

"Ah, Senkuu-senpai mau lihat hobi baru Aina-chan?" Sang teman gadis terkekeh saat tahu wajah ayu sang dara sedikit memerah, dengan tergesa segera membereskan lipatan-lipatan kertas origami yang berserakan.

"Kenapa dibereskan?" Ishigami Senkuu bertanya sembari tangan kanan menarik bangku kosong yang berada di sebelah sang gadis.

"Apa yang kau buat?" Senkuu menatap Ainawa, menunggu jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan.

"... Bangau," ucap sang gadis, entah kenapa seketika itu juga nyalinya menciut, ia bahkan tak berani menatap sang senior. "Berikan aku satu, aku juga ingin mencoba."

Tanpa sadar Ainawa memperhatikan sosok sang senior yang sibuk dengan kertas origami, "Setelah itu apa? Kau menerbangkannya?"

"Bukan," ucap sang gadis. "Lalu?"

"Hanya sebagai koleksi saja."

Senkuu hanya terdiam untuk sesaat, sedikit aneh saat sang gadis berbicara 'hanya sebagai koleksi' di saat puluhan bangau origami ada di depan mata, "Kau yakin hanya sebatas koleksi? Sebanyak ini?"

"Me-memang kenpa? Apa salahnya mengoleksi berbagai warna?"

Pemuda itu mendekatkan wajahnya pada wajah sang gadis, tangan besarnya mulai mengusap pucuk kepala Ainawa, "jangan memaksakan dirimu." Dengan begitu Senkuu bangkit dari tempat ia duduk, pergi meninggalkan dua insan yang terdiam di dalam ruang laborat.

"Aku tak akan terkejut jika kau mulai terbuai dengan seribu bangau itu, jadi Senkuu-senpai orangnya?"

Ainawa hanyut dalam suasana, sedikit terkejut akan perilaku sang senior kepadanya tanpa menyadari bahwa sang teman gadis memperhatikan dirinya dalam diam.

--

"Bangau lagi Ainawa?" Lagi dan lagi Senkuu memergoki sang dara dengan origami kertasnya. Senkuu yang tak mendapat jawaban,

"Permohonan apa yang kau inginkan?"

Ainawa sedikit terkejut lantaran sang senior tahu apa maksud tersirat didalam bangau yang sengaja ia buat ini, "Senkuu-senpai tahu?"

Pemuda bermanik delima itu hanya mengangguk, mengambil satu bangau origami lalu mengangkatnya tinggi-tinggi sedikit memaikanya—membuat bangau origami itu terbang di luasnya angkasa.

"Jadi?"

"Apa?" Ainawa balik bertanya. "Permohonan apa yang kau inginkan?"

"Jika aku memberitahu Senkuu-senpai nanti bangaunya tidak ingin mengabulkannya."

"Bilang saja ingin mencari pujaan hati." Ucapan Senkuu layaknya sebuah anak panah yang meluncur tepat mengenai sasaran, membuat sang anak gadis sedikit bergidik ngeri.

"Mana mungkin," sanggah Ainawa, "sudah kubilang bukan, Senkuu-senpai. Ini hanya sebatas koleksi saja. Tidak ada yang spesial."

"Kuingatkan kembali. Sudah seminggu ini kau melipat kertas origami itu, hingga melupakan herbariummu yang malang itu." Ucapan Senkuu memang ada benarnya, sejak Ainawa mulai terbuai oleh sang bangau pembawa takdir, ia sedikit melupakan tanaman kesayangannya.

Batin Ainawa sedikit terjerat rasa bersalah, kepala ditundukan, perasaan menyesal mulai melanda.

Senkuu menghela napas, kini Senkuu lah yang terjerat rasa bersalah lantaran sang anak gadis yang mulai diam seribu bahasa.

"Aku bercanda. Jangan dibuat terlalu serius." Tangan besar itu menjulur membenahkan surai kelam milik Ainawa, "Mau kubantu? Agar lebih cepat. Seribu bukan angka yang sedikit."

