Moon - GavinAsa

Begitu banyak ungkapan yang bisa diucapkan untuk menyampaikan isi hati seseorang. Namun dari semua itu, Gavin memilih ungkapan yang dapat diartikan ke hal lain, dan dirinya tahu itu. Namun Gavin akan tetap mengucapkannya, walaupun Asakura tidak mengerti, atau salah mengartikan maksud ucapannya.

---

by RainAlexi123

Tour sekolah adalah kegiatan yang selalu ditunggu oleh semua murid, namun tidak semua guru berpikiran demikian.

Menyusun jadwal agar tujuan tercapai, menjaga para murid agar tidak ada yang tertinggal ataupun hilang, dan memastikan mereka semua mengikuti aturan ataupun tidak membuat keresahan saat tour sedang berlangsung.

Terlebih lagi semester ini yang mendapat giliran adalah DSH kelas dua, merupakan murid tersulit dihadapi karena tiga murid fenomenal mereka—Ichiro, Samatoki, dan Shaw.

"Otsukare, Gavin."

Mendengar suara yang sangat dia kenali, Gavin menoleh ke sebelahnya—melihat Asakura sudah duduk di bangku yang sama dengannya. Gavin menyadari bahwa Asakura membawa dua gelas minuman hangat. Asakura memberikan senyumnya seperti biasa, kemudian memberikan satu gelas pada Gavin.

"Hm, kau juga," balas Gavin secara refleks membalas senyum sang perempuan—menerima gelas tersebut lalu menyesapnya singkat.

"Kudengar kunjungan museum hari ini berjalan lancar," ucap Asakura memandang langit malam.

Mereka kini sedang duduk di bangku yang berada di teras belakang hotel yang disewa oleh sekolah. Setelah memastikan semua murid masuk ke kamar mereka (patroli akan dilakukan dadakan agar para pelanggar aturan bisa tertangkap), saatnya istirahat bagi para guru. Ada yang langsung tidur karena terlalu lelah, ada yang minum-minum sebagai pelepas stress—sementara Asakura dan Gavin, hanya ada mereka berdua di teras belakang, menikmati langit malam yang dihiasi oleh bulan sabit dan hamburan bintang.

"Ya," ucap Gavin mengerutkan alis saat mengingatnya, "kupikir mereka bertiga akan berulah lagi, atau setidaknya Shaw, mengingat anak satu itu selalu mencari kesempatan untuk mencari masalah denganku," sambungnya.

Asakura sendiri hanya tersenyum mendengar ocehan Gavin. Semua guru terbagi menjadi dua tim, guru yang berjaga di hotel dan guru yang turun lapangan. Guru yang turun lapangan bertugas membawa para murid ke tempat tour mereka, sementara guru yang berjaga di hotel akan sibuk saat para murid pulang, seperti mengabsen tiap murid, melakukan patroli malam dan banyak lainnya. Asakura berjaga di hotel dan Gavin turun ke lapangan, oleh karena itu Asakura hanya bisa mendengarkan ocehan Gavin tanpa memahami sepenuhnya perasaan lelah sang laki-laki.

"Hm, mungkin karena hari ini adalah hari spesial?" tanya Asakura masih menatap langit.

"Hari spesial?"

Asakura hanya menggeleng—memang mode bekerja Gavin membuatnya melupakan banyak detail penting.

"Aku bahkan memberimu ucapan dan hadiah sebelum kau pergi bersama para murid," gumam Asakura mengembungkan kedua pipinya.

Ah.

"Mana mungkin mereka mau diam hanya karena hari ini hari ulang tahunku," ucap Gavin menggelengkan kepalanya.

"Bisa kok," sahut Asakura menoleh ke arah Gavin, "Ichiro dan Samatoki biasanya memang tidak membuat masalah jika tidak disulut, kan? Jadi aku meminta Shaw untuk tidak membuat masalah khusus hari ini saja."

'Kalau dipikir-pikir,' Gavin menggerutu pelan, 'dia memang akan menurut jika Asakura yang bicara padanya.'

Tapi saat Gavin memikirkan Asakura yang menyiapkan hadiah untuknya saat mereka sedang sibuk menyiapkan tour kelas dua, membuat perasaan hangat di dada sang laki-laki dan tanpa sadar membuatnya tersenyum senang.

"Begitu ya? Terima kasih, Asakura."

Melihat Gavin yang menatapnya dengan tatapan lembut, seolah Gavin sedang melihat seorang bidadari, membuat pipi Asakura memerah dan spontan membuang pandangannya karena malu.

"Uh, ngomong-ngomong lihatlah—malam ini tidak mendung, tidak ada awan jadi bulannya bersinar dengan terang," komentar Asakura menunjuk bulan yang bersinar—mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Tanpa melirik ke arah bulan, Gavin menutup matanya singkat sebelum akhirnya kembali membukanya—melihat wajah ayu Asakura yang disinari oleh cahaya bulan.

"The moon is beautiful, isn't it?"

Pertanyaan terlontar, namun yang Gavin maksud bukanlah bulan yang sedang menyinari mereka berdua—tapi ungkapan literatur lama, yang secara tidak langsung menyatakan perasaan Gavin. Walaupun status mereka sudah bertunangan (hanya beberapa orang yang mengetahui), namun Gavin tidak pernah bosan mengungkapkan isi hatinya kepada Asakura, namun biasanya dia akan mengatakannya secara langsung.

Baru kali ini Gavin mengungkapkannya secara tak langsung, dan mengetahui sifat tak pekanya Asakura, dirinya tidak akan terkejut jika sang perempuan benar-benar mengira bahwa yang Gavin maksud adalah bulan itu sendiri.

"It is," senyum lembut terlukis di wajah Asakura—bersamaan dengan sang perempuan menoleh ke arah Gavin, "knowing that, I can die happily."

Kedua iris Gavin membelalak kaget, tidak menyangka Asakura mengerti maksud Gavin, terlebih lagi membalasnya dengan cara yang sama. Jantung Gavin berdebar cepat, bahkan suaranya menutupi suara jangkrik yang ada di sekitar mereka.

"Kau ini, ya ...."

Gavin langsung memeluk Asakura, membuat gelas mereka (yang sudah kosong) terjatuh ke atas lantai teras hotel. Asakura sendiri terkejut dengan Gavin yang tiba-tiba memeluknya.

"Uh, Gavin?"

Pelukan di lepaskan, namun tangan kiri Gavin masih melingkar di pinggang Asakura. Tangan kanan Gavin memegang dagu Asakura—sedikit mengangkat wajah sang perempuan.

"You are my sun, my moon, and all of my stars."

Di bawah indahnya sinar rembulan, di balik bisingnya rekan guru mereka yang berpesta di belakang, Gavin memberikan ciuman singkat kepada Asakura.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top