21 | Last
Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa Sagala sudah dapat keluar dari penjara. Bahkan tidak terasa juga Wajendra dan Viktor bergantian setiap hari dengan waktu satu jam menjenguknya hingga membuat Sagala tidak kesepian selama di penjara.
Makanan mewah dan enak tetap bisa ia rasakan. Badan kurus sebelumnya tidak terjadi di sini. Makmur. Fabiola dan Favian juga ikut setiap satu minggu sekali menyempatkan untuk berkunjung. Ternyata mereka tidak sepenuhnya menepati ucapan di malam itu.
"Gimana tadi malam? Tidur lo nyenyak?" tanya Viktor menggoda Sagala yang baru saja turun dari lantai atas.
"Jelas dong," jawab Sagala semringah. Hari ini Wajendra sudah berjanji akan membawa Sagala ke sekolah untuk mengurus sesuatu. Walau ia tahu, pasti tentang dikeluarkannya dari sekolah.
Sagala juga tidak begitu nyaman dengan tatapan teman-temannya yang tahu bahwa ia terkena kasus tindak pidana. "Kok lo enggak pakai seragam?" tanya Viktor kemudian setelah menyadari adiknya masih menggunakan kaos oblong khas rumahan.
"Mau ngurus dikeluarkannya gue dari sekolah kan? Ngapain pakai seragam?" Pesimis Sagala dibalas tatapan Wajendra tak mengerti.
"Siapa yang bakal ngeluarin lo dari sekolah?" tanya Wajendra kemudian membuat Sagala bingung. Memangnya bukan? Begitu maksud dari raut wajahnya saat ini.
"Cepet ganti seragam!" suruh Viktor membuat Sagala lari terbirit-biri mengganti pakaiannya.
Pagi ini Sagala tidak sarapan dengan alasan tak terbiasa makan di jam tujuh. Karena biasanya di penjara ia makan pukul delapan pagi. Wajendra dan Viktor memaklumi. Kebiasaan selama dua bulan akan sulit untuk diubah saat kembali ke rumah.
Bulan Februari tahun ini mencetak rekor sebagai bulan terbaik yang Sagala punya. Keluar dari penjara, keluarga dan pertemanan baik, ditambah kembalinya sosok rupawan ke sekolah tercinta. Kini pakaian dan badannya rapi bak kembali menjadi orang kaya. Berbeda jauh saat ia berada di indekos dulu. Ah rasanya kangen berada di ruang sempit nan nyaman itu.
"Wih dah balik sekolah nih," tegur Favian dari arah belakang menepuk pundak Sagala pelan. Posisinya saat ini berada tepat di depan ruang BK. Biarkan papa dan kakaknya yang akan mengurus sekolah Sagala.
"Alhamdulillah semoga aja," jawab Sagala menunjukkan senyumannya yang hampir hilang.
"Yok ke kantin," ajak Favian ditolak Sagala. "Kenapa? Ada si cantik, Ola lho," godanya menumbuhkan kembali rasa bergejolak di hati sahabatnya.
"Ya karena itu. Gue malu banyak orang," balas Sagala yang sepertinya sudah meninggalkan tingkah buruk dan angkuhnya dahulu.
"Halah, lo pakai baju kok. Gampang itu mah," balas Favian menarik paksa Sagala menuju kerumunan kantin. "Sejak lo enggak ada Ola sekarang jadi sering ke kantin. Pas gue tanya, dia malah jawab 'biar enggak kesepian'. Ciah yang diarepin," cerita Favian membuat rasa percaya diri Sagala tumbuh sedikit.
"Assalamualaikum, Ola," sapa Sagala membuat Fabiola menghentikan makannya. Sedangkan Favian sudah berlalu pergi entah ke mana.
“Waalaikumussalam. Ini beneran, Gala yang gue kenal kan? Udah keluar lo? Serius? Gue enggak mimpi?” tanya beruntun Fabiola seperti tak percaya muridnya berada di hadapan.
