Faith - JoRiel

Baginya, apa yang ditanyakan Rielle hanyalah sesuatu yang tak bisadisentuh, berbeda dengan Rielle.

By Wizardcookie

Titik-titik air turun membasahi bumi dan tak berhenti sedari tadi membuat kedua insan terjebak di kerumunan embun. Mereka memang berlindung di bawah payung hitam, tetapi genangan air, cipratan air dari kendaraan di jalan, juga hawa dingin yang menusuk tak dapat dielakkan. Hal itu juga membuat wanita pemilik mahkota putih mengeratkan jaket bludru yang ia kenakan. Tubuhnya sempat terkena hujan–walau tak sampai kuyup–karena nekat menerobos demi istirahat di rumah, tetapi sang suami lebih cepat bergerak dan menjemput. Ya walau diberi sedikit "ceramah" karena menembus hujan tanpa perlindungan apapun, setidaknya dia bisa berlindung karena payung yang selalu dipegang Jonghyuk–suaminya.

Kedua tangan Rielle digosok dan ditiup, sedikit merasa hangat pada tubuh. Jonghyuk tanpa aba-aba meraih tangan mungil tersebut, menyimpannya ke dalam saku jaket miliknya dan menggenggamnya. Tak hanya itu, jemari mereka pun tertaut di dalam sana dan sang pria tampak tak ingin melepasnya.

"Apa naik bus saja...," gumamnya, jelas dapat didengar Rielle. Kepalanya menoleh pada prianya, menatap Jonghyuk dalam diam. Meski sebenarnya tak masalah jika harus menaiki kendaraan umum, hanya saja tempat mereka berada jauh dari halte. Perlu sekitar satu jam untuk berjalan kaki dan menunggu di halte. Taksi-taksi juga tak lewat hari ini, entah kenapa.

"Bagaimana kalau menunggu di kafe sebentar?" Rielle memberi saran, membuat sang pria menoleh. Mampir di suatu tempat bukan hal yang salah, terlebih mereka sudah cukup jauh berjalan meski Jonghyuk tetap kuat meski hujan badai petir menyambar. Bodohnya juga dia tak berpikir bahwa berhenti sejenak untuk saat ini adalah pilihan yang baik. Ia lebih mementingkan Rielle daripada dirinya, harusnya dia memikirkan itu.

"Boleh."

Jonghyuk menarik tubuh Rielle, semakin dekat dengannya bahkan menempel–mengingat lengannya dan tubuh mungil wanita itu tak diberi celah sama sekali. Memang mereka adalah suami istri, hanya saja perlakuan tiba-tiba dan tak terduga Jonghyuk padanya terkadang membuat Rielle tak bisa berkata-kata, memilih untuk memendamnya di dalam dada.

Kaki mereka pun terhenti di suatu kafe, memiliki nuansa cokelat kayu, dihiasi lampu pijar yang memberi penerangan cahaya sendu, disambut aroma segar tak menyengat dengan perpaduan kopi dan teh secara spontan membuat hangat tubuh. Kafe itu tak begitu ramai, hanya beberapa meja yang terisi, itu pun hanya anak-anak muda yang asik dengan dunianya sendiri. Tentu, gadget mereka. Sekilas Rielle menyisir pandangan ke setiap sisi kafe, melihat rak dinding yang memajang kaleng-kaleng kaca berisi kopi, kaca yang dikerumuni titik-titik air, kursi dan meja berpoles cat cokelat kilap. Hatinya merasa tenang saat berada di tempat tersebut, entah karena tempatnya atau memang karena bersama pujaannya.

"Kau mau teh?" tawar Jonghyuk, dijawab anggukan oleh Rielle. Setelah memesan, mereka pun duduk di meja yang ada di pojok kafe. Di sebelah mereka kosong, untungnya, mereka pun duduk berhadapan. Tangan Rielle ia genggam lagi, memainkan jemari mungil tersebut yang terasa agak dingin. Ia pun menggenggamnya guna kedua tangan, menangkup dua tangan Rielle di dalam dan meniupnya. Tipis-tipis semburat merah muncul di pipi, Rielle senang juga tak bisa berbicara saat Jonghyuk menghangatkan tangannya. Di kala malu-malu, ia mengerling dan mendapati patung malaikat kecil dengan sayap putihnya yang mengatup, tengah menangkup kedua tangan di dada–seperti sedang berdoa–berada di rak dinding di sebelah mereka.

"Kau percaya malaikat?" Adalah pertanyaan acak yang terlintas di kepala Rielle, terlalu malu juga tercekik dalam suasana canggung tatkala sang pria memegang kedua tangannya.

Iris hitam pekat itu mengerling, bertemu dengan kelereng delima milik Rielle. Wajahnya tetap kaku, tetapi di dalam hati terbesit jawaban bahwa ia tak mempercayai hal tersebut. Baginya, apa yang ditanyakan Rielle hanyalah sesuatu yang tak bisa disentuh, berbeda dengan Rielle. Baginya, apa yang ditanyakan wanita itu tak bisa digenggam, berbeda dengan Rielle. Bagi Yoo Jonghyuk, ia dapat memiliki Rielle seutuhnya karena dia "ada", bukan sesuatu fana yang tak bisa digapai sama sekali.

"Aku mempercayaimu," ucapnya, semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Rielle. Menurutnya, wanita berambut putih yang digenggamnya adalah suatu ciptaan Tuhan yang tak ingin ia lepas, apapun halangannya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top