Eros - LuciRhe

Cinta itu banyak wujudnya, tapi kalau ke kamu, cintanya itu seperti apa?

By queenofjoker_

Satu hal yang awalnya mereka berdua tidak percaya adalah tentang adanya soulmate. Entah mengapa pembicaraan itu sedang menjadi tren. Katanya setiap orang memiliki pasangan hidupnya sehidup semati. Cara-cara mengetahuinya beragam, bisa dari tulisan di lengan mereka, bisa dari tidak bisa melihat warna sampai bertemu pasangannya, atau dari tanda maupun simbol. Kasus sekarang yang sedang marak adalah perubahan warna ketika melihat pasangan yang ditakdirkan.

"Itu hanyalah dongeng yang dibuat oleh para ABG, kan? Atau cerita dari buku novel fantasi romansa dan komik shoujo?" komentar Rhea, bertopang dagu menatap layar hp Lucien dari kursi seberang.

"Hei, aku hanya memberitahu apa yang kudapat di internet. Tapi memang sepertinya begitu ceritanya," balas Lucien, tersenyum ke arah Rhea.

"Tapi banyak yang percaya sama fenomena itu," sahut Rhea, "seakan-akan kisah itu benar-benar terjadi di dunia realita."

"Akan lebih baik kalau itu kenyataan."

Dalam hatinya, Rhea mempercayai apa yang ditulis oleh mereka para penulis. Sejauh ini, dia merasakan bahwa hidupnya jauh lebih berwarna dengan keberadaan Lucien. Sejak mereka bertemu, Rhea seakan-akan melihat kehidupannya makin cerah, berbunga-bunga. Tanpanya, dia merasakan setiap hari adalah hari yang buruk, bahkan sekitarnya memiliki warna yang redup dan gelap. Katakan Rhea hiperbola, tapi dia merasakan penyakitnya seakan langsung sembuh begitu melihat Lucien. Tubuhnya lebih memprioritaskan seorang lelaki bernama Lucien Xu.

Belum ada penelitian resmi dari beberapa labotarium ternama terkait fenomena itu, tetapi memang wajar jika mereka berhasil menemukan pasangan mereka. Hanya saja, hubungan mereka harus didalami hingga hari pernikahaan tiba. Sudah banyak cerita beredar tentang fenomena itu dan ternyata memang terjadi alami. Ini seperti alam menjadi mak comblang dari para manusia.

Mendengar ceritanya satu dua kali terdengar lucu di telinganya. Terdengar terlalu fantasi untuk dunia yang terkesan bobrok. Ini juga hal biasa yang terjadi di dalam kisah percintaan dunia realita, tapi dibuat lebih mewah dan indah.

"Jadi, jika fenomena soulmate ini benar-benar terjadi, apa yang kamu akan lakukan?" tanya Rhea tiba-tiba, suaranya kali ini lebih pelan.

"Oh, ada apa tiba-tiba, Rhea?" Lucien menaikan satu alisnya.

"Aku ingin melihat pandanganmu mengenai soulmate, anggap saja begitu. Kamu juga pasti mengamati tindakan para remaja mengenai fenomena soulmate, jadi seharusnya kamu lebih punya gambaran luas," Rhea menggaruk pipinya dengan jari telunjuknya.

"Kalau perempuan itu memang ditakdirkan untuk hidup bersama denganku, mau bagaimana lagi? Berarti memang dia perempuan yang tepat. Ya kalau ikut cara main dari fenomenanya sih begitu."

"Bagaimana kalau perempuan itu adalah aku?" Rhea menunjuk ke arah dirinya.

Lucien terdiam, menatap Rhea lekat dengan kedua netra violetnya. Keheningan antara keduanya membuat Rhea menjadi canggung. Pertanyaan bodoh, tetapi dia mencoba untuk berharap bahwa fenomena itu benar apa adanya. Seharusnya Lucien juga berbunga-bunga atau melihat warna-warni cerah ketika berhadapan dengan Rhea, tapi mengingat Lucien adalah orang yang penuh kejutan membuat Rhea resah.

"Aku pernah membaca satu artikel waktu aku sedang mengajar di kelas. Cinta itu ada berbagai macamnya, jadi tidak bisa disatukan. Tapi, ketika aku melihatmu, aku merasakan ada yang berbeda, yang sepertinya sains tidak bisa jawab secara sempurna," jawab Lucien. Dia sengaja mengulur jawabannya lebih panjang.

Rhea rasanya gemas ingin menerjang Lucien dan memaksa lelaki itu berbicara, tetapi situasinya tidak mendukung. Mereka sedang liburan dan menikmati waktu mereka di salah satu cafe, sebelum Lucien pulang ke Shanghai sebentar karena keperluan keluarga. Jika Rhea menjadi galak tidak terkendali, yang ada dia mengundang perhatian orang asing dan bisa jadi mereka berdua diusir karena meresahkan.

"Jadi, apa maksudmu, Lucien?" Kedua tangan Rhea dikepalkan erat, dan agak bergetar.

Seharusnya dia tidak perlu takut. Lucien adalah lelaki yang dia cintai, seorang laki-laki yang sepadan dalam hidupnya. Mereka diciptakan untuk berdua, sesuai dengan apa yang indra pengelihatannya katakan. Bahkan seluruh organ tubuhnya memberikan dukungan yang sama.

"Aku merasakan hidupku jauh lebih baik denganmu," jawab Lucien dengan suara yang sangat pelan, "maksudku, ya, seperti kamu memang perempuan yang tepat di sisiku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top