Lelah - MiGumi
Amilia benar-benar lelah, perlakuan Megumi tiba-tiba membuatnya bingung seketika.
by cheesecakebox
Amilia menghembus napas kasar saat membuka pintu rumah. Bisa dibilang, dia terlalu lelah atau bahkan sangat-sangat lelah setelah seharian berada di kampus tetapi tak ada hasil didapat. Dosennya sibuk, menunggu dari pagi hingga petang dan hasilnya nihil. Map berisi laporan akhir dipeluk, sementara tas ranselnya hanya digendong dengan satu tali. Tentu tidak ringan mengingat isinya laptop, buku catatan dan alat tulis. Membawa dua beban itu benar-benar membuatnya semakin letih bukan kepalang.
Saat masuk ke dalam rumah pun, ia mendapati suaminya berkutat pada laptop. Ia tak perlu disambut, hanya saja melihat Megumi begitu fokus pada pekerjaannya membuat Amilia tak ingin bersuara dan mengganggu.
"Kau sudah pulang?" tanya sang pria, membuat langkah Amilia terhenti. Megumi menoleh pada wanitanya—seperti biasa dengan wajah datar—menanti jawaban. Sang hawa mengangguk pelan, benar-benar tidak dalam suasana baik untuk berbicara. Wajah Amilia terlihat lesu, membuat pria berambut hitam tersebut memiliki inisiatif untuk "sedikit" meringankan beban istrinya. Lantas ia beranjak dari sofa, melepas ransel Amilia serta membawa map laporan milik sang wanita. Melihat pergerakan Megumi tentu menjadi tanda tanya bagi Amilia, mengingat beberapa detik yang lalu suaminya masih fokus di depan laptop.
"Kau mau ngapain?" Amilia bertanya curiga, tetapi pertanyaannya tidak dijawab sampai dirinya ditarik untuk duduk di sofa. Mau tak mau ia menaruh bokongnya di tempat empuk tersebut, melihat Megumi menutup laptopnya dan pergi ke dapur.
Sekali lagi Amilia bingung, seperti bukan Megumi pada biasanya.
"Megumi, kau perlu bantuan?"
"Tidak, kau duduk saja disana." Megumi menjawab dari dapur.
"Aku takut dapur kebakaran karenamu."
Meski tak dapat didengar Amilia, Megumi mendengkus saat mendengar tukasan dari sang wanita. Kebetulan langit mendung, cuaca sangat mendukung. Ia berniat untuk membuat cokelat panas—berharap manis hangat minuman tersebut membuat wajah Amilia yang kusut kembali mencerah.
Di satu sisi Amilia khawatir, berkali-kali ia melirik ke dapur dan melihat Megumi benar-benar senyap di dalam sana. Ia masih bisa melihat pria itu menggendong tas ranselnya juga map laporannya.
"Megumi, bisakah kau letakkan barang-barangku dulu?" Amilia bertanya, agak was-was. "Kau tahu barang yang kau pegang itu sangat berharga untukku bukan?"
"Oh."
Seakan baru sadar atas apa yang dilakukannya, Megumi meletakkan map serta tas ransel Amilia di atas meja makan dan kembali menunggu air mendidih. Tidak lama setelah itu, suara teko seperti siul berbunyi—menandakan bahwa air telah masak. Segera ia menuangkan air panas tersebut ke dalam cangkir, mengaduknya lalu membawa secangkir cokelat panas untuk diberikan pada Amilia.
Wanita itu cukup kaget karena Megumi tiba-tiba repot membuatkannya cokelat panas. Padahal dia tak masalah kalau sang suami sibuk dengan pekerjaannya. Amilia hanya perlu waktu untuk istirahat, tapi kalau begini mana bisa dia menolak.
Setelah meletakkan cokelat di hadapan Amilia, tangan Megumi bergerak ke mahkota wanitanya diiringi senyum tipis seraya berujar, "Kerja bagus."
Benar-benar, Amilia dibuat Megumi terkejut lagi. Kenapa sikap pria ini berubah menjadi manis?
Diiringi semu merah di pipi, Amilia mengangguk kikuk. Mungkin ini adalah bayaran setelah seharian menguras energi tanpa hasil di kampus. Yah, walau terkadang menyebalkan, ia bersyukur bisa memiliki Megumi.
"Terima kasih, Megumi."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top