"Jika Senpai membantuku, permohonanku harus dibagi bersama Senpai."

Setengah mulut milik Senkuu sedikit kelu, diri tak dapat menahan kepolosan milik sang dara bersurai kelam ini. "Baiklah jika itu maumu."

--

Tubuh mungil gadis itu berjalan menyusuri koridor. Langkah kaki sedikit ia cepatkan lantaran sang waktu yang terus menerus memaksa Ainawa berlari.

Ia melewati ruang laborat kimia, secara spontan menemukan sang senior bermanik delima tengah duduk—sibuk melakukan suatu hal.

Ainawa beranggapan, munkin saja sang senior sedang membuat laporan atas penemuan molekul kimia baru miliknya. Tentu saja hanya beranggapan, sang gadis tak menggunakan kacamata seperti biasanya.

Tanpa pikir panjang dengan segera sang dara pergi menemui rekan kerja yang sedari tadi menunggunya.

Di sisi lain, Ishigami Senkuu dihadapkan dengan ratusan kertas yang sudah berbentuk, mengabaikan laporan kimia yang sedari tadi harusnya ia garap.

--

Cahaya senja membias, angin berhembus menerbangkan kelopak bunga berwarna merah muda. Begitu elok pemandangan danau yang berada di sebuah desa adalah tujuan utama kedua insan untuk menghabiskan waktu libur dengan melakukan sebuah piknik sederhana. Hanya mereka berdua.

Ainawa mengusap pipi sang pria dengan lembut, membersihkan sisa makanan yang menempel pada sebelah mulut Senkuu. Tampak dengan jelas cincin yang bertengger pada jari manis. Tak ada niatan untuk menutupi bahwa sekarang ia bukan lagi Yousuka Ainawa melainkan Ishigami Ainawa.

Senkuu mendengus saat sudut mata melihat sebuah burung bangau yang terdiam di dekat danau, "Ainawa ... permohananmu pada saat itu, apa terwujudkan?"

Ainawa sedikit menolehkan pandangan, "permohonan?"

"Seribu bangau yang kau buat, apa itu berhasil?" Kembali pasang mata bak delima itu menatap wajah ayu sang istri. "Sudah kubilang bukan. Itu hanya sebuah pajangan, koleksi. Sama seperti tanaman herbaniumku."

"Kalau begitu sangat disayangkan untukmu. Jika saja kau berharap mungkin saja akan terkabul," ucap Senkuu sembari tangan bermain dengan surai lembut sang nyonya Ishigami.

"Ini mungkin terdengar klise, tapi apa yang aku mohonkan pada akhirnya terwujud." Ainawa terdiam seribu bahasa lantaran ia tak ingin memotong cerita yang diucapkan sang suami. Wajah sang tuan Ishigami memerah padam. Sejenak ia menyesali keputusannya untuk angkat bicara pasal kejadian beberapa tahun yang lalu.

Helaan napas keluar, "aku juga membuat seribu bangau."

Satu kalimat keluar dari mulut Senkuu membuat Ainawa terkejut. "Untuk apa?"

"Anggap saja aku sedikit putus asa. Terkadang aku merasa kurang pantas disanding dengan dirimu, jadi aku hanya bisa berharap dengan seribu bangau itu."

Ainawa terdiam, setengah lidahnya mengelu. Rasa bahagia di saat sang pujaan hati mengatakan isi hatinya kembali terjadi. Di bawah pohon sakura sang senior kebanggannya menyatakan perasaan. Detik-detik yang begitu mendebarkan rasa hati ingin terbang menuju langit ke tujuh.

"... Aku juga."

Kini Senkuu lah yang bertanya. "Aku juga. Sesungguhnya itu bukan hanya sebagai koleksi, yang kuharapkan adalah Senkuu sendiri yang menjadi pujaan hatiku seorang saja."

Bersamaan dengan bangau yang terbang ditemani dengan kelopak bunga sakura, Ainawa tersenyum lebar. Selama ini seseorang yang ia inginkan menginginkannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top