Embrace - LuciRhe
Yang Lucien tahu, dia hanya harus memeluk sosok ringkih tersebut. Selalu begitu.
By Healerellik
Katanya, alam turut mempengaruhi suasana hati seseorang. Seperti hujan yang akan menurunkan kesedihan atau musim panas yang membawa keceriaan. Jadi, jika di saat suasana sejuk karena memasuki akhir musim gugur begini dan Lucien menemukan raut datar dari wajah sang terkasih, apakah dia harus mempercayai perkataan itu?
"Here's your favorite, Little butterfly." Lucien letakkan sebuah nampan berisikan dua gelas minuman dan kudapan di depan Rhea yang bergelung dengan selimut di atas sofa. Jemari si puan masih aktif menekan tombol remot, entah mencari saluran jenis apa di televisi, sebab aktifitasnya selama tiga puluh menit terakhir adalah itu.
Tidak ada jawaban verbal. Hanya sebuah senyuman kecil dan tatapan yang isyaratkan terima kasih. Tatapan yang sama meminta Lucien mengisi tempat di sampingnya. Sehingga Rhea dengan mudah menjatuhkan kepala pada bahu si lelaki setelah pinggangnya diapit erat oleh lengan tersebut.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Rhea. Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Lucien mainkan surai sebahu Rhea. Mulai dari mengelusnya pelan hingga menggelung ujungnya perlahan dengan digitnya. Sepasif mungkin berikan gestur bahwa Rhea bisa membicarakan apapun dengannya. Apapun itu, karena Lucien akan dengarkan semua.
"Nothing happened." Dua patah kata seolah menjadi batasan jelas apa yang bisa dilakukan oleh Lucien. Walau demikian, dia sama keras kepalanya dengan sang istri.
"Kau begini sejak pulang dari pertemuanmu dengan pasangan Ishigami. Apakah mereka melanggar batasan? Aku ragu jika itu Ainawa, tetapi kemungkinan besar Senkuu melakukannya karena terkadang dia bicara tanpa saringan. Atau penyebabnya bukan mereka?"
Rhea mendongak, kunci tatapan Lucien dengan kerut di dahi yang seolah mengatakan "aku sudah bilang tidak ada apa-apa". Alhasil lelaki itu mengembuskan napas sedikit kuat. Didorongnya wanita itu sedikit, lantas segera menangkup kedua pipinya. Dibawanya mendekat hingga dahi mereka bersentuhan. Si puan pejamkan mata kala Lucien jamah singkat bibirnya, sebelum terhanyut dalam iris violet yang melihatnya dengan kasih.
"Baiklah jika kau bilang begitu, aku tidak akan memaksa. Kau bisa ceritakan kapanpun kau mau," bisik Lucien lembut.
"But let me tell you again for nth time that I'm here. I am always here for you, Love. Those loads on shoulders of yours, let me bear them. Because I shall always be with you, eternally. So that you may rely on me. Okay, Little butterfly?"
Lantas Lucien memeluk Rhea. Tegaskan kalimatnya dalam bentuk detak jantung yang kian meningkat, seolah alunan melodi khusus untuk wanitanya yang bersandar pada dada. Bertahan dalam posisi demikian, Lucien pun gumamkan lagu kesukaan mereka berdua.
Seketika itu juga sekeliling keduanya menjadi buram bagi Rhea. Nyanyian tanpa lirik, juga degup dada mereka yang kian sinkron, semuanya terasa nyaman. Begitu nyaman hingga bahu itu melemas dan tumpahkan segala yang ada di atasnya.
"It's okay, My love. Cry as much as you want. I am here." Bisikan Lucien terdengar di sela tangannya yang menepuk pelan punggung tersebut. Tepukan yang berubah menjadi elusan dan pelukan kian erat seiring dengan isak tangis yang semakin terdengar.
Lucien terus bisikkan kalimat cinta untuk Rhea. Kala Rhea tumpahkan segala kesahnya dalam bentuk air mata, maka Lucien menjawabnya dengan kecup singkat di puncak kepala. Kala bahu itu bergetar hebat dalam kekalutan, sebuah pelukan hangat pun dia berikan.
Hingga Rhea tahu benar, bahwa dia tidak akan sendiri. Ada Lucien yang akan menemaninya dalam abadi.
*****
Denting jam beritahukan semua makhluk bahwa hari telah berganti. Begitu pula untuk Lucien yang masih dengan lembut menepuk punggung Rhea yang akhirnya terlelap di dadanya. Entah apa yang dia rasakan hingga menangis begitu lama; yang Lucien tahu adalah bahwa dia hanya harus memeluk sosok ringkih tersebut.
Berusaha sebisa mungkin tidak mengusik kasihnya, Lucien pun perlahan bangkit dari sofa. Senyumnya terkulum melihat bagaimana damai wajah Rhea dalam gendongannya. Dengan hati-hati dia pun membawa sang hawa menuju kamar mereka. Di mana dia letakkan Rhea dengan begitu lembut begitu sampai di kasur. Tarik selimut hingga dada, Lucien pun turut menipiskan jarak mereka di baliknya.
Disibaknya rambut yang menutupi sedikit wajah Rhea, lantas mengecup kening tersebut dengan penuh kasih. Di saat bersamaan, Lucien berikrar bahwa dia tidak akan membiarkan dunia, semesta, atau sejenisnya menyakiti pemilik hatinya itu. Bahkan jika dia harus berurusan dengan Tuhan sekalipun.
"Sweet dreams, my love ...."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top