Favorite - SenAi

Favorite
[SenAi]

"Then... what is your favorite music, Senkuu-kun?"

by rey_asha

Air hangat membasahi tubuh Ainawa, menghalau udara yang menusuk tulang ketika musim dingin tiba. Pikirannya sibuk, memikirkan apa yang sudah ia lakukan hari ini dan yang akan dilakukannya nanti.

Senyum tipis terulas kala mengingat seruan puas Senkuu ketika berhasil mensintesis senyawa kumarin yang akan digunakan sebagai antioksidan—sedikit berbeda dengan eksperimennya yang biasa, tapi keingintahuan Senkuu mudah terusik jika ada tantangan baru.

Tenggelam dalam ingatannya tentang raut sang suami—yang mirip seperti anak kecil ketika diberi mainan baru dengan binar cerah di netra senada darahnya, membuat Ainawa tidak sadar bahwa ia sudah selesai mandi. Handuk masih tersampir di kepala, mengusak rambutnya pelan sebagai upaya untuk sedikit mengeringkan helaian jelaganya.

Pipinya menghangat kala mengingat bagaimana Senkuu membantunya mengusak kepala, menasehatinya untuk sedikit mengeringkan rambut sebelum dianginkan tanpa hairdryer. Buru-buru Ainawa mengusir memori malam pertamanya, tidak ingin Senkuu bertanya tentang alasan di balik wajahnya yang memerah.

Tubuhnya bergerak otomatis, meninggalkan kamar mandi lalu menuju ruang khusus tempat Senkuu bekerja. Jika Senkuu belum berada di kamar untuk beristirahat, maka pria dengan rambut menjulang itu akan menghabiskan sisa malam di ruang khusus mirip labnya. Entah untuk membaca jurnal atau menuliskan hasil penemuannya, Ainawa menduga malam ini Senkuu akan melakukan hal yang kedua.

"Boleh aku masuk?" Ainawa bertanya setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Senkuu menoleh ke arahnya lalu mengangguk kecil. Seperti biasa Senkuu menarik kursi di sampingnya, sebuah perintah tanpa suara untuk menemaninya. "Tentu saja."

Ainawa mengulum senyum. Ia meraih buku bacaan yang sempat tertunda semalam, berniat mencari tanaman apa lagi yang akan masuk sebagai koleksi herbariumnya. Mungkin karena hari ini berjalan dengan baik, mungkin juga karena Ainawa masih terpukau dengan kesenangan dan antusiasme Senkuu sore tadi. Ia mengintip dari balik bahu, penasaran dengan apa yang dikerjakan suaminya.

"Kali ini bukan jurnal Dr. Xeno?"

"Bukan," Senkuu menggeleng seraya menengadah, menyandarkan kepala di bahu Ainawa. "Aku sedang menuliskan hasil dan analisis tentang eksperimen tadi. Harus segera dilakukan agar bisa dipublikasi."

Ainawa mengulum senyum puas karena tebakannya benar. Ia tidak beranjak dari posisi, menikmati kedekatan yang jarang terjadi. Iya, meski awalnya masih canggung mengenai hubungannya dengan Senkuu tetapi setelah pria itu bersikeras bahwa Ainawa harus menganggapnya 'suami' ketika berada di rumah, pelan-pelan Ainawa mulai terbiasa.

Netra cokelatnya melirik wajah sang suami. Meresapi raut tenang yang hanya muncul ketika pria itu tertidur, lebih spesifiknya ketika Senkuu terlelap di pangkuannya. Matanya terpejam, alisnya tidak berkerut dan sudut bibirnya tertarik samar. Benar-benar rileks.

"Boleh kunyalakan lagu?" Senkuu membuka mata, menarik diri dari Ainawa untuk kembali ke posisinya semula.

"Tentu saja."

Alunan melodi yang familir menggema di ruangan. Bagai ritual sejak hari pertama mereka menikah, rutinitas malam mereka—membaca jurnal atau menulis laporan untuk Senkuu dan membaca buku untuk Ainawa, selalu diiringi dengan playlist dari Senkuu. Sesuatu yang tidak pernah absen dari keseharian mereka.

"Boleh aku bertanya sesuatu?"

Senkuu melirik Ainawa yang sudah mendudukkan diri di sampingnya lalu mengangguk kecil. "Tentu."

"Senkuu-kun memiliki banyak lagu di playlist. Lagu apa yang menjadi favoritmu?" Pertanyaan ini sudah menghantui Ainawa sejak beberapa waktu lalu. Desakan untuk mengenal sang suami lebih jauh yang memicu munculnya pertanyaan sepele ini.

Senkuu berdehem pelan. "Kurasa tidak ada yang benar-benar menjadi favoritku."

"Then, what is your favorite music, Senkuu-kun?"

Senkuu menyeringai tipis. Netra merahnya bertemu dengan iris cokelat Ainawa. Lalu tanpa ragu menjawab, "Your heartbeat."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top