Cuddling When Rain - MiGumi
Sehari saja, mungkinkita tidur seharian penuh sambil mendengarkan bunyi hujan, tanpa memikirkanpekerjaan.
Sudah sekitar seminggu sejak Amilia dan Megumi menikah, dan mereka menjalani kehidupan sebagai pasutri muda seperti umumnya. Kehidupan keduanya juga terlihat lancar-lancar saja. Megumi juga memutuskan untuk cuti beberapa hari supaya bisa meluangkan waktu bersama istrinya, sebelum kembali ke kehidupannya sebagai CEO. Amilia juga cuti dari kerjaannya dan untungnya atasannya memberikan izinnya. Anggap saja cuti pasangan pengantin baru.
Hanya saja, kebiasaan lama mereka setiap pagi masih saja menempel. Untuk kebaikan atau keburukan, keduanya tidak tahu, karena sudah menjadi tradisi sejak lama mereka berpacaran. Amilia dan Megumi hanya duduk diam makan sarapan dalam keheningan. Megumi tidak ingin cerita apapun, bahkan Amilia tidak punya bahan pembicaraan. Tidak ada salahnya juga mereka menikmati keheningan di dalam ruang makan, apalagi saat hujan deras di pagi hari.
Amilia merasakan dirinya tidak ingin melakukan kegiatan apapun selain tidur dan memeluk Megumi berjam-jam. Hujan-hujanan begini memang tidak bisa keluar kencan, dan lebih enaknya tidur lelap lagi sampai siang hari. Mungkin terdengar ide yang sangat cermelang.
"Um, anu, Megumi—"
"Dari subuh tadi, sudah hujan sederas ini, ya," Megumi memutus kalimat Amilia, "ada ide mau apa hari ini, Amilia?"
"Oh, itu, ya? Um, kita sudah kehabisan bahan masak juga sih, jadi kita tidak bisa masak bersama. Kita belum keluar untuk belanja. Um, keluargamu juga pasti tidak akan main kemari, jadi mungkin kita bisa tidur lagi bersama sampai siang ini?" usul Amilia, langsung mengeluarkan idenya. Untung waktunya tepat.
"Begitu, rupanya..."
Megumi terdiam sejenak, melirik ke arah pantulan dirinya di gelasnya yang berisikan teh. Ide istrinya tidak buruk juga, toh kapan lagi dia bisa bersantai tenang tanpa memikirkan pekerjaannya atau mengurusi kelakuan keluarganya yang kadang-kadang ajaib.
"Boleh saja. Aku tidak masalah juga." Megumi menatap Amilia, menganggukkan kepalanya pelan. Dia memberikan senyuman tipis.
"Eh, serius?" Amilia membelalakkan matanya, wajahnya terlihat sangat senang.
"Ya, tapi habiskan roti lapis, kentang, dan tehmu," balas Megumi, menunjuk ke arah piring Amelia yang masih penuh dengan makanannya. Tehnya saja baru diminum setengah gelas, dengan asap yang masih mengepul.
Amilia langsung menghabiskan makanannya, secepat mungkin tanpa mengotori dirinya. Dari tadi dia hanya bengong saja menikmati bunyi hujan di luar, wajar kalau dia makannya cukup pelan. Setidaknya hatinya berbunga-bunga, bahkan tidak bisa didefinisikan lagi kebahagiannya, karena keinginannya bisa dikabulkan oleh suaminya. Terlihat berlebihan, tapi rasa cintanya pada sang suami sudah tidak bisa dibendung lagi.
***
Amilia masuk ke dalam kamar, mendapati Megumi yang tengah berbicara di telepon. Dia tidak sengaja menguping. Sepertinya Toji, ayah mertuanya, sedang menghubungi Megumi. Entah apa yang mereka bicarakan tepatnya, karena Toji masuk ke kamar duluan sementara Amilia mengurusi piring-piring kotor di dapur.
Dahinya mengkerut, sembari membatin, 'ah, semoga bukan urusan penting lagi.'
Pembicaraannya tidak lama, itu kabar baiknya. Megumi mengakhiri pembicaraan, menatapi puan berambut coklat itu yang menunggunya. Toji tidak berbicara hal serius atau mendesak juga, tapi hanya ingin mengabari bahwa pekerjaannya nanti dialihkan sementara kepadanya, entah itu menjadi kabar buruk atau kabar baik.
"Oh, sudah selesai? Maaf, tadi ada telepon," ucap Megumi, menaruh ponselnya di atas rak kecil samping kasur.
"Tidak apa, bukan masalah penting atau mendesak juga, kan?" Amilia tersenyum tipis.
"Tidak, bagusnya. Tumben saja ayahku lagi baik-baiknya," balas Megumi, lalu duduk di atas kasur. Dia menepuk-nepuk kasur di sampingnya dengan tangan kanannya, menatap Amilia dengan kedua manik biru tuanya.
Tanpa menunggu lama lagi, Amilia langsung berlari ke arah Megumi, menerjangnya ke atas kasur. Megumi mana sempat persiapan menangkap istrinya yang tiba-tiba ganas begitu, yang ada dia terkena terjangan maut sakti Amilia. Untung badannya masih sangat kuat, belum encok dadakan, atau ke isekai pada saat itu juga.
"Ah, Megumi, maaf!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top