Missing - MiGumi
Sepasang manik biru tua itu hanya menatap benda empuk itu dalam diam. Tangannya merabapelan permukaan halus kain putih di samping, ibu jarinya mengusap pelan. Helaannafas keluar dari mulut sang adam sambil menyembunyikan kedua manik indahnya.Ia merasa hampa, hanya kesunyian menemani dirinya tanpa kehadiran sang hawa.
Megumi menatap selembaran kertas putih kecil yang ia pegang dengan wajar datar. Manik biru tua itu membaca kata per kata yang tertulis di benda tersebut lalu keningnya mengernyit, ada tanda tak suka yang tercetak dari wajahnya.
Istrinya, Amilia kencana atau bisa juga disebut Fushiguro Amilia, meninggalkan surat kecil yang berisikan kepergiannya ke kampung halamannya secara mendadak.
'Ibu meneleponku kalau nenek jatuh dari kamar mandi. Aku harus pulang ke Indonesia dan menetap selama 4 hari, jaga dirimu baik-baik. Bahan makanan di kulkas sudah kuisi sampai penuh.'
Megumi mendengus, melipat kertasnya menjadi 2, lalu melemparnya asal ke meja kecil sebelah tempat tidurnya. Suasana hati pria itu sedang kacau, di kantornya tadi dia mendapatkan klien dengan sifat yang arogan dan menyebalkan. Saat rapat dengan klien itu pun, Megumj berusaha sabar dan tidak mengeluarkan anjing rohnya karena mulut kliennya yang sudah berumur. Rapat selesai dan waktu menunjukan pukul 9 malam, Megumi buru-buru membereskan perlengkapannya agar bisa pulang, bertemu dengan Amilia lalu memeluknya dengan erat agar hatinya kembali tenang.
Dan sekarang, suasana hatinya memburuk karena Amilia pergi jauh tanpa memberitahu dirinya dahulu dan hanya meninggalkan sebuah surat dan makanan di kulkas. Lagipula sekarang ini zaman sudah canggih kenapa istrinya memilih menulis di kertas?
Entahlah, Megumi pun tidak mengerti.
Pria itu menghempaskan dirinya ke kasur empuk, menatap langit-langit kamarnya dengan wajah datar.
"4 hari ya," gumamnya sambil menutup matanya.
Yah, hanya 4 hari Megumi bisa hidup mandiri tanpa kehadiran Amilia. Toh sebelum menikah pun ia juga pernah hidup sendiri bahkan sebelum mengenal sang istri.
***
"Amilia, tolong buatkan—"
Megumi langsung bungkam ketika melihat dapur dalam keadaan kosong. Tidak ada seorang pun di sana, tidak ada Amilia, istrinya. Ini sudah hari keempat Megumi sering seperti ini. Setiap pagi, Megumi selalu meminta Amilia untuk membuatkan secangkir kopi untuk memulai aktifitasnya sebelum ke kantor ataupun libur di rumah, dan istrinya selalu membuatkannya, terkadang ia pun sudah menyediakan diatas meja makan lalu melanjutkan aktifitas memasaknya.
Pria dengan rambut hitam jabrik itu mendecak, menyalakan coffee maker, lalu meracik kopi seperti istrinya yang lakukan. Tangan kekarnya menuangkan cairan hitam pekat itu ke dalam cangkir yang sudah ia bawa, mengambil, lalu perlahan ia menyeruput kopinya.
Wajahnya mengernyit seketika lalu menaruh cangkir itu dengan keras.
"Ugh—pahit."
Padahal Megumi sudah membuat kopi sesuai takaran bahkan Amilia pun mengikutinya, dan selalu pas dan enak. Memang setiap tangan akan berbeda rasa, tapi kenapa dirinya bisa membuat kopi sepahit ini?
Drrtt...
Di saat meratapi soal kopinya yang pahit, benda pipih warna hitam bernama ponsel itu bergetar di saku celana training Megumi. Tangannya merogoh lalu mengambil benda itu untuk melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya. Jika itu soal pekerjaan, ia lebih baik pergi ke kantor di minggu pagi dibanding mati kebosanan dirumah.
Oh, ternyata dari Amilia
Aku akan pulang! Pesawatku akan berangkat jam 09.45...tunggu aku dirumah ya!
Helaan nafas keluar dari mulut Megumi setelah membaca pesan dari istrinya. Menyimpan kembali ponsel di saku celananya, kemudian kaki jenjang itu melangkah menuju ruang tv. Entah kenapa Megumi merasa perasaannya campur aduk, ada perasaan resah dan hampa yang menggelung di dalam hatinya. Apa karena istrinya? Tapi sebelum nikah pun pria itu tidak pernah merasakan hal seperti ini!
Megumi mendaratkan bokongnya dengan keras di sofa empuk, cangkirnya ia taruh di meja lalu beralih mengambil remot. Ibu jarinya menekan tombol merah dan terpampanglah berita di tv flat 52 inchi didepannya. Mata elang pria itu memang melihat ke arah berita, tapi pikirannya sedang melayang entah ke mana.
