Knock ... Knock ... - LuciRhe
Sinopsis:
"Aku tak membenci hari yang buruk karena dengannya aku bisa mendapat manis dan lembutmu lebih-lebih."
---
By MoonElegy
Sepatu dan lantai saling beradu, kaki jenjang menyilang anggun dengan stocking hitam di balik rok selutut. Guru wanita yang terlihat menawan sekaligus menakutkan bagi sebagian siswa yang pernah terpapar tatapan tajamnya.
Rhea tak pernah menghukum siswanya, ia tak segalak itu—menurutnya. Sebagai profesional ia hanya memberikan bimbingan kedisiplinan bagi para siswa yang tak mengumpulkan tugas, berisik di kelas atau ketahuan mencontek, persis seperti yang dilakukan guru lainnya, tapi ekspresinya yang kadang tak bersahabat itulah yang memperparah gelombang ketakutan siswa.
Hari ini Lucien mendapat cukup banyak curhatan dari para 'korban Rhea-sensei' begitu mereka menyebutnya. Nama disamarkan demi kepentingan perlindungan korban.
Ia hanya akan tersenyum jika para siswa menceritakan tentang Rhea kepadanya, kadang dalam hati berucap "Yeah, berikan segala berita tentangnya, mata-mata kecil" karena sebenarnya Lucien menikmati cerita-cerita itu. Tentang bagaimana Rhea bersikap jika tidak sedang bersamanya. Tentang Rhea yang bersikap tegas dan jutek lalu menyimpan senyum dan manja hanya untuknya.
Rhea menghentikan langkahnya pada ruang UKS, matanya menjalar ke berbagai sudut dengan kepala yang toleh-menoleh. Tapi yang dicari tak ada di sini. Rhea hafal betul saat ini harusnya Lucien tak ada kelas dan biasanya mereka akan menghabiskan waktunya di sini.
Daun jendela digesernya perlahan, matanya menatap jauh ke keheningan langit siang. Membuat angin menyapu wajahnya dan meniup rambut kecil yang keluar dari jalur kepangan sang suami. Membiarkan lelah dan penat lulur bersama hembusan lembutnya. Kelasnya hari ini sangat berat, mungkin karena si tamu bulanan datang tak terjadwal hari ini.
Tiba-tiba pandangan Rhea gelap gulita padahal matahari kini berada tepat di puncaknya. Sebuah tangan besar mendekapnya, menghalangi penglihatannya. Hingga punggung dan kepalanya membentur bahu seseorang di belakangnya. Oh, tentu saja ia tau tangan milik siapa ini.
"Lucien.." gumamnya.
Ruang UKS memang tampak sepi tapi jam pelajaran masih berlangsung. Bagaimana jika ada siswa yang mendapati mereka seperti ini?
"Lucien, ayolah, bagaimana kalau ada siswa yang melihat kita" pintanya dengan nada sebal, ujung matanya sudah berkedut di balik telapak itu.
"Knock ... knock ..." suara Lucien terdengar mengalun lembut.
Bahu Rhea naik turun seiring dengan nafas dalam yang dibuangnya. Ulah apalagi kali ini yang dibuat sang suami?
Tak mendapatkan jawaban, Lucien mengulang kalimatnya "Knock ... knock ..."
Rhea menyerah."Who's there?"
"Mail"
"Mail who?"
Lucien membuka tangannya dan Rhea otomatis berbalik memandangnya heran, matanya disipitkan antara keduanya.
"Mail-aikat! Kok siang-siang udah turun aja? Emang di khayangan ga ada kerjaan ya?"
"Pfftt," tawa kecil terdengar bersama dengan senyum kecil merekah.
"Aku membuatkanmu ini." Lucien menyerahkan satu botol susu coklat kepada Rhea. "Kau melupakannya, karena itu mood-mu sangat jelek hari ini, huh?" goda Lucien, telunjuknya mendarat pelan ke ujung hidung Rhea.
Rhea mendengus sambil memalingkan wajahnya, menampik sentuahan Lucien yang membuat salah tingkah. "Sok tau," gerutunya. Sesaat berselang ujung matanya turun teduh dengan botol yang digenggam erat, "Tapi.. terima kasih ya, Lucien" segaris senyum tergambar jelas pada wajah Rhea.
Dua bola mata violet menatap lama, "Aku yang harusnya berterima kasih"
Rhea memandang sang suami heran. Belum sampai kalimat tanya terlontar dari bibirnya, Lucien sudah memotong langsung, membungkukkan sedikit tubuhnya dan berbisik lembut ke telinga Rhea yang terbuka, "Terima kasih karena sudah menyimpan senyum manis itu hanya untukku, butterfly"
Penghujung hari memang masih lama dan waktu tak pernah mau mengalah untuk sedikit mempercepat temponya tapi Rhea yakin apapun yang terjadi hari ini semuanya akan terlawati dengan baik-baik saja. Apalagi Tuhan sudah berbaik hati mengirimnya Lucien siang ini, siang-siang sebelumnya dan siang-siang setelahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top