“Mau ajarin gue belajar lagi enggak? Gue belum nemu pengganti nih,” ucap Sagala sama sekali tidak menjawab berbagai pertanyaan Fabiola.
“Boleh. Ayo mulai nanti sore. Eh tapi lo bakal naik kelas bareng kita? Secara lo kan udah ninggalin beberapa pelajaran," ucap Fabiola melanjutkan makannya.
"Entar biar papa urus. Kalaupun gue enggak naik kelas setidaknya bisa jadi adik kelas lo kan?" tanya Sagala secara tidak langsung menenangkan hatinya sendiri.
"Asik banget nih pembicaraannya. Nih, Gal makan dulu bakso legend kesukaan lo," suruh Favian ternyata membelikan makanan kesukaan Sagala. Ternyata ia tidak lupa dengan hal sekecil ini.
"Tumben baik banget lo," ledek Sagala segera menyantap makanannya. "The best sih ini. Makasih ya."
"Iyalah baik, kan entar pulang sekolah lo traktir," canda Favian membuat Fabiola tertawa.
"Ada aja cara lo biar dapet traktiran, Yan," ucap Fabiola menyelesaikan makannya.
Saat pulang sekolah Sagala tidak melupakan ucapan Favian serta mengajak Fabiola untuk ikut. Sejak pulang ke rumah gadis itu selau diantar jemput oleh ayahnya. Kali ini pun sama, tetapi Sagala dan Favian menaiki taksi demi keamanan.
"Gal gimana? Lo tetep sekolah kan?" tanya Favian membuka pembicaraan. Sedangkan Fabiola masih asik dengan steak kesukaannya saat les bersama Sagala.
"Tenang aja, gue tetep sekolah kok. Mulai besok gue ujian susulan sama ngejar ketertinggalan. Bantuin gue ya, Zar," ucap Sagala tersenyum memandang lahapnya gadis itu makan.
"Beres."
"Lo enggak minta tolong ke gue aja, Gal?" iri Favian unjuk diri.
"Maaf enggak butuh," ucap Sagala bercanda dengan nada mengejek. Favian pun tidak bisa berkata lagi karena mengerti apa maksud Sagala dari dulu. "Btw, Zar lo mau enggak jadi pacar gue?" tanya Sagala tiba-tiba membuat Fabiola tersedak steak terakhir.
Tanpa minum, Fabiola dapat mengatasinya sendiri. "Lo gila ya? Jangan bercanda berlebihan ah," tegur Fabiola kesal meminum lemon tea kesukaannya.
"Kali ini gue enggak bercanda. Mau ya?" tanya Sagala berusaha mengunci arah pandang Fabiola.
"Sekali gue bilang enggak ya enggak. Cukup teman aja oke?" ucap Fabiola seberusaha mungkin tidak menyinggung perasaan siapa pun. Favian yang melihat kejadian mengejutkan ini pun hanya diam saja tak berani ikut campur.
"Apa alasannya?" tanya Sagala kemudian.
"Walataqrabuzzina innahukaana faahisyatan wasaa'asabila. Surat Al Isra ayat tiga puluh dua yang artinya. Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk," jelas Fabiola membuat Sagala paham. Selalu ada Allah disetiap ucapan Fabiola dengan dalilnya yang membuat candu.
"Terima kasih atas jawaban yang masuk akal." Senyum tulus Sagala membuat Favian gemas hendak mengabadikan momen ini.
"Boleh gue foto enggak sih? Cocok banget jadi wallpaper ponsel," ucap Favian bercanda.
"Boleh ya, Zar? Buat kenang-kenangan," minta Sagala dibalas anggukan Fabiola.
Kebetulan keduanya sedang membawa laptop dan buku gelatik sebagai pelengkap meja. Favian yang minta. "Satu, dua, tiga," aba-aba Favian mencari angel yang bagus untuk foto mereka berdua. Estetik. Nyatanya tidak perlu memiliki untuk mendapatkan hati sang pujaan hati. Cukup dipendam, hati menjadi tenteram.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top