Anak dari Fushiguro Toji ini merasa bingung dengan tingkah lakunya semenjak Amilia pergi ke Indonesia. Selama 4 hari ini, bangun pagi mencari Amilia di dapur, memanggil Amilia untuk mengambil handuknya saat di kamar mandi, mencari di setiap sudut ruangan dan baru teringat kalau istrinya sedang pergi, bahkan saat pulang kerja kemarin pun Megumi pergi ke ruang kerja Amilia untuk melihat dirinya. Tapi nihil, ruangan kerja itu kosong dan peralatannya pun masih tertata rapi.
Walaupun di rumah mereka jarang berbicara, Megumi merasakan hangat di rumah sejak Amilia berada di sisinya. Di sela-sela kesibukannya, Amilia menyambutnya dengan senyum hangat, membawakan secangkir kopi atau teh ke ruang kerja miliknya di saat lembur.
Ah, dia jadi merindukannya sekarang. Megumi merasa menyesal mengatakan bisa mandiri tanpa kehadiran sang istri. Lalu, apakah kopi pahit yang ia buat karena wanita itu sedang tidak ada disisinya? Entahlah, mungkin saja bisa seperti itu. Ini membuktikan bahwa ia merasa hidup lengkap dengan kehadiran Amilia di sisinya. Megumi jadi teringat masa berpacaran dengan wanita itu, melamarnya, sampai menikahinya sekarang. Seketika pria itu tersenyum geli mengenang masa-masa itu.
"Aku pulang."
Megumi terkejut mendengar suara familiar yang ia kenal. Pria itu langsung berdiri dari sofa kala mendengar suara langkah kaki beserta koper secara bersamaan. Wanita itu muncul di ambang pintu, bibirnya langsung mengembangkan senyum melihat seseorang yang dicari ketemu. Megumi masih terdiam, dia masih kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Pria itu masih mencerna, bukannya dari Indonesia ke Jepang membutuhkan waktu sekitar 4-5 jam? Padahal ia berada di ruang TV belum 30 menit, belum lebih dari 40 menit wanita itu mengirimkan pesan untuknya. Tapi, kenapa istrinya sudah ada disini?
"Megumi!"
Amilia berlari lalu memeluk suaminya dengan erat. Megumi langsung gelagapan. "K-Kenapa kau ada disini? B-Bagaimana bisa?" tanya Megumi dengan gagap.
Wanita semakin melebarkan senyumannya lalu menceritakan kronologi yang terjadi. Memang Amilia ke Indonesia karena neneknya sakit, sang ibu pun menelepon dirinya untuk datang, saking terburu-buru, Amilia hanya menulis pesan dan langsung pergi begitu saja, saat di sana pun ia hampir tidak pernah menyentuh ponselnya karena sibuk mengurus neneknya.dan saat menjelang pulang, Amilia memilih penerbangan paling pagi. Ia sengaja memberikan kejutan untuk suaminya, dan saat sudah menginjakkan kakinya di Jepang, Ia baru memberi pesan kalau ia terbang pada pukul 9.45.
"Begitulah ceritanya," ujar Amilia dengan nada bangga yang terselip di mulutnya.
Megumi hanya terdiam dengan wajah datar, melihat respon pria di depannya membuat perasaan bersalah Amilia perlahan muncul.
"Kau marah? A-Aku minta maaf telah membuatmu khawatir dan kesal. T-Tapi--!"
Mata Amilia melebar kala Megumi memeluknya dengan erat. Helaan nafas terdengar pria itu terdengar di telinga kanan si wanita sebelum membuka mulutnya
"Bodoh..." Megumi terdiam sebentar sebelum melanjutkannya lagi.
"Kau... Seenak jidat pergi hanya meninggalkan kertas kecil tanpa menghubungiku terlebih dahulu. Kau juga tidak pernah menyentuh ponselmu untuk mengabariku, kau mengabaikan pesanku, kau mendiami panggilanku ... "
"Maafkan aku ... Aku tidak bisa meninggalkan—"
"Aku khawatir!"
Amilia berjengit ketika Megumi menaikan volume suaranya. Pria itu melepas pelukannya, memegang erat kedua bahu istrinya dan menatap lurus kearahnya.
"Aku suamimu, jika kau terkena musibah aku yang paling menderita! Kau kira kau meninggalkanku 4 hari mudah bagimu? Bagiku itu tidak mudah!"
Mendengar curhatan Megumi membuat Amilia mengerjapkan matanya berkali-kali. Megumi yang menyadari apa yang ia katakan langsung mematung, wajahnya memerah lalu kedua tangannya yang memegang bahu kecil istrinya langsung kebawah.
"P-Pokoknya kau jangan lakukan hal itu lagi ... I-itu maksudku--ahh sial ...."
Amilia yang melihat sifat tsundere suaminya kumat hanya tertawa kecil, ia pun menggenggam tangan Megumi lalu mengusapnya dengan pelan. "Iya, aku tau. Aku minta maaf ya" Ujar wanita itu lembut.
Seketika Megumi luluh, ia pun kembali memeluk istrinya dengan erat seraya berbicara dengan suara yang lembut.
"Aku mencintaimu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top